Hidup Arabella hancur ketika pamannya tega menjualnya pada Edward Frederick, seorang mafia berkedok Ceo yang terkenal kejam, dingin, dan arogan, hanya demi melunasi hutang akibat kebangkrutan perusahaan.
Dengan kaki kanan yang cacat karena kecelakaan di masa lalu, Arabella tak punya banyak pilihan selain pasrah menerima perlakuan sang suami yang lebih mirip penjara ketimbang pelindung.
Perlahan, keduanya terseret dalam permainan hati, di mana benci dan cinta tipis perbedaannya.
Mampukah Arabella bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini? Ataukah justru dia yang akan meluluhkan hati seorang Edward Frederick yang sekeras batu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
Ara baru saja resmi menjadi istri Edward. Gaun putih yang indah, riasan yang menawan, dan sorak sorai para tamu undangan seolah menjadi ironi dari pernikahan yang ia impikan.
Kenyataan pahit menghantamnya tepat setelah janji suci terucap. Edward tetaplah Edward, pria dingin dan tanpa perasaan.
"Ingat, Nona, pernikahan ini hanyalah sebuah formalitas. Kau adalah pengganti. Pengganti yang sempurna untuk menutupi skandalku," bisik Edward di telinganya saat mereka berjalan berdampingan menuju mobil.
Ara menelan ludah, berusaha menahan air mata yang mendesak keluar.
Pengganti? Siapa yang ia gantikan? Pertanyaan itu berputar-putar di benaknya, namun ia tak berani bertanya.
"Di depan orang tuaku dan publik, kau harus menjadi istri yang sempurna. Tersenyum, bersikap ramah, dan tunjukkan bahwa kita saling mencintai. Tapi di balik di rumah kita hanyalah dua orang asing yang terpaksa tinggal di bawah satu atap," lanjut Edward dengan nada memerintah.
Ara mengangguk, merasa seperti boneka yang dikendalikan oleh Edward. Ia tahu, hidupnya ke depan tidak akan berjalan dengan mulus.
Edward berjalan cepat menuju mobil, meninggalkan Ara yang berjalan tertatih-tatih di belakangnya. Kakinya yang cacat semakin terasa sakit karena terlalu lama berdiri.
"Tuan, sebaiknya anda menunggu istri anda" ucap Bobby.
Edward hanya diam.
Bobby yang melihat Ara kesulitan, hendak menghampirinya dan membantunya. Namun, Edward melarangnya dengan tatapan tajam.
"Jangan mendekat Biarkan dia belajar untuk mandiri. Dia harus tahu, hidup bersamaku tidak akan mudah," desis Edward dengan nada dingin.
Bobby terdiam, merasa kasihan pada Ara. Ia tahu, tuannya sengaja memperlakukan wanita itu dengan kejam.
Edward masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya dengan keras. Ia sama sekali tidak peduli dengan Ara yang masih berusaha mengejarnya.
"Tunggu! Edward, tunggu aku!" teriak Ara dengan suara serak.
Tetap saja, Edward tidak menghiraukannya. Ia menyuruh Bobby untuk menjalankan mobil. Mobil mewah itu melaju dengan kencang, meninggalkan Ara sendirian di tengah malam yang dingin.
**
Hujan turun dengan derasnya, membasahi tubuh Ara hingga menggigil. Ia meringkuk di halte bus, berusaha mencari kehangatan. Gaun mewahnya kini terasa berat dan tidak nyaman.
"Kenapa nasibku seperti ini?" gumam Ara lirih, menatap langit yang gelap dan penuh dengan awan hitam. "Apa salahku? Kenapa aku harus menikah dengan pria seperti dia?"
Air mata akhirnya lolos dari matanya, membasahi pipinya yang pucat. Ia merasa sangat kesepian dan tidak berdaya.
"Aku tidak boleh menyerah," bisik Ara pada dirinya sendiri, menghapus air matanya dengan kasar. "Aku harus kuat. Aku harus bisa melewati semua ini."
Lantas, bagaimana caranya? Ia tidak punya uang, tidak punya teman, dan tidak punya tempat untuk berteduh. Ia hanya seorang wanita cacat yang ditinggalkan oleh suaminya di tengah malam yang dingin.
"Ya Tuhan, tolong aku," gumam Ara lirih, memeluk dirinya sendiri erat-erat. "Berikan aku kekuatan untuk menghadapi suamiku sendiri."
Ara memijat kaki kannya yang terasa nyeri karena berjalan cukup jauh.
Tiba-tiba, sebuah mobil berhenti di depannya. Seorang pria keluar dari mobil itu dan menghampirinya dengan wajah khawatir.
"Nona, apa kau baik-baik saja?" tanya pria itu dengan nada lembut. "Kau terlihat sangat kedinginan. Apa yang terjadi?"
Ara menatap pria itu dengan tatapan bingung. Siapa dia? Apakah ia bisa mempercayainya?
"Siapa anda? Kenapa anda menolong saya?" tanya Ara dengan bibir sedikit bergetar.
Pria itu tersenyum ramah. "Namaku Daniel," jawabnya. "Aku baru saja pulang kerja dan kebetulan melihatmu sendirian di sini, kehujanan dan kedinginan. Aku tidak bisa membiarkanmu begitu saja."
Daniel mengulurkan tangannya pada Ara. "Mari aku antar pulang. Kau ingat alamat rumahmu, bukan?" tanyanya.
Ara terdiam sejenak, menimbang-nimbang keputusannya. Apakah ia harus menerima tawaran Daniel? Apakah ia bisa mempercayai pria asing ini?
Sayangnya, Ara tidak punya pilihan lain. Ara terlalu lelah, terlalu dingin, dan terlalu putus asa. Ia membutuhkan bantuan.
Ara meraih tangan Daniel dan berdiri dengan susah payah. "Terima kasih, saya sangat menghargai bantuan anda."
Daniel tersenyum dan membimbing Ara menuju mobilnya. Ia membuka pintu untuk Ara dan mempersilakannya masuk.
"Jangan khawatir. Aku akan mengantarmu pulang dengan selamat," ucap Daniel mencoba menenangkannya.
Ara mengangguk dan masuk ke dalam mobil. Ia merasa sedikit lega dan aman berada di dekat Daniel.
"Semoga dia orang baik dan tidak akan menyakitiku," gumam Ara.
si detektif kecil kayak Conan 😄😄😄..
badannya aja yg pitik ga sama isi kepala nya,,
dari pada uncle mu yg 1/2 ons
aihhh mau ngapain merek apa Edward mau ngetes lolipop nya Sam Jul Jul