Nayla dan Dante berjanji untuk selalu bersama, namun janji itu pudar ketika Nayla mendapatkan pekerjaan impiannya. Sikap Nayla berubah dingin dan akhirnya Dante menemukan Nayla berpegangan tangan dengan pria lain. Hatinya hancur, tetapi sebuah kecelakaan kecil membawanya bertemu dengan Gema, kecerdasan buatan yang menjanjikan Dante kekayaan dan kekuasaan. Dengan bantuan Gema, Dante, yang sebelumnya sering ditolak kerja, kini memiliki kemampuan luar biasa. Ia lalu melamar ke perusahaan tempat Nayla bekerja untuk membuktikan dirinya. Dante melangkah penuh percaya diri, siap menghadapi wawancara dengan segala informasi yang diberikan Gema.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
badai yang mendekat
Freya memimpin rapat dewan direksi. Dia menatap wajah-wajah tegang di hadapannya, berusaha tetap tenang meski hatinya bergemuruh.
"Saya mengerti kekhawatiran Anda semua. Penurunan ini memang signifikan, tapi kita akan menanganinya," ucap Freya, suaranya tenang dan tegas. "Kita akan menemukan akar masalahnya dan menyelesaikannya bersama."
Namun, di dalam lubuk hatinya, Freya tahu ada sesuatu yang tidak beres. Penurunan ini terlalu cepat, terlalu drastis. Ada kekuatan tak terlihat yang menarik semua tali dari kegelapan.
Seorang eksekutif senior, Bapak Hadi, berdiri dan menyajikan laporan di layar besar. "Data triwulan ini menunjukkan kerugian yang mengejutkan, Nona Freya. Penjualan turun 60% dalam dua minggu terakhir. Ini bukan sekadar fluktuasi pasar, ini... disengaja."
Freya menahan napas. "Apa maksud Anda, Pak Hadi?"
"Saya telah menganalisis data transaksi. Sebagian besar kerugian berasal dari kampanye pemasaran yang tampaknya sukses, tetapi justru mengarahkan pelanggan ke produk pesaing yang meniru produk kita," jawabnya. "Ini adalah serangan terkoordinasi yang sangat canggih."
Freya merasa amarahnya memuncak. Kerugian ini bukanlah akibat dari pasar yang lesu, melainkan sebuah konspirasi yang terencana dengan baik. Dia kini tahu ia sedang menghadapi lawan yang berbahaya.
Di sisi lain, George, ayah Freya, juga merasakan ada kejanggalan. Ia melihat laporan keuangan perusahaan yang terus memburuk dan instingnya mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. George adalah seorang perfeksionis. Ia tidak akan membiarkan kerja kerasnya selama bertahun-tahun dihancurkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
George memanggil dua staf tepercaya yang sudah bekerja bersamanya selama puluhan tahun. "Saya ingin kalian menyelidiki data transaksi perusahaan, terutama yang paling mencurigakan. Jangan sampai ada yang tahu."
"Siap, Pak," jawab staf tersebut serempak.
Meskipun George percaya pada kemampuan Freya, ia tidak bisa hanya berdiam diri melihat perusahaannya jatuh. Ia harus menemukan dalang di balik semua ini dan melindunginya.
Di tengah kesibukan yang menguras mental, ponsel Freya berdering. Panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Freya mengangkatnya, suaranya terdengar lelah.
"Halo?"
"Hey, Freya. Ini aku, Lucas. Kita belum pernah bertemu, tapi aku yakin kau pernah mendengar namaku dari Bram."
Seketika, Freya merasa tidak nyaman. Jantungnya berdebar kencang dan ia berusaha menenangkan dirinya. Panggilan dari orang yang tidak terduga ini terasa seperti sebuah jebakan, dan senyuman santai Lucas di ujung telepon terasa seperti sebuah ancaman yang dingin.
Tak lama setelah panggilan telepon itu berakhir, Freya menerima email yang dikirim dari alamat surel yang tidak dikenal. Subjek emailnya hanya "Laporan Terlampir". Freya membuka lampiran itu dan matanya membelalak. Itu adalah laporan terperinci tentang skema rumit yang dirancang untuk melemahkan perusahaan Pusat XY. Laporan itu mencakup rincian kerugian, kampanye pemasaran yang manipulatif, dan pergerakan pasar yang disengaja.
Freya menyadari bahwa setiap kejadian yang mengacaukan perusahaan ayahnya ini telah direncanakan dengan rapi. Dia melihat setiap transaksi mencurigakan, setiap kampanye yang gagal, semua diarahkan untuk satu tujuan: kehancuran perusahaannya. Di bagian paling bawah laporan, Freya menemukan nama pengirimnya Lucas.
Freya membanting dokumen di atas meja, membuat tumpukan kertas di sampingnya berhamburan. Kemarahan dan frustrasi mendominasi dirinya. Ia memandang ke luar jendela, matanya dipenuhi dengan amarah. Selama ini, ia mengira masalah perusahaannya adalah murni kegagalan internal. Namun, semua yang ia lihat di laporan ini adalah sebuah konspirasi yang terencana dengan baik.
Ia mengepalkan tangannya. "Aku sudah dipermainkan!" serunya. "Mereka semua, Bram, Lucas... semuanya hanyalah pion dalam permainan kotor ini."
Freya teringat kata-kata Lucas saat meneleponnya, suaranya yang tenang dan santai, seolah ia sedang mengamati permainan catur. Lucas bukan hanya mengendalikan pasar, dia juga mengendalikan orang-orang di sekitarnya. Freya menyadari ia telah menjadi target utama dalam skenario mengerikan ini.
Di kantornya yang hening, Freya duduk di belakang mejanya, menatap ponselnya yang berkedip-kedip, menampilkan serangkaian notifikasi dari media berita bisnis. Setiap notifikasi membawa berita buruk, menceritakan krisis keuangan yang semakin parah. Investor bergegas menarik dana, saham jatuh bebas, dan pers memprediksi kebangkrutan Pusat XY.
Freya memejamkan mata, merasakan tekanan dari setiap sisi. Perusahaan yang dibangun ayahnya dengan susah payah kini runtuh. Namun, di tengah keputusasaan itu, ia mengingat pesan singkat yang dikirim oleh Lucas. Laporan rahasia itu menjadi satu-satunya petunjuk yang ia miliki. Freya berdiri, tekad baru mengeras di wajahnya. Dia harus menghadapi Lucas, orang yang mengendalikan semua ini, dan entah bagaimana, menghentikan semuanya.
Freya meletakkan ponselnya, namun tak lama kemudian, layar kembali menyala. Nama "Lucas" muncul, kali ini tanpa nomor tersembunyi. Freya mengangkatnya, tekadnya bulat.
"Laporannya sudah kau baca?" tanya Lucas, suaranya tenang dan dingin, tanpa emosi.
"Apa maumu?" Freya bertanya, suaranya gemetar.
"Aku pikir laporanku sudah cukup jelas," jawab Lucas, santai. "Semua yang terjadi pada Pusat XY... itu semua rencanaku."
Freya terdiam. Ia memejamkan mata, membiarkan amarahnya mendidih. "Kenapa?"
"Aku punya banyak alasan, Freya," kata Lucas, nadanya tiba-tiba berubah dingin, menusuk tajam. "Tapi, yang utama adalah... aku menginginkan perusahaan itu. Itu adalah milikku."
Freya tak bisa menahan diri lagi. "Ini lelucon! Kenapa kau melakukan ini?"
Lucas tertawa kecil di seberang sana. Suaranya terdengar begitu licik. "Lelucon, katamu? Aku punya tawaran yang akan mengakhiri semua 'lelucon' ini."
"Aku tidak tertarik dengan tawaranmu," jawab Freya, berusaha untuk terdengar tenang.
"Aku akan menghentikan semua serangan pada perusahaan ayahmu," ucap Lucas, mengabaikan perkataan Freya. "Syaratnya, kau harus menjadi kekasihku."
Freya tidak menjawab, ia hanya terdiam. Dia membiarkan kata-kata Lucas meresap dalam pikirannya. Tiba-tiba, ia merasakan amarah yang murni, tak terbatas. "Kau pikir aku ini apa?" suara Freya bergetar, namun penuh kekuatan. "Kau mengira aku akan membiarkan ayahku kehilangan segalanya, membiarkan orang lain menginjak-injak harga diriku, hanya untuk menyelamatkan perusahaan?"
"Tentu," jawab Lucas dengan tenang, nadanya dingin dan tidak peduli. "Kau tidak punya pilihan lain."
Freya membanting ponselnya di atas meja, membuat suara keras yang bergema di ruangan yang sepi. "Aku tidak pernah menjadi milikmu!" serunya, suaranya pecah karena amarah yang memuncak. "Dan aku tidak akan pernah menjual diriku!"