NovelToon NovelToon
REINKARNASI PANGERAN TERSEMBUNYI

REINKARNASI PANGERAN TERSEMBUNYI

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan / Penyelamat
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Retto fuaia

kenyataan yang menyakitkan, bahwa ia bukanlah putra kandung jendral?. Diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi, dan tentunya akan melakukannya dengan hati-hati. Apakah Lingyun Kai berhasil menyelamatkan keluarga istana?. Temukan jawabannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RAHASIA YANG TERSEMBUNYI

...***...

Di sebuah rumah makan, Lingyun Kai dan Junfeng sedang menikmati makanan yang telah mereka pesan.

"Kau benar-benar masuk ke istana? Menjadi prajurit bayangan?." Ucapnya heran. Ia mencomot beberapa lauk yang ada di depannya.

"Kau meragukan kemampuan saya kak?." Balasnya sedikit jengkel. Ia mengambil sayuran yang ada di depannya.

"Kau itu bodoh sejak kecil, tidak bisa membaca." Junfeng menatap aneh. "Bahkan begitu banyak gosip buruk tentang kau yang bertebaran di kota ini." Ia menuangkan arak ke cangkir. "Juga kabar yang saya dapatkan, gigolo kediaman jendral xiao chen tao sedang dekat dengan nona muda tertua xin qian yang sudah tua tidak laku." Ia bergidik ngeri mendapatkan gosip itu.

Brakh!.

Lingyun Kai menggebrak meja itu dengan kuat.

"Kau pikir siapa yang menyebabkan saya mendapatkan julukan gigolo itu? Hah?!." Lingyun Kai nunjuk kasar ke arah Junfeng. "Saya rasa kau belum terlalu tua untuk mengingat kembali, bagaimana kau dan jianhong memaksa saya ke sana?!." Suaranya terdengar tinggi.

"Hehehe!." Junfeng hanya bisa cengengesan saja. "Baik, saya akui saya yang salah." Ia memberi hormat pada adiknya. "Ke depannya, saya tidak akan berbuat hal buruk padamu, maafkan saya ya?."

"Hm." Lingyun Kai menghela nafas panjang. "Baiklah, kau saya maafkan."

"Kau baik sekali." Junfeng merasa lega.

"Sejak kakak meninggalkan kediaman, kakak harus berhati-hati jika keluar." Tatapan matanya begitu serius. "Ayah tidak akur dengan menteri pendidikan, dia pasti akan mencari cara untuk menjatuhkannya." Lingyun Kai cemas. "Dia juga pasti akan menggunakan kau sebagai kelemahannya."

"Ayah kita ini sangat serakah sekali." Junfeng menghela nafas panjang. "Dia malah ingin menguasai negeri ini."

"Saya telah mengetahui ambisi itu." Lingyun Kai merapikan mangkuk yang ia gunakan tadi. "Karena itulah saya harus menghentikannya."

"Kau mengetahui rencana ayah?." Junfeng terlihat waspada.

"Saya sudah mengetahui semuanya." Ia menatap tajam ke arah Junfeng.

"Semuanya?." Junfeng merasa gugup. "Apa maksud kata dari semuanya?."

"Saya bukan putra bungsu dari ayah jendral, melainkan putra bungsu dari yang mulia kaisar."

Deg!.

Junfeng benar-benar terkejut mendengar itu, ia spontan langsung berlutut memberi hormat pada Lingyun Kai.

"Gusti pangeran keempat." Junfeng sangat ketakutan. "Sejak kapan Gusti pangeran keempat mengetahuinya?." Jantungnya berdetak kencang, seakan-akan ia baru saja berlari cepat.

"Duduklah kak." Lingyun Kai menarik lengan Junfeng, menuntutnya agar kembali duduk. "Sudah lama saya mengetahuinya, hanya saja saya belum mengetahui alasan kenapa? Ayah tega melakukan itu pada saya?."

Junfeng menarik nafas dalam-dalam, mencoba bersikap tenang.

"Apakah kakak mengetahui alasannya?." Lingyun Kai menatap penuh harapan.

Junfeng menggeleng pelan. "Maaf Gusti pangeran keempat, hamba sama sekali tidak mengetahui alasannya." Ia memberi hormat.

"Kakak, jangan kaku seperti itu." Lingyun Kai merasa sungkan. "Saya ini tetaplah adikmu."

"Tapi, Gusti pangeran keempat telah mengetahui identitas asli." Ia merasa resah. "Hamba tidak berani-."

"Kakak, apa yang kau katakan? Saya tetaplah lingyun kai adikmu." Ia tersenyum kecil. "Jangan panggil saya dengan sebutan asing seperti itu." Pipinya mengembung seperti tupai yang sedang menyimpan makanan di dalam mulutnya. "Saya tidak suka."

"Bfuh!." Junfeng berusaha menahan tawanya. "Saya tidak menyadari sebelumnya, bahwa saya memiliki seorang adik yang suka merajuk seperti ini?." Ia sentil kening Lingyun Kai.

"Aduh!." Lingyun Kai meringis sakit. "Kau berani menyentil kening saya?." Rengeknya dengan kesal.

"Hahaha!." Junfeng malah tertawa keras, ia tidak tahan melihat kelakuan lucu adiknya. "Kenapa rasanya lega sekali?." Dalam hatinya merasa aneh. "Seperti ada sedikit beban yang luntur di bahuku." Ia merasa sedikit ringan dari yang sebelumnya.

...***...

Kediaman Jendral Xiao Chen Tao.

Brakh!.

Jendral Xiao Chen Tao melampiaskan amarahnya dengan membanting pintu ruangan kerjanya, membuat nyonya Fengying dan Jianhong terkejut. Mereka baru saja dari ruangan utama, tidak menduga akan melihat Jendral Xiao Chen Tao sedang marah besar.

"Ada apa suamiku? Kenapa kau begitu marah?." Nyonya Fengying mendekat, mencoba meredakan amarah Jendral Xiao Chen Tao. "Ada masalah apa?."

Mereka masuk ke ruangan kerja Jendral, duduk bersama di kursi.

"Ada apa ayah? Apa yang membuat ayah marah?." Jianhong mengamati raut wajah ayahnya yang tampak kusut.

"Xin taio sialan itu! Dia menyadari jebakan yang telah aku persiapkan!." Ucapnya kesal. "Sehingga aku tidak bisa menjatuhkannya di hadapan Kaisar!."

"Apa?!."

Nyonya Fengying dan Jianhong terkejut dengan ucapan Jendral Xiao Chen Tao.

"Apakah dia menyadari mantra terselubung milik ayah?." Jianhong bingung.

"Aku rasa seperti itu." Responnya. "Jika tidak? Mana mungkin dia menukarkan dokumen itu dengan puisi cinta terhadap negeri?." Hatinya merasa jengkel.

"Lantas? Bagaimana dengan jebakan terhadap junfeng? Apakah berhasil?." Nyonya Fengying yang bertanya seperti itu. Ia merasa kesal karena anaknya itu malah nurut ke kediaman Menteri pendidikan.

"Sepertinya gagal ibu." Jianhong terlihat muram.

"Gagal?!."

Jendral Xiao Chen Tao dan Nyonya Fengying mengulangi kalimat itu.

"Kenapa bisa?." Jendral Xiao Chen Tao heran. "Kau bisa menjelaskannya?."

"Menurut tuan lian, ia dibantu oleh prajurit bayangan." Jawabnya sambil mengingat informasi yang ia dapatkan. "Membongkar semua rencana yang telah kita siapkan, pelayan toko itu ditangkap, dan dipenjarakan."

"Dibantu prajurit bayangan?." Jendral Xiao Chen Tao langsung bereaksi.

"Benar ayah, dia bahkan menunjukkan tanda pengenal sebagai prajurit bayangan." Jawabnya heran. "Sehingga tuan lian tidak bisa menekan kakak, karena bukti itu memang fitnah."

"Kurang ajar!." Jendral Xiao Chen Tao semakin kesal.

"Lantas? Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?." Nyonya Fengying merasa resah. "Anak sialan itu juga belum kembali ke rumah ini." Hatinya semakin jengkel. "Apakah dia menganggap rumah ini adalah rumah penginapan? Sehingga ia bisa datang dan pergi sesuka hatinya saja?!." Amarahnya semakin besar. "Akan aku patahkan kakinya nanti."

Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing, memikirkan langkah selanjutnya untuk bertindak.

...***...

Kediaman Selir Mingmei.

Pangeran Jun Hie rasanya kembali ke masa-masa suka manja, kini sedang bermanja-manja pada Selir Mingmei.

"Bagaimana? Apakah merasa puas?." Selir Mingmei mengusap sayang kepala Pangeran Jun Hie.

"Lumayan puas." Pangeran Jun Hie menyandarkan kepalanya di pangkuan Selir Mingmei. "Selama ini aku hanya sungkan padanya, karena itulah aku tidak mau mempermasalahkannya."

"Jadi? Sekarang sudah berani?." Selir Mingmei mencolek pipi Pangeran Jun Hie.

"Itu karena kau." Ia genggam lembut tangan Selir Mingmei. "Sejak menikah, berada di sampingku, rasanya aku lebih berani."

"Kenapa? Apakah keputusan menikah denganku tidak buruk?." Selir Mingmei tertawa cekikikan.

Pangeran Jun Hie duduk, menatap mata Selir Mingmei, dan mengusap lembut pipi istri selirnya. "Terima kasih telah kembali untukku." Dalam hati Pangeran Jun Hie berusaha menahan segala gejolak emosi yang ada di dalam hatinya. "Aku telah menguji beberapa kali, itu memang kau." Pangeran Jun Hie memeluk Selir Mingmei. "Hanya saja aku tidak mengerti, kenapa bisa kau? Apakah kau mengalami hal berat sebelum meninggal?." Dalam hatinya mencoba memikirkan kemungkinan yang terjadi pada Bai Chenguang. "Sehingga kau hidup di dalam tubuh mingmei? Dan ingin menyelesaikan suatu masalah?." Ia ingat dengan sebuah buku yang ia baca mengenai dendam seseorang yang belum tersampaikan, jadinya bisa memasuki tubuh orang lain untuk balas dendam.

"Tapi rasanya masalah ini tidak akan selesai begitu saja." Selir Mingmei tampak cemas. "Aku yakin ia akan mencari masalah dengan ku nantinya."

Pangeran Jun Hie melepaskan pelukannya. "Coba saja kalau dia berani melakukan hal buruk padamu?." Respon Pangeran Jun Hie dengan kesalnya. "Akan aku ceraikan dia."

"Hahaha! Memangnya kau berani?." Selir Mingmei tertawa keras.

"Hmph!." Pangeran Jun Hie merajuk. "Tentu saja aku berani." Responnya dengan perasaan kesal.

Tanpa mereka sadari, Putri Lixin Beiye melihat itu dengan suasana hati yang terbakar luar biasa.

"Mingmei! Berani sekali kau ingin merebut suamiku? Akan aku bunuh kau!." Dalam hatinya telah dipenuhi oleh perasaan dendam yang luar biasa. "Kita lihat saja nanti?! Siapa yang akan mendapatkan hati jun hie?!." Hatinya sedang terbakar amarah yang luar biasa.

...***...

Lingyun Kai dan Junfeng baru saja keluar dari rumah makan.

"Sampai jumpa lagi kak." Ia memberi hormat. "Kapan-kapan saya akan berkunjung ke tempat mu, menyapa kakak ipar."

"Terserah kau saja." Balasnya dengan senyuman ramah. "Jangan lupa kirimkan surat kunjungan, supaya kau tidak dikatai penyusup."

"Baiklah." Responnya. "Saya pergi dulu."

"Ya, hati-hati di jalan." Balasnya.

Lingyun Kai meninggalkan Junfeng.

"Dia itu, sangat bandel juga ternyata." Dalam hatinya tidak menduga jika adiknya telah mengetahui rahasia besar itu. "Semoga saja kau bisa menyelesaikan masalah dengan baik." Dalam hatinya hanya bisa berdoa saja. "Jika terjadi sesuatu padamu nantinya? Aku adalah orang pertama yang akan membelamu lingyun kai." Dalam hatinya telah membulatkan tekadnya.

Setelah itu ia juga pergi, ia harus segera kembali ke rumah, melihat keadaan istrinya.

Sementara itu Lingyun Kai berencana pergi ke Paviliun Daiyun untuk berendam, tapi matanya telah menangkap sosok nona muda Xin Qian yang sedang berbelanja. Dengan langkah kaki yang cepat Lingyun Kai segera menghampiri  nona muda Xin Qian.

"Selamat sore kakak." Bisiknya tepat di dekat nona muda Xin Qian.

Deg!.

"Eh?." Spontan nona muda Xin Qian menjauh karena terkejut. "Selamat sore juga, lingyun kai." Ia mendadak terkena penyakit gugup. "Apa yang kau lakukan di sini?." Ia melihat ke segala arah. "Apakah kau tidak bertugas hari ini?." Bisiknya.

"Hari ini saya sedikit bebas tugas kak." Jawabnya dengan semangat. "Karena tuan menteri xin taio berada di istana, jadinya? Saya bisa santai sebentar."

"Jadi begitu?." Responnya. "Bagaimana dengan lukamu? Apakah sudah baikan?." Ia terlihat cemas. "Apakah kau meminum obatnya dengan benar?."

"Terima kasih kak, obat yang kakak berikan sangat manjur sekali." Ia terlihat senang, ia acungkan jempol pada nona muda Xin Qian. "Tubuh saya terasa lebih ringan, dan banyak tenaganya."

"Syukurlah kalau begitu." Nona muda Xin Qian menghela nafas panjang. "Minggu depan akan saya berikan obat penyembuh luka." Ia tersenyum kecil, supaya Lingyun Kai merasa lebih baik. "Saya cemas, kau akan menerima tugas yang berat." Kali ini ia terlihat cemas. "Pekerjaan mu itu sangat berisiko tinggi, aku cemas kau akan terluka."

"Kakak tenang saja, saya pasti tidak akan mengecewakan kakak." Ia tersenyum lembut.

Deg!.

Jantung nona muda Xin Qian sangat rapuh, sehingga dengan mudahnya terpesona pada sosok bocah nakal seperti Lingyun Kai.

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar kak?." Lingyun Kai bergelayut manja di lengan nona muda Xin Qian. "Rasanya saya sangat rindu sekali padamu."

Blush!.

"Baiklah, sebentar saja." Wajahnya memerah menahan malu, karena diperhatikan oleh orang-orang sekitarnya.

"Gigolo sialan!." Umpat Menteri Xin Taio dengan penuh amarah. "Berani sekali dia bersikap seperti itu pada anakku di tempat umum?." Hatinya sangat bergejolak ketika matanya menangkap secara langsung bagaimana sikap Lingyun Kai pada anaknya?. "Kau akan mendapatkan hukuman dariku setelah ini." Hatinya dipenuhi amarah yang membara.

...***...

Kediaman Selir Mingmei.

Putri Lixin Beiye mengunjungi Selir Mingmei, tatapannya begitu sinis, sangat tidak suka.

"Duduknya dulu nyonya." Selir Mingmei memberi kode agar duduk. "Tidak baik, seorang putri kaisar berbicara sambil berdiri."

"Heh!." Putri Lixin Beiye mendengus dingin. "Kau memang tidak tahu diri mingmei!." Sorot matanya begitu tajam.

Pangeran Jun Hie hendak mendekati mereka, tapi menghentikan langkah, bersembunyi di balik pohon yang tak jauh dari mereka. Pangeran Jun Hie merasa penasaran dengan apa yang akan mereka bicarakan di belakangnya.

"Kau telah berjanji tidak akan mendekati suamiku! Tapi apa yang telah kau lakukan sekarang?!." Suaranya terdengar keras.

Selir Mingmei tampak santai saja, tidak takut ataupun gentar sama sekali. "Kenapa kau begitu panik seperti itu beiye?." Balasnya dengan senyuman ramah. "Kenapa? Kau takut jika aku mengatakan kebenaran kasus terbunuhnya bai chenguang?."

Deg!.

Pangeran Jun Hie dan Putri Lixin Beiye terkejut mendengar ucapan itu.

"Kau!." Dalam keadaan marah Putri Lixin Beiye hendak menyerang Selir Mingmei, akan tetapi ia malah terdorong karena Selir Mingmei telah bergerak dengan cepat untuk melindungi dirinya. "Kegh!." Putri Lixin Beiye meringis sakit ketika tubuhnya mendarat ke tanah. "Beraninya kau!." Ucapnya penuh amarah.

"Sebaiknya kau jangan berlagak di depan ku." Selir Mingmei menuangkan air ke cangkir kecil. "Meskipun kau adalah nyonya utama bagi suamiku pangeran jun hie? Bukan berarti kau bisa mengendalikan aku." Ia mendengus dingin, ingin tertawa tapi masih ditahan. "Ingat! Rahasia terbesar mu ada di tangan ku." Ia menatap lucu pada Putri Lixin Beiye. "Jika kau masih ingin hidup dengan tenang di istana ini? Jangan coba-coba menindas ku, apalagi berencana menyingkirkan aku."

Putri Lixin Beiye berdiri, hatinya terasa sakit mendengarkan ucapan Selir Mingmei.

"Kau tidak usah mengancam aku." Hatinya dipenuhi oleh amarah. "Aku rasa kau tidak akan lupa, bahwa kau juga terlibat dalam masalah itu!." Tunjuknya dengan kasar. "Kau juga akan menerima hukuman mati! Jika pangeran jun hie mengetahui kebenaran itu!."

"Jun jun tidak akan berani membunuhku." Balasnya dengan santai, sambil menopang dagunya. "Karena aku adalah wanita yang ia cintai."

Deg!.

Pangeran Jun Hie dan Putri Lixin Beiye benar-benar terkejut melihat aura yang ditunjukkan oleh selir Mingmei. Mereka seperti melihat kehadiran nona muda Bai Chenguang saat itu juga. Apa yang terjadi sebenarnya?. Apa artinya itu?. Apakah ada sebuah kejadian di luar nalar yang tidak mereka ketahui?. Bagaimana kelanjutan kisahnya?. Simak dengan baik kisah selanjutnya. Next.

...***...

1
Sarah Q. M
Tapi Mingmei kok tau aja sih? Punya mata batin kah? Yang bisa langsung melihat jiwa seseorang gitu? 😅
Rettofuaia: selir Mingmei tahu dari jindannya Lingyun Kai yang beda
total 1 replies
Sarah Q. M
Waduh, semoga gak ada tukang fitnah lagi. Nanti karena sering datengin tempat Mingmei, Lingyun Kai disangka selingkuhannya 😩. Sebelumnya 'kan gitu. Tapi kalau dulu bisa ngaku adeknya karena emang bener, kalau sekarang Identitasnya lain kan bisa berabe~😌
Rettofuaia: enggak dong
total 11 replies
Sarah Q. M
Tapi jujur ini reaksi Mingmei agak kurang realistis sih pas tau itu Lingyun Kai 😕. Harusnya dia bisa dibikin lebih banyak tanya, nangis lebih banyak dan lain sebagainya. Tapi yaudahlah, ini kan hanya fiksi 🗿Termasuk An-hong ku juga sayangnya hanya fiksi 😩 (mungkin author sendiri bosan mendengarku yang menyebut An-hong terus. Sorry yah, hehe :D)
Sarah Q. M: Yup, dan setelah aku masuk grup... konyolnya aku malah bingung mau mulai darimana dan menyapa seperti apa saking nervousnya ? 😅
total 12 replies
Sarah Q. M
Hahahaha, kebayang gesturnya kayaknya lucu banget 🤣
Rettofuaia: aura bumil emang beda 🤣
total 1 replies
Sarah Q. M
ini responnya agak kurang tepat yah. Harusnya lebih ke "Hah... " gitu baru helaan. Kalau "Hm." itu deheman / berdehem. Gitu kak.
Rettofuaia: ok, thanks sarannya 👍
total 3 replies
Sarah Q. M
Akhirnya dijelasin juga tentang transmigrasi Bai Chenguang. Rupanya selir Mingmei yang asli pun menyesal yah? Tapi kenapa dia bunuh Bai Chenguang? Apa karena cinta sesaat? 😯
Rettofuaia: pelan² pak supir,,, 😂😂
total 1 replies
Sarah Q. M
"Hampir limbung" bukan "Hampir limbong"
Rettofuaia: Limbong nama orang 😂😂😂
total 1 replies
Sarah Q. M
Kopiku memuncur untukmu thor! Semangat! ☕☺
Rettofuaia: terima kasih dukungannya
total 1 replies
Sarah Q. M
Btw aku penasaran, ini baka jadi novel panjang, sedang, atau pendek nih? 👀
Rettofuaia: rencana 90Eps aja sih kalo masih kuat mikirnya
total 1 replies
Sarah Q. M
Wait, wait, wait! "Darah Naga Merah berstatus Naga emas? "
Gimana ceritanya dah 'Naga merah' jadi 'Naga emas' jadi yang benar warnanya emas atau merah? 👀
Rettofuaia: terima kasih atas dukungannya ya
total 3 replies
Sarah Q. M
Aura Naga Marah? 😅. Naga auranya jangan marah-marah dong! 🤣
Rettofuaia: tanda penguasa yang sangat tinggi, makanya dibuat merah seperti darah yang membara
total 1 replies
Sarah Q. M
habis dialog Xin-Taio jangan ditambah kutip lagi dong. 'Kan ini narasi.
Sarah Q. M
Oalah, Jun-hie udah tau toh! Habisnya sama sekali gak ada narasi yang menjelaskannya dengan jelas, gak ada kalimat penjelasnya. Jadi sekarang Anda mengerti 'kan thor? Kenapa Saya menyuruh kakak untuk memperbaiki narasi, deskripsi, dan kepenulisan? ☺
Rettofuaia: harap bersabar 😶
total 3 replies
Sarah Q. M
Qiang-Long itu anak Jendral yang asli yah?
Rettofuaia: Yoi, anak kandungnya
total 1 replies
Sarah Q. M
Selir hati?
Rettofuaia: salah deh
total 1 replies
Sarah Q. M
Lixin Beiye tuh cinta gak sih sama Jun-hie?
Rettofuaia: enggak sama sekali 😶
total 1 replies
Sarah Q. M
Jadi Jun-hie udah tau dia Bai Chenguang?
Rettofuaia: Udah, cerita detailnya nanti 😂😂😂
total 1 replies
Sarah Q. M
X?
Rettofuaia: lah? bisa gitu ya? 😂😂
total 7 replies
Sarah Q. M
Jujur aja cerita kakak tuh masih banyak beberapa kekurangan. Kayak misalnya, deskripsi wujud karakter, terus kayak di sini ada banyak banget karakter tapi gak terlalu di sorot pas muncul dan jarang muncul lagi yang memungkinkan pembaca udah lupa sama karakternya. Nah, terus salah satu yang agak gak sesuai kriteria novel yang bagus itu karena kakak tuh kurang banget di deskripsi narasi jadi di sini juga kalau bikin momen sedih atau perpindahan emosi agak kurang terasa dan kurang "smooth" gitu perpindahan suasananya. Harap diperhatikan lagi yah kak. ☺
Rettofuaia: terima kasih sarannya ya. akan diusahakan.
total 1 replies
Sarah Q. M
Double kata nih, jadi bertele-tele. "Kedatangan Xin-qian yang 'akan' berjanji 'akan' menemuinya"

Dan

"Menemuinya membawanya sarapan" juga tidak enak di dengar bukan?

harusnya "Menemuinya membawa sarapan" atau "Menemuinya membawa sarapannya"
Rettofuaia: terima kasih koreksinya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!