NovelToon NovelToon
Rise Of The Rejected

Rise Of The Rejected

Status: sedang berlangsung
Genre:Akademi Sihir / Epik Petualangan / Fantasi / Balas Dendam
Popularitas:862
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nuraida

Ardan Kael tumbuh di Akademi Aetherion — sekolah elit bagi para pengguna kekuatan elemental.
Tapi di usia 16 tahun, hasil ujiannya menunjukkan “nol energi.” Ia dicap Reject, dibuang dari akademi, dan diusir dari keluarganya sendiri.

Namun, pada malam ia hendak bunuh diri di tebing Aetherion, ia mendengar suara aneh dari bayangannya sendiri:

“Kau gagal bukan karena lemah... tapi karena kekuatanmu terlalu kuat untuk dunia ini.”

Suara itu membangkitkan sesuatu yang telah lama tersegel dalam dirinya — Void Energy, kekuatan kegelapan yang bisa menelan seluruh elemen.

Dari situ, Ardan bersumpah untuk kembali ke akademi, bukan sebagai murid...
Tapi sebagai mimpi buruk bagi semua orang yang pernah merendahkannya.

“Kalian menyebutku gagal? Baiklah. Aku akan menunjukkan arti kegagalan yang sebenarnya.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 – Malam Festival Aetherion

Festival Aetherion adalah puncak kemegahan Klan Elemen. Itu adalah malam di mana Akademi membuka gerbangnya untuk umum, menampilkan kekuatan dan kemakmuran Valenforge. Malam itu, dihiasi oleh kembang api sihir yang diledakkan oleh Klan Api, tarian air yang memukau dari Klan Air, dan musik yang diatur oleh resonansi Klan Angin.

Ardan, sebagai Kael Umbren, diwajibkan hadir. Ia mengenakan jubah formal Akademi yang terasa mencekik. Liontin Void-nya bekerja keras, menyerap getaran energi liar dari kembang api dan sihir yang digunakan para murid.

Malam itu adalah ujian kontrol diri yang ekstrem. Ardan harus menahan keinginannya untuk mencibir pada arogansi yang terpampang, dan pada saat yang sama, ia harus menghindari tatapan tajam Rion yang terus mengawasinya dari kejauhan, serta mata Solan yang penuh curiga.

“Kau harus pergi ke Ruang Inti besok malam, Ardan. Jangan buang waktu dengan perayaan yang konyol ini. Mereka adalah musuh,” The Whisper berbisik, nadanya menunjukkan ketidaksabaran.

"Aku perlu mengamati pergerakan Solan dan Rion," balas Ardan dalam hati, meskipun ia tahu ia hanya mencari pembenaran untuk menikmati jeda dari tekanan penyamaran.

Saat ia berjalan melewati alun-alun utama, ia melihat Serena, yang kini menyamar sebagai pelayan dengan nama Elara. Serena memberinya anggukan hampir tak terlihat, mengisyaratkan bahwa persiapan untuk besok sudah siap.

Pertemuan di Taman

Ardan menyelinap pergi dari keramaian, menuju Taman Runik Kuno di belakang sayap Klan Angin—tempat yang dulunya adalah tempat persembunyiannya bersama Lyra dan Rion. Taman itu tenang, hanya diterangi oleh rune perlindungan kuno yang memancarkan cahaya biru lembut.

Di sana, di bangku batu di bawah Pohon Chronos yang menjulang tinggi, ia melihat Lyra Edevane.

Lyra duduk sendirian, memegang secangkir minuman hangat, matanya menatap kembang api sihir yang meledak jauh di atas. Ia tampak lelah, beban tugasnya sebagai ahli Lightbound Magic dan kecurigaan yang ia pikul terlihat jelas di bahunya.

Ardan merasakan gelombang emosi yang kompleks. Itu adalah Lyra, yang ia cintai. Tapi itu juga Lyra, yang merupakan Lightbound Magic Solan, yang akan menjadi ancaman terbesarnya di Ruang Inti.

“Jangan, Ardan. Itu adalah perangkap emosi. Pergi,” The Whisper memperingatkan.

Ardan mengabaikannya. Ia perlu tahu. Ia mendekat perlahan, menggunakan identitas Kael Umbren si pemalu.

"Permisi," ujar Ardan, suaranya sedikit serak karena jarang ia gunakan. "Bolehkah saya duduk? Tempat ini... lebih tenang."

Lyra tersentak sedikit, lalu menoleh. Ia melihat Kael Umbren, murid baru yang aneh dan pemalu. Matanya berhenti sejenak di liontin Ardan, lalu kembali ke wajahnya.

"Tentu saja, Kael," jawab Lyra, senyum tipis di wajahnya. "Aku juga mencari tempat yang tenang. Terlalu banyak sihir dan keramaian malam ini."

Ardan duduk di sebelahnya. Aroma Lightbound Magic Lyra, campuran cahaya, madu, dan kayu bakar, terasa akrab dan menyakitkan.

"Mengapa Anda tidak bersama teman-teman Anda?" tanya Ardan, memainkan peran murid baru yang penasaran.

Lyra menatap kembang api. "Aku punya terlalu banyak tugas, Kael. Dan... aku tidak tahu. Rasanya tidak sama. Setelah insiden Bayang Arena dan kekalahan Rion, semuanya terasa... hampa."

Ardan mengerti bahwa Lyra berbicara tentang hilangnya Ardan Kael.

"Anda merindukan seseorang?" tanya Ardan pelan.

Lyra menoleh, menatap Ardan, dan mata Lyra penuh kesedihan.

"Ya. Aku merindukan seorang teman. Dia dibuang. Semua orang bilang dia hilang, atau mati. Tapi entah kenapa," Lyra menarik napas dalam-dalam, "kadang aku merasa… orang yang aku rindukan masih di sini, mengawasiku. Mungkin di antara bayangan. Mungkin di antara murid-murid baru yang aneh."

Ardan merasakan liontinnya memanas. Itu adalah tekanan dari Void Energy yang ia paksa untuk tenang.

Lyra tahu, batin Ardan. Lyra tidak tahu secara logis, tetapi naluri Lightbound Magic-nya sebagai Healer terlalu murni.

"Mungkin dia memang belum pergi," jawab Ardan pelan, suaranya bergetar sedikit. "Mungkin dia hanya... sedang mencari cara untuk kembali."

Lyra menatap mata Ardan, mencari sesuatu yang familier.

"Aku harap begitu," Lyra berbisik. "Aku hanya berharap jika dia kembali, dia akan kembali untuk memperbaiki, bukan untuk menghancurkan. Dia punya hati yang baik, Kael. Tapi dunia ini menghancurkannya."

Ardan membalas tatapan Lyra. Untuk sesaat, ia ingin melepaskan liontinnya, mengatakan yang sebenarnya, dan memeluknya.

“Jangan. Kau akan menghancurkan segalanya. Dia adalah Lightbound. Dia akan memanggil Solan. Kau harus pergi,” The Whisper memperingatkan, suaranya mengandung urgensi yang terukur.

"Anda benar," kata Ardan, tiba-tiba berdiri. "Saya harus kembali ke kamar. Masih banyak yang harus saya pelajari. Permisi, Nona Lyra."

"Tunggu, Kael," panggil Lyra. "Aku ingin bertanya padamu tentang Crystal of Origin. Mengapa ia bereaksi seperti itu padamu?"

Ardan berbalik. "Seperti yang saya katakan, saya tidak tahu. Mungkin saya memang nol. Nol bisa menghancurkan segala sesuatu, bukan? Karena ia adalah yang paling tidak stabil."

Ardan memberikan jawaban filosofis yang membingungkan Lyra, lalu segera berjalan menjauh, menghilang ke dalam keramaian.

Lyra ditinggalkan sendirian. Ia menatap Pohon Chronos, lalu melihat ke tempat Ardan berdiri. Ia merasa bingung. Murid itu aneh. Tapi ada sesuatu dalam suaranya... sesuatu dalam kesedihannya yang tersembunyi.

Lyra merogoh jubahnya dan mengambil serpihan Kristal of Origin yang ia temukan. Serpihan itu kini memancarkan cahaya ungu redup, sama seperti kembang api Void yang dilihatnya di Arena.

"Aku akan mencari tahu siapa kau, Kael Umbren," bisik Lyra, air matanya menetes di serpihan kristal.

1
azizan zizan
nah ini Nih sering kali kebanyakkan para pemula ingin membuat novel melakukan kesalahan yang boleh mencacatkan sesebuah karya perkataan2 di bab yang lepas di ulang kembali di bab baru.. jika para pemerhati yang menyinak tahu apa yang mereka cakap... novel sampah.. maaf Thor komentar aku ini kasar... kau perlu perhatiin yang itu.. jangan terlalu abal2 membuat sesebuah novel.. jika ingin orang menghargai sebuah karya yang kita buat kita perlu menghargai para pembaca juga itu baru adil...
azizan zizan
ku mampir Thor di novel mu... semoga mc meluluhlantahkan kekaisarannya sama rata dengan tanah usah pedulikan bai atau jahat di pukul rata...🤭🤭🤭🤭
maulida
mampir bentar biar GK lupa baca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!