Keputusan gegabah membuat Sekar harus menderita, suami yang ia terima pinangannya 5 tahun lalu ternyata tak membawanya ke dalam kebahagiaan. Sekar harus hidup bersama ibu mertua dan kedua iparnya yang hanya menganggapnya sebagai pembantu.
Sekar yang merasa terabaikan akhirnya memilih kabur dan menggugat suaminya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Ikuti ceritanya setiap episode. Aku mohon jangan di lompat. Terima kasih 🙏🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Keduapuluhtujuh
Sudah dua minggu ini Lala tak bisa dihubungi, Lastri menjadi khawatir dengan kondisi putrinya. Apalagi Ayu menolak menerima telepon darinya. Lastri juga sempat menghubungi manajer restoran, tetapi pria itu mengatakan kalau ponsel Lala sedang rusak. Dia hanya mengirimkan video Lala yang lagi menghidangkan makanan kepada tamunya.
"Ibu kenapa tidak percaya dengan manajernya, ya? Ibu merasakan jika laki-laki itu menyimpan sesuatu," kata Lastri curiga.
"Minggu depan kita ke sana saja, Bu!" usul Lulu.
"Benar, Bu. Kita temui dan tanya alasan Lala langsung tanpa harus curiga dengan manajernya," sahut Reno.
"Kelamaan kalau minggu depan, Ibu enggak sabar mau bertemu adikmu!" kata Lastri lagi.
"Bu, tapi aku enggak bisa ikut kalau bukan hari libur kerja," ujar Reno.
"Biar Ibu dan Lulu saja yang ke sana," ucap Lastri.
"Hari libur saja, Bu. Kalian mau menginap di mana kalau ke sana?" tanya Reno.
"Kami pergi habis Subuh terus pulang sebelum Ashar," jawab Lastri.
"Terserah Ibu saja, deh!" ucap Reno.
"Ayu juga kenapa sulit sekali dihubungi!" kesal Lastri. "Temannya yang membawa Lala bekerja, jadi seharusnya dia juga ikutan bertanggung jawab!" lanjutnya mengoceh.
"Bu, temannya Kak Ayu bukan cuma mengurusi Lala. Ada banyak yang mau dikerjakannya," kata Lulu.
"Sabar aja kenapa, sih, Bu!" Reno mencoba menenangkan Lastri agar tidak khawatir.
Lastri mengangguk mengiyakan, ia berusaha supaya tetap tenang.
Reno yang lapar karena sang ibu tak sempat memasak lantas pergi ke warung nasi yang berada di ujung jalan. Di sana ia bertemu dengan Pak Karman dan istrinya sedang membeli makan siang juga.
"Beli makan diluar juga, Pak. Tapi, 'kan jual makanan," kata Reno berbasa-basi.
"Ya iyalah, Mas Reno. Masakannya 'kan beda, bosan kalau menunya itu-itu terus!" ucap Pak Karman yang dihadapannya gulai ikan kakap, rebusan sayur singkong dan lalapan mentimun.
"Iya juga, ya, Pak!" kata Reno tersenyum nyengir.
"Kami duluan makan, ya, Mas Reno!" ucap Pak Karman.
"Oh, silahkan, Pak. Aku mau bungkus saja!" kata Reno kemudian menghampiri pegawai yang sedang berdiri di steling makanan.
Setelah memesan makanannya, Reno kemudian kembali ke rumahnya dengan menggunakan motornya. Di parkiran Reno berpapasan dengan Ryan. Keponakannya Pak Karman itu menyempatkan menyapa Reno namun tanggapan Reno acuh.
Ryan pun cuek, ia tak terlalu serius menanggapi sikap acuh tetangga pamannya itu.
"Sekarang dia sudah puas aku berpisah dengan Sekar!" oceh Reno di atas motor yang dikendarainya.
***
Dua hari kemudian...
Lastri dan Lulu pergi menemui Lala, keduanya sampai pukul 7 pagi. Sebelum melanjutkan perjalanan ke restoran tempat Lala, mereka singgah ke warung sarapan.
Setelah kenyang mereka berangkat ke restoran, sesampainya di sana ternyata yang namanya Lala tidak ada.
"Dia bekerja di sini loh, Pak!" Lulu meyakinkan manajer restoran.
"Di sini memang tidak ada namanya Lala," kata manajer.
"Lalu siapa yang mengirimkan video ini?" tanya Lulu menunjukan ponselnya.
"Saya tidak tahu, Mbak. Saya baru sebulan di sini," jawab manajer pria itu.
"Ya ampun, jadi di mana Lala?" raut wajah Lastri berubah menjadi panik dan khawatir.
Manajer itu kemudian masuk kembali ke restoran.
"Lulu, bagaimana ini? Di mana adikmu?" air mata Lastri perlahan jatuh.
"Aku pun juga enggak tahu, Bu!" kata Lulu juga panik.
"Telepon Reno!" titah Lastri.
"Iya, Bu!" kata Lulu.
Lulu memberitahu Reno bahwa mereka tak bertemu Lala, tentunya kabar ini mengejutkan pria itu.
Lulu kemudian mencoba menghubungi Ayu, tetapi nomor telepon wanita itu tak aktif. Rasa takut, panik dan khawatir menjadi satu melingkupi hati Lulu dan ibunya.
Keduanya yang tak berhasil menemui Lala balik pulang dengan hati kecewa dan berantakan.
Reno kembali dari kerjaannya lebih awal karena kabar tersebut. Padahal ia berencana akan berkumpul dengan teman-temannya.
Sesampainya di rumah, Lastri memeluk putrinya dan menangis. "Lala... Reno!!"
"Aku bantu mencarinya, Bu!" kata Reno.
"Di mana kita mencarinya?" tanya Lastri melepaskan pelukannya.
"Kita temui Ayu," jawab Reno.
"Dia enggak bisa dihubungi, Kak. Bahkan sepertinya dia memang sengaja menghindar!" kata Lulu.
"Aku akan coba datangi rumah orang tuanya," ucap Reno.
"Kamu tahu di mana orang tuanya?" tanya Lastri.
"Aku masih ingat alamat rumahnya. Semoga saja mereka belum pindah," jawab Reno.
Selepas Maghrib, Reno dan Lulu berangkat ke rumah orang tuanya Ayu. Beberapa tahun lalu Reno sempat 2 kali mengantarkan wanita itu ke sana.
Selang 15 menit, Reno dan adiknya tiba dikediaman orang tuanya Ayu. Mereka melihat rumah berlantai dua itu lebih cantik terlihat dari cat dinding yang masih baru.
Reno lalu memanggil nama Ayu beberapa kali. Namun, tak ada sahutan dari dalam rumah. Hingga membuat tetangga yang berada di sebelah keluar menemuinya.
"Cari siapa?" tanya seorang pria paruh baya.
"Ayu, Pak!" jawab Reno.
"Ayu tidak tinggal di sini lagi. Rumah ini sudah dijual, pemiliknya sedang ke luar kota," kata pria itu menjelaskan.
"Sejak kapan mereka pindah?" tanya Reno penasaran.
"Satu tahun lalu," jawab pria itu.
Reno dan adiknya saling pandang. Harapan mereka mencari keberadaan Lala cuma ada pada orang tuanya Ayu karena wanita itu sulit dihubungi.
"Kalau begitu, terima kasih, Pak!" ucap Reno.
Keduanya lalu pulang ke rumah dan memberitahu ibunya jika mereka tak berhasil menemui orang tuanya Ayu. Sontak, Lastri kembali menangis.
"Lala...kamu di mana, Nak?" isak Lastri.
"Bu, ini sudah malam. Jangan menangis begitu!" kata Lulu menguatkan.
"Ibu enggak tahu kondisi Lala. Bagaimana bisa tenang?" sentak Lastri.
"Kalau begitu kita lapor polisi saja!" saran Lulu.
"Jangan dulu!" larang Reno.
"Kenapa, Kak?" tanya Lulu.
"Kita tunggu beberapa hari lagi, mungkin saja ponselnya Lala benar-benar rusak. Jadi dia enggak bisa menghubungi kita," jawab Reno.
"Bagaimana kalau dia sebenarnya sudah diculik atau.....?" kalimat Lulu terjeda.
"Jangan berpikir buruk, Lulu!" bentak Lastri kepada putrinya yang lidahnya asal berucap.
"Maaf, Bu!" kata Lulu.
"Besok aku akan ke sana mencari Lala!" ucap Reno.
"Bagaimana dengan pekerjaan Kakak?" tanya Lulu.
"Urusan pekerjaan bisa nanti-nanti. Sekarang fokus mencari adikmu!" jawab Lastri.
"Lalu bagaimana rencana persiapan pernikahan aku, Bu?" tanya Lulu lagi.
"Keselamatan adikmu dulu yang lebih utama!" jawab Lastri dengan meninggikan suaranya.
Lulu pun terdiam.
***
Keesokan paginya, Reno berangkat mencari keberadaan Lala. Sesampainya, ia mendatangi restoran yang menjadi tempat bekerjanya Lala pertama kalinya. Jawaban yang ia terima persis sama dengan yang diterima ibu dan adiknya.
Reno tak mau pulang, ia mencoba bertanya dengan menunjukkan foto adiknya kepada beberapa warga yang tinggal di dekat restoran. Namun, tak ada satupun yang mengenal atau pernah melihatnya.
Reno kembali melanjutkan pencariannya, langkah kakinya berhenti kala melihat seseorang yang sangat dikenalnya. "Sekar!" gumamnya.
mergo sekar sih kesusu nrimo ibuk e. sak iki ibuk e gk seneng kr Ryan. trus piye keputusanmu milih Ryan po milih ibuk mu.
kayak si jule ntar kl anak dah besar br nyari dng Kata kunci Ibu Menyesal. alah Preet lah..