NovelToon NovelToon
KAISAR DEWA SEMESTA

KAISAR DEWA SEMESTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Fantasi Timur / Romansa Fantasi / Identitas Tersembunyi / Perperangan / Penyelamat
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Long Zhu, Kaisar Dewa Semesta, adalah entitas absolut yang duduk di puncak segala eksistensi. Setelah miliaran tahun mengawasi kosmos yang tunduk padanya, ia terjangkit kebosanan abadi. Jenuh dengan kesempurnaan dan keheningan takhtanya, ia mengambil keputusan impulsif: turun ke Alam Fana untuk mencari "hiburan".

Dengan menyamar sebagai pengelana tua pemalas bernama Zhu Lao, Long Zhu menikmati sensasi duniawi—rasa pedas, kehangatan teh murah, dan kegigihan manusia yang rapuh. Perjalanannya mempertemukannya dengan lima individu unik: Li Xian yang berhati teguh, Mu Qing yang mendambakan kebebasan, Tao Lin si jenius pedang pemabuk, Shen Hu si raksasa berhati lembut, dan Yue Lian yang menyimpan darah naga misterius.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27: Daun, Kerikil, dan Kelahiran Maksud Sapu

Ritme telah mengambil alih.

Bagi Li Xian, tidak ada lagi rasa sakit, tidak ada kelelahan. Hanya ada SHHHHHHH...

Pikirannya kosong. Tubuhnya bergerak dengan efisiensi yang dihafal, sebuah tarian yang telah ia latih selama dua puluh empat jam terakhir. Gagang Pohon Besi yang berat terasa seperti perpanjangan dari lengannya. Tangan barunya yang diperkuat oleh ubi mencengkeramnya dengan mantap.

Dia adalah mesin. SHHHHHHH...

Dia bahkan tidak lagi melihat ke lantai. Matanya setengah terpejam. Dia merasakan batu giok di bawah sapunya.

SHHHHHHH...

Dorongan sapu berikutnya bertemu dengan sesuatu. Sesuatu yang lunak.

Pikirannya yang kosong tidak mendaftarkannya sebagai "daun". Itu hanyalah "gangguan".

Dia tidak berhenti. Dia tidak ragu. Niat murninya yang kini hanya terfokus pada satu kata: DORONG mengalir melalui gagang besi itu.

SHHHHHHH...

Saat bulu-bulu rumput perak yang tahan lama itu menyentuh daun kering, Niat Li Xian yang belum terbentuk menyentuh struktur fana daun itu.

Daun itu tidak tersapu.

Daun itu hancur.

Daun itu menguap menjadi debu hijau cokelat yang sangat halus, yang kemudian disebarkan oleh sapuan itu sendiri, bergabung dengan aliran udara dan lenyap.

Li Xian, dalam keadaan setengah sadarnya, bahkan tidak menyadarinya. Ritmenya tidak terputus.

SHHHHHHH...

Tiga langkah kemudian. Sapunya menyentuh gumpalan abu hitam dari api Shen Hu.

SHHHHHHH...

Niat yang sama menyapu abu itu. Abu itu tidak berhamburan. Abu itu larut, terurai menjadi partikel-partikel tak terlihat, kembali menjadi energi murni yang tidak berbahaya.

Di teras, mata Zhu Lao terbuka sedikit lebih lebar. Dia menyembunyikan senyum di balik cangkir tehnya. Insting yang bagus. Dia tidak membersihkan kotoran. Dia menghapus 'konsep' kotoran.

Ritme Li Xian berlanjut. Halaman itu bersih. Dia merasa tak terkalahkan.

Lalu...

KLIK!

Suara itu keras. Memekakkan telinga. Itu memecahkan ritme, menghancurkan keadaan hampa pikirannya.

Li Xian tersentak, terbatuk, seolah terbangun dari tidur yang dalam. Dia terhuyung-huyung, matanya yang merah terbuka lebar karena terkejut.

Dia melihat ke bawah.

Sebuah kerikil kecil. Tidak lebih besar dari kuku jempolnya. Kerikil itu pasti terbang dari getaran Niat Pedang Tao Lin.

Sapu besinya telah membenturnya, tetapi kerikil itu tidak hancur. Kerikil itu hanya meluncur satu inci. Itu adalah perlawanan fisik yang nyata.

Ritmenya hancur total.

Frustrasi yang telah dia tekan selama berjam-jam—frustrasi dari hari pertama, dari abu iblis, dari tangannya yang hancur—melonjak kembali dengan hebat.

"Sialan!" teriaknya. "Kotoran!"

Di tepi jurang, DONG!... berhenti. Tao Lin menurunkan kapaknya, terengah-engah, merasakan gelombang frustrasi yang sama dari Li Xian. "Ya, bocah!" gumamnya. "Kotoran itu... selalu menghalangi!"

Di dekat api, Mu Qing mendongak dari bara api yang sedang dia caci maki. Dia melihat kerikil itu. Nalurinya berteriak, Efisien. Ambil. Buang. Lanjutkan.

Di teras, Zhu Lao mencondongkan tubuh ke depan, dagunya bertumpu di tangannya. Senyum gelinya telah lenyap, digantikan oleh tatapan yang tajam dan penuh perhitungan.

Daun dan abu adalah tes Niat, pikirnya. Kerikil adalah tes Karakter. Apa yang kau lakukan sekarang, Murid Penyapu?

Li Xian menatap kerikil itu dengan kebencian murni. Benda kecil ini telah mengalahkan Dao-nya. Dia membungkuk, tangannya yang baru sembuh terulur untuk mengambilnya.

Lalu... dia berhenti.

Tangannya gemetar di udara.

Apa yang kulakukan?

Dia teringat nasihat Shen Hu. "Kau hanya perlu terus memutarnya. Nati juga matang."

Dia teringat kritik Zhu Lao. "Kau tidak berpikir. Kau hanya menyapu."

Dia telah gagal. Saat dia berhenti, dia gagal. Saat dia membiarkan frustrasi mengambil alih, dia gagal.

Aku... bukan sedang membersihkan. Aku... sedang menyapu.

Li Xian menarik tangannya kembali. Dia menutup matanya. Dia menarik napas dalam-dalam, mengabaikan kerikil itu. Dia berjalan mundur sepuluh langkah.

Tao Lin dan Mu Qing mengawasinya, bingung.

Li Xian mengangkat sapu besi yang berat itu. Dia memejamkan mata. Dia mengabaikan rasa sakit. Dia mengabaikan frustrasi. Dia mencari ritme itu lagi.

Hening.

SHHHHHHH...

Dia menemukannya.

Dia melangkah maju, mata terpejam.

SHHHHHHH...

Dia melangkah lagi.

SHHHHHHH...

Dia bisa merasakannya di depan. Perlawanan. Kerikil.

Dia tidak mengubah kecepatannya. Dia tidak menambah kekuatan. Dia hanya memfokuskan semua yang ada di dalam dirinya semua napasnya, semua rasa sakitnya, semua tekadnya—ke dalam sapu itu, dan ke dalam satu kata: DORONG.

Bulu-bulu rumput perak menyentuh kerikil.

Kali ini, tidak ada suara KLIK.

Yang ada hanyalah tekanan yang hening.

Li Xian mendorong.

Kerikil itu tidak bergerak. Kerikil itu ditekan ke batu giok yang keras oleh Niat yang terkonsentrasi.

DORONG!

Kerikil itu bergetar.

KRRR...

Kerikil itu bergetar hebat, molekul-molekulnya dipaksa beresonansi dengan Niat Li Xian.

KRRAAKK!

Kerikil itu terbelah menjadi dua. Lalu empat. Lalu, dalam sekejap, kerikil itu meledak menjadi tumpukan debu halus.

SHHHHHHH...

Sapu Li Xian melewatinya tanpa hambatan, mendorong debu kerikil itu dengan mudah, menyebarkannya ke angin.

Ritme-nya telah kembali, lebih kuat, lebih murni.

Di teras, Zhu Lao meletakkan cangkir tehnya dengan klik pelan.

Matanya yang tua dan abadi berkilau dengan cahaya yang belum pernah dilihat murid-muriidnya. Itu adalah... kebanggaan?

"Anak itu..." gumam Zhu Lao pada dirinya sendiri, "baru saja menciptakan dasar-dasar dari Niat Sapu."

Dia melirik ke arah Tao Lin, yang masih mengayunkan kapaknya dengan sia-sia di kejauhan. DONG!

"Seorang Master Pedang Ranah Raja sedang belajar cara menebang kayu," desah Zhu Lao. "Dan seorang anak Ranah Perunggu sedang belajar cara menghancurkan dengan sapu."

Dia tersenyum lebar.

"Sekteku," katanya pelan. "Benar-benar... sangat merugikan. Dan sangat menarik."

1
Yanka Raga
😍😎
Yanka Raga
awal dari usaha tekad yg kuat
😍💪
Yanka Raga
🤩😎
Yanka Raga
truslah pd tekad yg kuat Li Xian
💪
Yanka Raga
😎🤩
Yanka Raga
🤩😎
Yanka Raga
😎🤩
Yanka Raga
huahaaa , , , kutivator puncak tertinggi tersedak rasa cabai 🤭
Yanka Raga
cabe2an kaliee 😆🤭
Yanka Raga
🤩😎
Nanik S
Alur dan cerita yang bagus
Nanik S
Gurunya keren sekali
Nanik S
Li Xian Koki dapur yang Gagal
Nanik S
Sop nya lembek Li Xian.. 🤣🤣🤣
Nanik S
Siapa suruh menunda sarapan Zhu Lao... tanggung sendiri akibatnya
Nanik S
Yang dimaksud Hama oleh Zhu Lao siapa
Nanik S
Wortel Musuh bebuyutan ya 🤣🤣🤣
Didi Mahardeka
bagus
Si Hibernasi: Season 1 iblis penyerap darah udah tamat, Terima kasih🙏
total 1 replies
Nanik S
Menarik sekali ajaran guru kepada murid tentang kesabaran dan resonasi
Nanik S
Li Xian lanjut nyapu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!