Alma Seravina, seorang ibu tunggal yang bekerja sebagai Hostess di sebuah klub malam, harus menghadapi pandangan merendahkan dari masyarakat sekitarnya. Pekerjaannya yang unik, yang memerlukan dia untuk bekerja di malam hari, sering kali disalahpahami sebagai pekerjaan yang tidak pantas. Namun, Alma tetap mempertahankan pekerjaannya untuk membesarkan anak satu-satunya. Meskipun pandangan masyarakat membebani dirinya, Alma tidak pernah menyerah sedikitpun apalagi setelah mengetahui kondisi anaknya yang sedang sakit parah.
Di tengah kebingungan, tiba-tiba saja seorang pemuda yang usianya jauh di bawah Alma memasuki kehidupannya untuk balas dendam atas kematian tunangannya yang berkaitan dengannya. Namun, bukannya berhasil membalaskan dendam, Gevan justru malah terjebak nikah dengan Alma.
"Ayo menikah dan tandatangani kontrak ini!"
Alma tersenyum remeh, "Apa kamu bercanda? Aku tidak pantas jadi istri kamu, aku lebih pantas jadi kakak atau Tante kamu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wulan_Author, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27 Anak Jandanya
Tok
Tok
Tok
Suara pintu yang diketuk dari luar mengalihkan perhatian ibu Julia yang sedang menyiapkan makanan untuk makan malam. Dengan cepat ibu Julia mematikan kompornya dan langsung melihat siapa yang bertamu malam-malam seperti ini. Ibu Julia membuka kenop pintu dan betapa terkejutnya dia saat melihat jika yang ada di hadapannya adalah nyonya Wisma yang tidak ingin dia temui.
"Halo Nyonya, maaf saya mengganggu malam-malam seperti ini. Apa boleh saya masuk ke dalam?" tanya Nyonya Wisma dengan ramah.
Ibu Julia yang masih terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dia lihat masih terpaku diam tanpa bersuara hingga akhirnya dia tersadar karena suara Pak Bayu.
"Bu, ada tamu kenapa tidak di ajak masuk?"
Ibu Julia langsung mengejapkan matanya, "Oh iya silakan masuk."
Dengan enggan Ibu Julia pun akhirnya mempersilakan Nyonya Wisma untuk masuk.
"Saya pikir anda tidak ingin menerima saya di sini sampai saya kaget karena anda mengacuhkan saya beberapa detik yang lalu," gurau Nyonya Wisma namun dengan suara tegas.
"Maaf, saya hanya terkejut atas kedatangan Anda yang datang tiba-tiba malam-malam seperti ini," tutur Ibu Julia.
Pak Bayu pun ikut bergabung bersama Ibu Julia dan Nyonya Wisma.
"Silakan duduk," ucap Pak Bayu.
Nyonya Wisma pun duduk di sofa yang sudah terlihat tua dengan hati-hati.
Tak ingin terlihat tegang di hadapan tamu, Pak Bayu pun menawarkan minuman untuk Nyonya Wisma.
"Mau minum apa, Nyonya? Biar saya ambilkan minum," tanya Pak Bayu.
Ibu Julia mendelik ke arah Pak Bayu.
"Tidak usah repot-repot," tolak Nyonya Wisma.
Pak Bayu mengangguk lalu duduk di sebelah ibu Julia. "Mohon maaf Nyonya, ada perlu apa ya datang ke rumah saya larut malam seperti ini? Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Pak Bayu.
"Sebelumnya perkenalan, nama saya Wisma. Mungkin kalian sudah tahu siapa saya, sebelumnya kita juga pernah bertemu di rumah sakit. Maksud kedatangan saya ke rumah ini hanya untuk memberikan beberapa hadiah dan beberapa barang yang harus Aisya gunakan besok di acara pernikahannya."
Deg
Seketika jantung Ibu Julia berdetak sangat kencang saat mendengar ucapan Nyonya Wisma, begitupun dengan Pak Bayu yang merasa terkejut.
Pak Bayu tersenyum bingung, "Maaf Nyonya, tapi pernikahan apa ya? Karena saya tidak tahu dan Alma pun belum memberitahu kami Jika dia akan menikah," tanya Pak Bayu dengan bingung.
Nyonya Wisma menghela nafasnya, "Sebenarnya saya juga menentang pernikahan ini tetapi karena anak saya sangat tertarik kepada putri kalian yang sudah mempunyai anak itu, maka saya tidak bisa melarangnya dan mereka akan menikah besok," jelas Nyonya Wisma.
"Menikah besok?"
Ibu Julia sangat terkejut mendengar Nyonya Wisma yang tidak lain adalah ibu Gevan dengan lantang membenarkan ucapan Gevan tadi pagi padahal sebelumnya Alma dicampakkan begitu saja.
Pak Bayu sekilas menoleh ke arah Ibu Julia dengan tatapan bingung apa mungkin Alma benar-benar akan menikah? tetapi mengapa dia belum memberitahu Pak Bayu?
"Apa ibu tahu soal ini?" tanya Pak Bayu pada ibu Julia.
Ibu Julia menoleh, "Ibu kira pemuda itu hanya becanda, Pak," ketus ibu Julia.
Nyonya Wisma terkekeh, "Anak saya memang seperti itu, saya juga terkejut mendengar ucapannya tadi saat di rumah sakit. Namun, saya juga tidak ingin menghalangi niat baiknya dan memutuskan untuk mendukungnya menikahi putri kalian."
"Maaf Nyonya, tetapi pernikahan bukanlah sesuatu yang dapat dipermainkan, mungkin Alma masih bimbang atau labil dalam memutuskan hal ini. Apa boleh saya berbicara terlebih dahulu dengan putri saya untuk memastikan kekeliruan ini?" tanya Pak Bayu dengan sopan.
"Tidak usah bertanya lagi karena mereka besok akan menikah, berikan saja ini pada Alma lalu katakan padanya jika pernikahannya akan diadakan di gedung yang sudah saya siapkan!"
Ibu Julia yang sudah merasa muak dengan pernyataan orang-orang yang baru saja dia kenal itu langsung menggebrak meja di hadapan Nyonya Wisma.
"Tidak! aku tidak akan merestui pernikahan Alma apa pun yang terjadi!"
Nyonya Wisma menyeringai tak percaya, "Maaf, maksud Anda bagaimana? saya tidak mengerti."
"Apa ucapanku tadi kurang jelas? Baiklah biar aku perjelas sekali lagi! Aku Julia Pratiwi sangat menentang pernikahan konyol ini!" teriak ibu Julia dengan lantang.
Nyonya Wisma tersenyum remeh sambil melipat kedua tangannya, apa mungkin ini adalah permainan mereka? Ibunya terlihat sangat matre dan sombong, tetapi dia menolak menantu kaya untuk anak jandanya itu. Baiklah, karena rencana Gevan tidak boleh gagal maka Nyonya Wisma akan meyakinkan orang tua Alma.
Dengan tenang Nyonya Wisma tersenyum sambil menyodorkan mahar untuk Alma, "Tolong berikan ini pada putri kalian. Ini memang terkesan sangat mendadak, tapi apa boleh buat," ucapnya.
Brak!
Ibu Julia membanting semua barang yang dibawa Nyonya Wisma hingga berhamburan di atas lantai.
"Apa kalian tidak dengar? Aku tidak akan menikahkan Alma dengan siapa pun! bahkan Alma sebelumnya tidak pernah berbicara apa-apa tentang laki-laki, namun mengapa pagi ini dia berbicara seolah-olah serius! Aku tidak akan mengijinkan Alma menikah jika dia ingin menikah dengan pemuda asing itu!"
Mendengar ucapan Nyonya Julia, Nyonya Wisma sangat keberatan dengan penolakan dan penghinaan ini.
"Apa menurutmu anakku bukan orang penting? Apa kalian tidak mengenal keluarga kami?" cecar Nyonya Wisma sambil tersenyum sinis.
Ibu Julia hanya mendelik tak peduli saat mendengar ocehan Nyonya Wisma. Dari penampilannya saja ibu Julia sudah bisa menebak jika dia adalah orang berada dan mungkin cukup penting, maka dari itu ibu Julia tidak senang dengan kabar Alma yang akan di nikahi laki-laki itu, apalagi dengan cepat Alma bisa mendapatkan uang satu miliar untuk pengobatan Rose, sudah pasti uang itu juga di berikan oleh Gevan.
Ibu Julia menghembuskan nafasnya dengan kasar, "Aku tidak perlu tahu siapa kamu dan anak kamu, aku juga tidak peduli kalian siapa! Pokoknya aku tidak akan menyetujui pernikahan Alma yang mendadak ini!" ketus ibu Julia.
Nyonya Wisma mengepalkan tangannya erat-erat sambil menatap ibu Julia dengan tatapan kesal. Seandainya saja anakku tidak terlibat dengan keluarga ini, sudah pasti nyonya Wisma akan memasukkan ibu Julia ke daftar hitamnya.
"Setuju atau tidak besok pagi anak kalian dan anakku Gevan akan menikah di tempat yang sudah aku tentukan. Kalian boleh datang boleh juga tidak, itu terserah!"
Pak Bayu segera menenangkan Ibu Julia, "Bu, ibu harus tenang dulu, bapak akan tanya Alma nanti," bisik Pak Bayu.
Ibu Julia yang masih emosi terus menatap tajam ke arah Nyonya Wisma.
"Kami akan datang, Nyonya. Tentu jika ini kehendak putri kami, kami pasti akan datang."
Pak Bayu menyahut pembicaraan Nyonya Wisma dan dengan tenang menyetujui lamaran yang terkesan mendadak ini agar keadaan tidak semakin panas.
"Pak!" sentak ibu Julia.
Pak Bayu hanya mengangkat sebelah tangannya dan menyuruh ibu Julia agar tetap tenang.
Nyonya Wisma tersenyum puas, "Itu cukup baik, jangan terlambat dan pastikan Alma datang tepat waktu," tegas Nyonya Wisma.
Pak Bayu menganggukkan kepalanya dengan sopan.
Nyonya Wisma pun berlalu dari rumah Alma dengan perasaan lega. Semoga saja tidak sampai satu tahun Gevan bisa menyelesaikan balas dendamnya. Namun, bahkan hingga saat ini Nyonya Wisma juga belum mendapatkan informasi tentang masa lalu Alma dan masalah Gevan yang berkaitan dengannya.
Nyonya Wisma masuk kedalam mobil.
"Bagaimana? Apa sudah ada kabar dari anak buahmu tentang wanita itu?" tanya Nyonya Wisma pada anak buahnya.
"Mereka masih mencari tahu, Nyonya. Saya akan minta mereka agar cepat menyelesaikan pekerjaannya."
Nyonya Wisma mengangguk, "Lakukan dengan cepat!" titahnya.
Anak buahnya hanya mengangguk patuh sambil menutup kembali pintu mobil.
Sementara di dalam rumah Alma, ibu Julia dan pak Bayu masih berdebat tentang pernikahan Alma yang mendadak ini.
"Kenapa Bapak setuju dengan ucapan perempuan gila tadi, Pak?"
Pak Bayu hanya menghela nafas sambil pergi menuju kursi.
Ibu Julia berdecak, "Kenapa malah menghindar? Kamu bisa jawab tidak setuju kan, Pak! Bukannya malah mengiyakan ucapannya tadi," sentak ibu Julia.
"Bapak tidak ingin salah mengambil keputusan, Bu. Kalau Alma saja sudah setuju dengan pernikahannya, lalu kenapa kita harus mempersulit?"
"Pernikahan ini tidak akan pernah terjadi! Ibu tidak setuju jika Alma menikah dengan pemuda itu, Pak!" tegasnya.
Pak Bayu melempar majalah dengan keras, "Kenapa tidak setuju? Apa karena calon suami Alma adalah orang kaya? Bukannya itu malah menguntungkan untuk kamu!" tanya Pak Bayu dengan nada sedikit menyentak.
Ibu Julia menelan ludahnya dengan kasar, "Tetap saja ini semua tidak masuk akal! Operasi anaknya saja baru selesai, tapi anak itu sudah memutuskan akan menikah!"
"Itu semua keputusan Alma, kita tidak bisa menentangnya, Bu!"
Ibu Julia memutar kedua bola matanya dengan malas sambil bergumam, "Gawat saja jika Alma menikah dan mendapatkan suami kaya raya, bisa-bisa dia besar kepala dan nanti malah kami yang menderita! Apalagi anakku belum menemukan pria yang cocok untuk di nikahi!" gumam ibu Julia dalam hatinya.
Princess| "Aku akan pulang besok, sampai bertemu di rumah, aku rindu kalian."