Ini kisah nyata tapi kutambahin dikit ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3
Beberapa tahun sudah terlewati dengan begitu saja.
Terlihat dipinggir jalan raya sebuah gedung bercat putih menjuntai tinggi, dan didepan gedung itu terlihat ada banyak remaja berpakaian putih biru berhamburan keluar dari pintu gerbang itu dengan motornya bahkan ada yang dijemput pakai mobil orangtua mereka.
"Hati-hati. Harap antre. Tolong jangan berdesakan dan jangan kebut-kebutan,"
Salah satu satpam penjaga gerbang menegur para murid SMP yang ramai berebut ingin keluar lebih dulu karena sudah tidak sabar ingin segera pulang.
Bummmm
GUBRAK
"Woi, minggir elah...!"
Mendengar suara gaduh, pak satpam yang sempat menegur beberapa siswa kini menoleh kearah parkiran yang ada dihalaman sekolah. Bahkan bukan hanya pak satpam saja tapi juga semua murid yang kebetulan masih ada disekolahan itu.
"Sen, kamu nggak apa-apa?"
Pak satpam bertanya dia menghampiri Sendi yang baru saja terjatuh bersama motornya. Terlihat motor matic Sendi pecah dibeberapa bagian.
"Ayo saya antar ke UKS, siapa tahu kamu ada yang luka,"
"Nggak usah, Pak. Saya nggak apa-apa." Sendi tersenyum lalu mulai naik keatas motornya yang tadi sempat roboh bersamanya.
"Bener kamu nggak apa-apa?"
"Serius nggak apa-apa, Pak."
"Oh, yasudah. Hati-hati pulangnya jangan kebut-kebutan,"
"Siap, Pak."
Sendi menyalakan motor dia mulai melajukan motornya keluar dari pintu gerbang melewati satu gadis yang berdiri disisi gerbang, lalu motor maticnya itu melesat dijalan raya menyatu dengan banyak pengendara lainnya.
"Dor...!"
"Eh..! Astagaaa..! Ih, elo suka ngagetin sumpah," gadis yang tadi dilewati oleh Sendi menepuk bahu temannya karena temannya itu sudah mengagetkannya.
"Lo ngelamun ya, El?"
"Ih, enggak ya!" bantahnya. "Gue laper btw..." Gadis yang bernama Ella ini mengusap perutnya yang sudah keroncongan sejak tadi. Sengaja dia tahan karena diminta menunggu temannya ini.
"Capcuuusss..."
...----------------...
Pintu cafe terbuka menampilkan sesosok remaja yang masih berpakaian putih biru. Remaja yang tidak lain adalah Sendi. Kedua pandangan matanya mengedar ke seluruh ruangan cafe dia mencari keberadaan kedua temannya yang sudah menunggunya sejak tadi.
"Sen, oi...!"
Kedua mata Sendi menatap kearah meja yang letaknya tak jauh dari jendela kaca, disana kedua temannya itu sudah duduk dan melambai kearahnya. Sendi mendekat menghampiri mereka berdua, duduk dikursi yang masih kosong.
"Hari ini kalian gue traktir deh,"
Mendengar kata traktir Sendi tersenyum miring dia tentu akan memanfaatkan momen ini dengan sangat baik.
"Ayam geprek, nasi uduk, sama es teh," makanan itulah yang kini masuk kedalam bayangan Sendi yang terlihat menggiurkan, kebetulan sekali saat ini Sendi memang sedang lapar. Baru pulang sekolah dan memang sudah pukul satu siang dan memang sudah waktunya makan siang.
"Oke. Bentar. Gue pesenin dulu,"
"Lagi banyak duit dia, Gel?" tanya Sendi ketika Ridho sudah pergi menuju tempat pemesanan.
"Nyokap bokapnya gajian, uang saku Ridho ditambahin." kata Agel kedua matanya tetap fokus pada layar ponsel miliknya.
Bibir Sendi membulat dia mengangguk merasa bersyukur karena memiliki teman yang terlahir dari orang kaya. Contohnya seperti saat ini disaat temannya itu banyak duit Sendi juga ikut kecipratan, ya walaupun hanya mendapat traktiran.
Suasana dimeja Sendi dan Agel kembali hening karena keduanya fokus pada ponsel masing-masing tentunya sambil menunggu Ridho membawa pesanan mereka. Agel kembali bersuara ketika kedua matanya tidak sengaja melihat luka gores dilengan Sendi, kecil tapi cukup membuat Agel penasaran.
Agel menyenggol kaki Sendi yang masih terbungkus sepatu dibawah meja sana. "Lo kenapa?"
Tanya yang sangat tiba-tiba dan tanpa konteks yang jelas membuat Sendi mengernyit bingung. "Gue? Kenapa?" tunjuknya pada diri sendiri dan langsung mendapat anggukan dari Agel.
"Gue nggak kenapa-kenapa? Memangnya kenapa?" Sendi malah bingung sendiri.
Agel menunjuk lengan Sendi yang terdapat luka gores kecil dengan dagunya. "Lengan lo luka."
Lengan? Luka?
Sendi menatap lengannya sendiri, dan benar, disana ada luka gores kecil. Ingatannya langsung tertuju pada kejadian diparkiran tadi.
"Oh ini. Tadi gue sama motor jatuh diparkiran."
"Kok bisa?"
"Ada yang nggak sengaja nyerempet, jadi ya gitu deh, gue jatuh plus motornya," Sendi tersenyum santai.
Agel mendelik, terkejut tentunya. "Wah, kata gue sih itu memang disengaja bukan nggak disengaja. Lo hajar nggak dia?" entah kenapa Agel merasa kesal karena sepertinya ada yang mempermainkan temannya itu.
Sendi tersenyum miring dia menggeleng santai. "Ngapain? Gue nggak mau ribut, gue mau cari aman."
Agel berdecak, dia kesal, kenapa juga temannya satu ini ngeyel kalau dibilangin. "Kata gue nih ya, kalau ada yang nakal ke kita ya kita balas nakal lah. Tuman kalau didiemin begitu. Ah, bangke tuh anak..." Agel malah jadi emosi sendiri padahal Sendi yang diserempet malah santai saja.
Sendi tersenyum tipis senyuman yang memang khas-nya dia. Sendi menggeleng pelan. "Gue makasih banget karena lo peduli ke gue. Tapi sorry banget gue bukan type orang yang suka nyari ribut. Gue lebih suka yang damai, tenang. Kata gue itu lebih asik sih,"
Agel berdecak dia bertambah kesal. "Serah lo deh, Sen. Tapi kata gue nih ya tuh anak yang nyerempet lo itu emang sengaja. Dan gue cuma bisa kasih saran sama lo. Lain kali kalau ada yang gitu.in elo lagi, ladenin dah ladenin, biar kapok, tuman entar, asli..."
Sendi tetap santai dia hanya menaikan kedua alis tanda merespon ucapan Agel tanpa beralih dari ponselnya.
"Eh, bantuin kek. Kalian malah asik-asikan ngobrol,"
Ridho baru saja kembali dari tempat pemesanan dan dia meletakan pesanan mereka bertiga diatas meja dengan mulut yang mengomel membuat Agel dan Sendi tertawa kencang.
"Hahahaaa..."
...----------------...
Diluar di parkiran cafe satu motor matic keluaran terbaru berhenti disebelah motor matic yang pecah dibeberapa bagian.
"Kita mau makan apa siang ini?" Sambil turun dari atas motor, melepas helm, gadis yang tidak lain adalah Ella bertanya pada temannya, namanya Dita.
Dita tak langsung menjawab karena dia pun masih sibuk memposisikan motornya dengan benar. "Nasi uduk sama ayam geprek aja nggak sih?"
"Minumnya es teh?"
Ella masih menatap Dita, menaikturunkan kedua alisnya, mengingat siang ini begitu terik pastilah cocok jika setelah makan yang pedas-pedas langsung di lengkapi dengan minuman dingin, contohnya ya es teh.
Dita tersenyum dia mengangkat dua jempolnya. "Sip. Pasti segeeerrrr...." saking semangatnya mengangkat jempol tak di sengaja Dita malah menyenggol helm yang berada di motor sebelahnya, helm itu pun jatuh.
Prakkk
Menggelinding.
Ella dan Dita kompak menutup mulut. "Astaga Diiit, elo ngapain siiihhh? Itu helm orang lo jatuh.in? Astagaaa..."