"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekar Hamil?
Setelah satu jam lebih keduanya tiba dirumah. Mentari sudah selesai dengan tugasnya, hari sudah berganti malam
Wajah Adrian tampak sumringah dan hal itu memicu kecurigaan sang ibu
"Kalian dari mana aja sih? Gak mungkin kan kalian nginep di panti?" Cecar Nina saat putra serta menantunya baru saja memasuki rumah
"Kita nginep dihotel" jawab Adrian
"Kamu kok gitu sih mas, aku nungguin kamu loh. Mana hp kamu gak bisa dihubungin"
Widia kesal, ia tahu apa yang terjadi selama Adrian dan Sekar menginap dihotel, susah payah ia membuat agar sang suami jauh dari istri pertamanya, tapi keduanya malah menginap dihotel
"Aku sengaja"
Bukan saja Widia, Sekar pun terkejut. Semalam ia coba bertanya namun katanya ponsel miliknya serta milik sang suami tengah kehabisan baterai, ternyata Adrian sengaja mematikannya
"Kamu tuh ya mas, gimana kalau aku dan bayi kita kenapa-kenapa? Kamu tuh gak mikir apa?"
"Tapi buktinya kamu baik-baik aja kan? Udahlah aku capek mau istirahat! Ayo sayang!"
Adrian menggenggam tangan sang istri lalu keduanya berjalan meninggalkan Nina serta Widia yang penuh kekesalan
Sesampainya dikamar, Adrian mendekat lalu memeluk sang istri dari belakang membuat Sekar mengerutkan keningnya
"Kamu gak ada capeknya yaa mas?"
"Dasar mesum!"
"Kok aku yang mesum? Kamu tuh dari tadi gak mau lepas. Awas mas! Aku mau mandi" Sekar berusaha melepaskan diri namun suaminya kian mempererat pelukannya
"Mas"
"Mas punya sesuatu untuk kamu!"
"Apa?"
Adrian mengurai pelukannya, mengeluarkan sebuah kotak beludru dari sakunya kemudian membukanya
Sekar membelalakkan matanya, melihat kalung berlian yang begitu indah. Gemerlap yang menunjukkan kemewahannya
"Ini untuk aku?"
"Tentu saja, mas beli ini khusus untuk kamu! Istri terbaik sepanjang masa"
Sekar tak dapat membendung lagi air matanya, rasanya terlalu mengharukan. Dirinya bahkan tak meminta untuk dibelikan kalung indah seperti ini
"Biar mas pakaikan!" Adrian membalik tubuh sang istri agar kembali menatap kearah cermin rias
Pria itu lebih dulu melepas kalung yang sebelumnya melingkar pada leher jenjang istrinya lalu menggantikannya dengan kalung yang baru
"Cantik!"
"Padahal kalung yang itu belum lama loh mas kasih"
"Emang kenapa, ini hadiah untuk kerja keras kamu semalam!" Adrian lalu meletakkan dagunya pada bahu sang istri lalu tangannya melingkar di atas perutnya
"Aku rasa kamu hanya buang-buang uang deh mas"
"Enggak kok, lagian kalau kita bahagiain istri, nanti rezekinya bakal nambah!"
"Aamiin!"
***
Pagi dimulai dengan kegiatan sarapan seperti biasanya, sejak tadi wajah Widia sudah tidak bersahabat. Pandangannya tertuju pada kalung berlian yang tengah melingkar di leher kakak madunya
Yang membuat Widia kian merasa kesal adalah kalung milik Sekar jelas jauh lebih indah dari miliknya, dan sepertinya kalung itu dipesan khusus
"Kalung kamu bagus mbak"
"Oh ini? Mas Adrian yang kasih. Kamu juga dapet kan?"
"Iya, tapi kayaknya nggak sebagus punya mbak" ketus Widia, kecemburuan terlihat jelas dari wajahnya
"Kamu mau tukeran?"
"Mbak mau menghina aku? Itu pemberian mas Adrian buat mbak Sekar kan? Lalu untuk apa diberikan padaku?"
Widia yang terlanjur kesal, memilih untuk meninggalkan meja makan
"Ada apa dengan dia?" Tanya Adrian yang baru saja tiba
"Gak pa-pa, mungkin karena hormon ibu hamil"
"Sudahlah, mas mau sarapan!" Adrian duduk dan seperti biasa Sekar akan melayani suaminya lebih dulu
Setelah kepergian Adrian, Sekar memilih untuk bersantai diruang tengah sembari menonton drama, dihadapannya berbagai macam cemilan
"Mbak kok akhir-akhir ini banyak makan? Gak takut gemuk?" Lilis baru saja datang membawa segelas jus alpukat pesanan sang nyonya
"Gak tau nih Lis, bawaannya pengen makan aja" sebenarnya Sekar pun merasa bingung dengan kondisi tubuhnya yang selalu merasa lapar
"Apa jangan-jangan mbak Sekar lagi hamil?"
"Hamil?"
Widia yang hendak menuruni anak tangga terkejut mendengar ucapan Lilis, ketakutan terlihat jelas dari wajahnya, jelas ia takut akan dibuang oleh Adrian setelah kehamilan Sekar
"Kalau mbak Sekar hamil, aku pasti akan diceraikan oleh mas Adrian"
Widia jelas merasa khawatir, anak adalah alasan kenapa dirinya menjadi istri Adrian. Jika Adrian memiliki anak bersama Sekar, jelas dirinya tidak lagi dibutuhkan, pikirnya
"Ah gak mungkin deh Lis, mungkin kebetulan aja"
"Tapi kemarin Lilis liat kalau mbak nyuruh Faisal buat ambilin mangga muda!"
Sekar mulai berpikir, jika memang benar dirinya mengandung pasti akan sangat membahagiakan baginya serta sang suami
Tapi dirinya tidak ingin merasa kecewa lagi, bukan pertama kalinya dirinya melakukan pemeriksaan dan hasilnya selalu membuatnya kecewa
"Tapi aku takut hasilnya bikin kecewa Lis" Sekar tertunduk lesu
"Ya kan dicoba dulu mbak, kalau emang positif kan kita bisa jaga kandungannya dari sekarang! Takutnya kejadian kemarin terulang lagi, karena mbak nggak tau lagi hamil malah makan makanan yang dilarang dan berakhir mbak kehilangan bayinya kan"
Sekar tampak berpikir sejenak, kejadian diawal pernikahan mereka, dimana saat itu tak ada satu orang pun yang menyadari jika dirinya tengah mengandung. Karena tengah ingin memakan rujak, wanita itu malah memakan buah nenas yang berakhir membuatnya kehilangan janin dalam kandungannya
"Gimana mbak? Mau Lilis beliin tespek gak?" Pertanyaan Lilis membuyarkan lamunannya
"Tapi Lis?"
"Buat jaga-jaga aja mbak, kalau emang hasilnya tidak sesuai dengan harapan kita ya udah" asisten rumah tangga itu terus memberi saran
"Ya udah deh, kamu beli sana!"
Sekar menyerahkan beberapa lembar uang lalu Lilis dengan cepat menuju apotek depan komplek
"Sial! Mbak Sekar gak boleh hamil, mbak Sekar gak hamil aja mas Adrian sesayang itu, gimana kalau mbak Sekar hamil?"
Widia merasa frustasi, walaupun ragu tapi ia tidak ingin mengambil resiko yang membuatnya berakhir dengan kehilangan Adrian
"Aku harus pikirin cara supaya mbak Sekar kehilangan anak dalam kandungannya jika benar mbak Sekar hamil"
Widia sejak tadi mondar-mandir di dalam kamarnya, perasaannya gelisah membayangkan bagaimana dirinya akan dibuang begitu saja oleh Adrian nantinya
Setelah menunggu beberapa saat, Lilis kembali dengan membawa kantong plastik dan segera ia serahkan pada Sekar yang telah menunggu sejak tadi
"Kamu belinya sebanyak ini Lis?"
Sekar tercengang saat asisten rumah tangganya itu datang dengan membawa lima alat tes kehamilan dengan berbagai merek
"Ya biar yakin mbak, udahlah sekarang mbak tes! Lilis penasaran" Wanita itu terlihat sangat antusias
Sekar masuk kedalam kamar mandi dengan ragu, pikirannya berkecamuk antara rasa penasaran dan ketakutan akan kekecewaan
Lilis menunggu diluar kamar mandi dikamar majikannya, ia yang sudah bekerja bersama Sekar sejak awal pernikahan wanita itu, jelas ia tahu bagaimana rasa kecewa serta keinginan yang besar dari majikannya itu
udh bener dpt mantu sekar.... eeee mlah g ada syukurnya...