Setting Latar 1970
Demi menebus hutang ayahnya, Asha menikah dengan putra kedua Juragan Karto, Adam. Pria yang hanya pernah sekali dua kali dia lihat.
Ia berharap cinta bisa tumbuh setelah akad, tapi harapan itu hancur saat tahu hati Adam telah dimiliki Juwita — kakak iparnya sendiri.
Di rumah itu, cinta dalam hati bersembunyi di balik sopan santun keluarga.
Asha ingin mempertahankan pernikahannya, sementara Juwita tampak seperti ingin menjadi ratu satu-satunya dikediaman itu.
Saat cinta dan harga diri dipertaruhkan, siapa yang akan tersisa tanpa luka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ra Percoyo 27
Duaaaaar
Blaaaam
Suara ledakan terdengar begitu nyaring membuat beberapa orang yang ada di sekitar itu terkejut bukan main. Cuaca tidak lah mendung, sehingga tidak mungkin itu suara petir yang tengah menyambar.
Dengan penuh rasa penasaran dua orang berjalan mendekati sumber suara dan juga asap yang membubung ke langit.
"Eh, itu kan mobil?" ucap salah satu dari mereka. Dua orang itu adalah warga dari desa tempat Adam tinggal. Jarak lokasi jurang dengan desa memang sedikit jauh, tapi di sekitaran juran tersebut merupakan tanah perkebunan sehingga ada beberapa warga yang ada di sana juga untuk melakukan pekerjaan. Entah mencari kayu atau berburu.
"Iya itu mobil, tapi kok kaya kenal ya,"sahut satunya lagi.
Mereka berusaha turun, sebenarnya jurang itu bukan seperti tebing yang terjal melainkan sebuah lereng, atau dataran miring yang kemiringannya lebih dari 45 drajat.
"B-benar itu mobilnya anak Juragan Karto,"ucapnya setela meyakinkan siapa pemilik mobil tersebut.
"Kamu tunggu sini aja, aku akan memberi tahu Juragan Karto tentang ini."
Satu orang tetap tinggal dan satu orang lagi berlari menuju rumah Juragan Karto, dengan nafas yang terengah-engah, pria itu sampai juga di kediaman sang juragan.
"Juragan!! Juragan Karto! Ada kabar buruk!" teriaknya.
Juragan Karto yang tengah berbincang dengan istrinya di depan rumah nampak terkejut dengan kemunculan salah satu warga desa ini.
"Ada apa ini? COba bicara perlahan,"ucap Juragan Karto. Wajahnya terlihat penasaran namun dia tidak ingin terburu-buru terlebih pria itu sangat lelah.
"Anu Juragan, mobil. Ada mobil yang terbakar di lereng. Saya memeriksanya, dan itu, itu adalah mobil yang biasa dipakai oleh Den Adam."
Duaaaaar
Juragan Karto dan Sugiyanti terkejut bukan main. Mereka saling memandang dan tak lama kemudian Sugiyanti berteriak lalu tubuhnya jatuh ke lantai.
"Tidaaaaaak!!! Adaaam Ashaaaaa! Tidaaaaak!"
Teriakan Sugiyanti yang sangat keras itu menarik semua perhatian seisi kediaman. Semua pun berlari ke arah Sugiyanti.
"Bu, ada apa ini," tanya Bimo. Dia berlari paling pertama dan kini berjongkok sambil menggenggam tangan sang ibu.
"Adik dan adik iparmu, Bim," ucap Sugiyanti sambil diiringi tangis.
"Pak, ada apa?" tanya Bimo kali ini kepada ayahnya.
"Katanya mobil Adam jatuh di lereng tajam yang menuju ke desa kita. Bawa masuk ibu mu Bim, Bapak akan ke sana memeriksanya langsung."
Meski nampak tenang tapi suara Juragan Karto jelas bergetar, matanya fokus namun terlihat sangat sakit.
"A-adam? Tidak Pak, kita harus pastikan dulu benar atau tidaknya. Aku tidak percaya sebelum melihatnya sendiri. Kita harus yakin bahwa Adam adan Asha baik-baik saja. Biar aku saja yang ke sana Pak, Bapak di rumah saja," ucap Bim, wajahnya nampak terkejut dan tangannya bergetar hebat.
"Tidak, Bapak akan kesana untuk memastikannya sendiri. Kamu di rumah saja jaga Ibu mu," sahut Juragan Karto.
"Tapi~"
Belum selesai Bimo bicara, Juragan Karto sudah melenggang pergi dengan terburu-buru. Terlihat sekali kekhawatiran dalam wajah Juragan Karto.
Bimo akhirnya memilih untuk membawa masuk Sugiyanti. Dia membawa sang ibu ke kamar. Air mata Sugi terus menerus meluncur, dan isakan nya begitu memilukan.
Juwita tak bisa berlari karena tubuhnya terasa lemas, dia berjalan pelan masuk ke kamar Sugi dimana Bimo masih ada di sana tengah menenangkan ibunya.
"Bu, Mas, ada apa?" tanya Juwita. Dia memang belum mengetahui kabar besar itu.
"Adam ... Mobil Adam masuk ke jurang dan kata warga yang melihatnya, mobil itu terbakar." Bimo menjelaskan dengan nada yang sangat sedih. Ekspresinya pun juga mendukung ucapan kesedihannya itu.
"Apa, itu tidak benar kan, Mas?" tanya Juwita tidak percaya. Kepalanya menggeleng cepat dan matanya nampak berkaca-kaca.
"Bu, apa benar begitu?" tanyanya lagi. Juwita melihat ke arah mertuanya yang menangis.
Sugi tidak menjawab, dia hanya menganggukkan kepalanya.
"Aaah tidak, Adam. Kenapa Adam?" Pekik Juwita. Dia tidak pernah menyangka bahwa Adam akan benar-benar menghilang dari dunia ini.
"Tenanglah Juwita, semua ini belum dipastikan. Bapak sedang menuju ke sana untuk memastikannya sendiri. Kita berdoa saja semoga Adam dan Asha masih selamat,"ucap Bimo mencoba menenangkan istri dan juga ibunya.
Juwita terdiam, dia lalu menggenggam tangan Sugiyanti dan berkata bahwa mereka harus berpikir positif.
"Jika yang mati Asha, aku tidak peduli asalkan Adam selamat. Ya, Adam harus selamat,"ucap Juwita dalam hati.
Sedangkan isi hati Bimo tentu berbeda. Sebenarnya dia terkejut dengan kabar mobil Adam yang terjun dan terbakar itu. Dia sedikit takut dan berharap Adam masih bisa selamat. Tapi sikap serakahnya membuat Bimo mati rasa.
"Kalau dia benar-benar mati, itu akan bagus. Tapi kalaupun dia selamat, aku harap dia tidak normal. Dan wanita itu, aku harap dia lah yang benar-benar mati."
Seperti itu lah ucapan Bimo dalam hati. Dia tadi ingin ke tempat kejadian perkara bukan karena khawatir dengan adiknya, tapi Bimo ingin memastikan tentang nyawa Adam dan Asha.
"Hiks, Adam, Asha. Bagaimana aku harus memberitahu keluarga Asha,"ucap Sugi. Tangisnya belum usai dan sekarang Sugi tengah meratapi nasih anak dan menantunya.
"Bu, semua ini belum terbukti benar dan tidaknya. Siapa tahu ada keajaiban, jadi kita tidak boleh langsung memutuskannya. Aku berharap Adam dan Asha pulang dengan selamat. Jadi Bu, kita tunggu kabar dari Bapak dulu. Ibu Berdoa saja semoga Adam dan Asha pulang," ujar Bimo.
Suasana kediaman Darsuki yang awalnya penuh suka cita itu seketika mejadi suram. Kabar kebahagiaan tentang kehamilan Juwita tertutup degan kabar mobil Adam dan Asha yang kecelakaan.
Sedangkan itu di tempat yang berbeda, Juragan Karto secara pribadi turun sendiri. Mobil yang masih terbakar itu terlihat jelas nyata di depan mata. Ada sebuah sungai di bawah terbakarnya mobil sekitar kurang lebih sepuluh meter.
"Tolong, tolong bantu aku untuk memadamkan api ini. Aku mohon,"ucap Juragan Karto. Pria yang dikenal terkaya di desa itu ditambah pria yang disegani itu, kini memohon dengan wajah yang sangat sendu. Beberapa pekerjanya yang ikut dan juga beberapa warga desa pun mengangguk. Mereka mencari cara untuk memadamkan kobaran itu dengan air sungai.
"Adam, Asha, Bapak mohon. Bapak mohon kalian harus selamat,"ucap Juragan Karto. Dia tidak hanya dia saja, tapi mencari jejak keberadaan anak dan menantunya.
TBC
Tetap waspada dan peka dengan sekitar ya dam asha!