Widowati perempuan cantik yang baru saja melahirkan bayinya yang mati. Langsung dicerai oleh Aditya suaminya, karena dianggap tidak bisa menjaga bayi yang sudah dinanti nantinya.
Widowati akhirnya memilih hidup mandiri dengan mengontrak rumah kecil di pinggir sungai, yang konon kabar beritanya banyak makluk makluk gaib di sepanjang sungai itu.
Di suatu hari, di rumah kontrakannya didapati dua bayi merah. Bayi Bayi itu ukuran nya lebih besar dari bayi bayi normal. Bulu bulu di tubuh bayi bayi itu pun lebih lebat dari bayi bayi pada umumnya.
Dan yang lebih mengherankan bayi bayi itu kadang kadang menghilang tidak kasat mata.
Bayi bayi siapa itu? Apakah bayi bayi itu akan membantu Widowati atau menambah masalah Widowati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 13.
Orang orang pun pergi satu persatu dari rumah Bu Kadus. Termasuk Retno dan Widowati. Pak Polisi akan melacak keberadaan Nyi Ratu Kodasih, orang yang diduga sangat kuat sebagai pelaku utama pembunuhan pada Tugiyo.
“Mbak tapi bagaimana dengan barang barang misterius yang ada di rumah itu Mbak? Sudah ada yang kabar terbaru tidak?” tanya Widowati sambil naik di atas boncengan motor Retno.
“Tidak ada lagi Wid. Komentar masih sama mengatakan itu barang kiriman dari bapaknya Langit dan Lintang. Kalau mereka banyak yang menduga begitu, tidak ada orang yang berani mengaku aku.” Ucap Retno sambil mulai menyalakan mesin motornya.
“Terus dari mana ya Mbak, barang barang itu? Kasihan kalau ada petani yang diambil hasil panenannya.” Ucap Widowati
“Aku juga tidak tahu Wid. Namanya saja makluk gaib. Tadi ada yang komentar katanya petani yang diambil hasil panennya itu malah bersyukur karena ada kepercayaan hasil panen mereka akan melimpah. Atau harga panen sisa yang diambil Om Wowo, akan naik berlipat lipat..” ucap Widowati sambil melajukan motornya.
“Tapi ada juga yang komentar katanya itu hasil panen dari desa gaib Wid. Katanya di bukit gunung polo sana secara nyata ada lokasi wilayahnya, yang secara nyata merupakan hutan. Tetapi pernah ada orang tersesat yang mengatakan di tempat itu ada desa seperti desa pada umumnya ada pasar ada lahan pertanian, banyak orang orang juga tetapi diam membisu sibuk sendiri sendiri...” Ucap Retno lagi.
“Nah kemungkinan Bapaknya Langit dan Lintang mengambil dari sana. Ah entahlah.. nanti kamu baca sendiri komentar komentar mereka.”
“Weh di mana bukit itu Mbak? Jauh atau dekat?” tanya Widowati yang berdebar debar jantungnya. Sejak kecil dia tinggal di kota dan tidak pernah bersentuhan dengan hal hal yang berbau gaib dan mistis.
“Agak jauh dari sini sih. Kalau kamu tadi dengar nama Mbah Arjo disebut Mbah Surti. Ya dari rumah Mbah Arjo itu masih naik lagi. Tetapi sudah tidak ada jalan yang bisa dilalui kendaraan. Jalan hanya sampai di depan rumah Mbah Arjo saja.” Ucap Retno dan masih terus melajukan motornya menuju ke rumah kontrakan Widowati.
“Dulu Bu Kadus dan Bu Waspo pergi ke rumah Mbah Arjo itu, Mbah Arjo dukun bayi yang bisa mentransfer janin di dalam perut secara gaib. Tapi Langit dan Lintang tetap saja tidak bisa diambil secara gaib. Telur sebagai media Mbah Arjo untuk mengambil janin yang biasa nya bisa, malah disedot oleh Langit dan Lintang..”
Widowati yang mendengar semakin heran dan tidak habis berpikir. Bagaimana mungkin janin bisa disedot dengan telur. Dan juga janin di dalam perut bisa menyedot telur.
Widowati menunduk menatap wajah mungil Langit dan Lintang. Dua bayi itu dalam tidur nyenyaknya malah bibirnya tersenyum manis.
Motor pun akhirnya berhenti di depan rumah kontrakan Widowati. Widowati yang takut jika Nyi Ratu akan datang lagi akhirnya memutuskan untuk sementara menginap di rumah Retno.
“Kamu bawa barang seperlunya saja Wid.” Ucap Retno yang sudah mematikan mesin motornya.
“Iya Mbak, terus barang barang itu bagaimana ya? Kalau dijual apa laku Mbak, secara itu barang barang gaib yang tidak diketahui asal usulnya oleh orang orang di sini.” Ucap Widowati sambil turun dari motor.
“Ya kita coba tawarkan ke orang orang Wid. Kalau tidak ada yang mau. Biar ditawarkan Mas Sigit di teman teman kantornya.” Ucap Retno sambil meraih salah satu bayi yang digendong oleh Widowati.
“Mbak, yang sayur sayuran itu kan keburu layu. Aku ada niat untuk membuat bancakan buat Langit dan Lintang. Juga doa buat mereka. Tetapi karena uang ku mepet, buat untuk sedikit orang saja. Bagaimana kalau sayuran itu dibuat urap. Sudah ada kelapa juga Mbak. Tinggal beli telur, tauge dan wortel saja.” Ucap Widowati sambil melangkah menuju ke rumahnya.
“Wah iya Wid, benar itu. Telur, wortel dan tauge tidak usah beli. Aku sudah punya. Kita buat di rumahku saja yang luas dan ada Mak Nah yang membantu. Nanti aku minta tolong juga tetangga kiri kanan.” Ucap Retno yang setuju usul Widowati.
“Jangan jangan Bapak nya Langit dan Lintang menaruh bayam, kacang panjang, kelapa dan padi itu untuk bahan buat bancakan bayi bayi ini Wid..” ucap Retno sambil tersenyum dan melangkah masuk ke dalam rumah yang sudah dibuka pintunya oleh Widowati.
Entahlah kini hati Retno tidak lagi takut pada sosok Om Wowo, bapaknya Langit dan Lintang. Yang dia takuti sekarang adalah sosok Nyi Ratu, yang begitu sadis melakukan pelecehan dan pembunuhan pada Tugiyo.
“Wid, kamu istirahat saja dulu dengan Langit dan Lintang di sini. Aku bawa sayur sayuran itu dulu ke rumah. Beras pakai berasku saja dulu. Kalau pakai padi itu harus pergi ke tempat penggilingan.” Ucap Retno yang kini melangkah masuk ke dalam kamar bersama Widowati.
“Iya Mbak, terima kasih ya.. Nanti kalau sudah mulai masak masak jemput aku lagi ya..” ucap Widowati sambil menaruh Langit ke atas tempat tidur.
“Iya Wid, santai saja..” ucap Retno sambil menaruh Lintang di tempat tidur juga.
Akan tetapi tiba tiba mereka semua dikagetkan oleh suatu suara. Hingga kedua mata Langit dan Lintang yang tadi terpejam menjadi tiba tiba terbuka. Tetapi untungnya keduanya tidak menangis..
“Mbak Wid... Mbak Wid...” suara Bu Edi dengan keras dan terdengar ada nada panik ketakutan.
“Bu Edi ada apa ya?” gumam Widowati sambil bangkit berdiri, dan melangkah ke luar dari kamar.
Tampak sosok Bu Edi sudah muncul di pintu yang terbuka. Wajah Bu Edi tampak panik sambil tangannya memegang hand phone.
“Ada apa Bu?” tanya Widowati dan Retno secara bersamaan sambil menatap Bu Edi.
“Gawat Bu Retno, Mbak Wiwid.. ini ada himbauan dari Pak Kadus Hardi ada jam malam terutama buat anak laki laki yang masih perjaka..” ucap Bu Edi sambil mengulurkan hand phone miliknya.
Kedua mata Bu Edi tampak kini memerah, ekspresi wajahnya terlihat sudah hampir menangis..
“Anak saya yang pertama kan laki laki masih perjaka, dia kalau pulang kerja malam hu... hu.. hu... hu.. saya takut hu.. hu...hu...” ucap Bu Edi yang kini mulai menangis tersedu sedu..
Namun sebelum Retno dan Widowati mengucapkan sepatah kata pun. Mereka dikagetkan lagi oleh suara beberapa orang perempuan yang berada di depan rumah kontrakan Widowati.
“Usir saja mereka dari sini! Gara gara bayi bayi gaib itu, dusun kita jadi dalam keadaan gawat darurat!” teriak salah satu perempuan.
“Iya Nyi Ratu itu mencari bayi bayi itu, yang jadi korban laki laki perjaka. Anak anak kita yang masih perjaka dalam bahaya gara gara bayi bayi itu!” teriak perempuan yang lain.
Kapokk hancur lebur acaranya
ternyata ilmunya blm seberpaa mkne masih kalah sm om wowo
secara om wowo mah lg tmpil mode gamteng maksimal atuhh 😍😍😍
coba mode 👻👻👻
ngacir dehhh
makin seru g bksa di tebak dehh