Kejadian satu malam dengan pria yang sangat membencinya membuat Vara memutuskan untuk meninggalkan kota dan mengubur harapannya dalam-dalam untuk melanjutkan pendidikan.
Kehidupan baru yang Vara kira akan tenang dan melupakan peristiwa buruk yang dialaminya ternyata hanya sementara saja. Hadirnya dua malaikat kecil di hidupnya membuat Vara mendapatkan cacian dari warga sekitar dari masa kehamilan sampai kedua anaknya lahir.
Setelah empat tahun berlalu Ibu yang mendapatkan tawaran untuk mengelola cafe milik kakaknya mengajak Vara untuk kembali ke kota. Ternyata nasib baik tidak berpihak kepada Vara. Setelah enam bulan ia pun dipertemukan kembali dengan Rangga ayah dari kedua anaknya. Perjalanan hidup baru Vara pun di mulai dengan terbongkarnya rahasia yang diketahui Rangga bahwa ia memiliki anak kembar dari Vara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjodohan konyol
"Te—ntang kita?" Ucap Vara terbata.
Fero mengangguk. "Ya, ada yang ingin gue bahas dengan serius kali ini, Ra!" Ucap Fero menghadap ke arah Vara dan menatap manik hitam itu dengan seksama.
Kenapa tatapannya begitu tajam kali ini?
"Kamu mau membahas apa Fer? Apakah begitu penting? Kenapa wajah kamu terlihat serius sekali?" Ucap Vara berbalik menatap Fero dengan serius.
"Kemarin gue lihat Rangga ke cafe lo, Ra. Ada urusan apa dia datang ke cafe lo?"
Vara menyerngit, bagaimana Fero bisa tau sedangkan ia tidak melihat Fero datang ke cafe siang kemarin, pikirnya.
"Bagaimana kamu bisa tau?"
Fero tersenyum sinis. "Kemarin gue juga datang kesana setelah Rangga memarkinkan mobilnya, Ra. Karena melihat Yura yang langsung senang bertemu dengan Rangga gue mengurungkan niat untuk menghampiri kalian." Tutur Fero pelan yang diikuti helaan nafas berat.
"Kenapa kamu tidak jadi menghampiri saja Fer? Apa salahnya kamu bergabung dengan kami? Yura juga menanyakan kamu kemarin." Ucap Vara tak enak hati.
"Kamu masih tanya kenapa, Ra?" Ucap Fero yang sudah mengubah cara bicaranya dengan Vara.
"Aku tidak mengerti, Fer!"
"Apakah kamu belum mengerti akan perasaan aku ke kamu, Ra? Apa selama ini menanggapi segala ucapan dan perbuatan aku hanya angin lalu saja Ra? Aku beneran cinta sama Kamu Ra." Ucap Fero keras.
"Maafkan aku, Fer." Ucapnya pelan.
"Aku gak butuh maaf kamu Ra! Apa kamu tidak bisa membalas perasaan aku sekali saja, Ra?"
Vara tertunduk, meremas kedua tangannya. "Aku tidak bisa, Fer! Apa kamu kurang paham dengan kondisi aku yang tidak pantas untuk dicintai oleh siapapun lagi Fer? Kamu berhak mendapatkan orang yang lebih baik dari aku."
Fero mencengkram kedua bahu Vara. "Aku tidak perduli masa lalu kamu Ra! Aku hanya butuh kamu buat kedepannya! Apa kamu sudah mulai jatuh cinta pada Rangga, Ra?" Ucap Fero yang sudah mulai tersulut emosi.
"Tidak, Fer! Aku sedang tidak mencintai siapa-siapa sekarang!" Ucap Vara melemah.
Fero melepaskan cengkramannya dari bahu Vara dan kembali ke posisi duduk semula.
"Apa kamu tidak bisa belajar mencintai aku, Ra?"
"Maafkan aku, Fer."
Fero menghela nafasnya yang kian memberat. Ia tau dari dulu Vara tidak pernah merespon perasaannya dalam bentuk apapun. Tapi apakah salah ia terlalu berharap akan balasan cinta dari Vara? Bahkan, ia tidak perduli akan status Vara yang memiliki anak bersama Rangga dari hubungan di luar nikah.
"Sudahlah, sepertinya aku memang tidak akan pernah memiliki tempat di hati kamu, Ra."
"Kita masih bisa berteman seperti biasanya Fer."
"Ya, aku harap juga begitu Ra." Balasnya singkat.
Vara tersenyum akan jawaban Fero yang mulai menenangkan hatinya. Karena menurutnya Fero adalah teman yang baik yang tidak pernah merendahkannya walaupun perbedaan mereka sangat jauh, terlebih Fero lah yang yang akhir-akhir ini sering membantunya dan memberikan kasih sayang kepada kedua anak-anaknya sebelum kedatangan Rangga.
Semoga kamu mendapatkan wanita yang lebih baik dari aku Fer.
Apa sesulit itu buat lo mencoba mencintai gue Ra? Kurang apa lagi gue selama ini Ra, semua yang gue bisa, udah gue lakuin buat kebahagian lo Ra. Apa lo gak tau sedari awal gue melihat lo di sekolah gue sudah langsung jatuh hati pada lo Ra! Bahkan gue gak pernah mencintai orang lain selain lo selama ini Ra! Dan akhirnya cinta gue hanya akan berujung sendirian tanpa adanya balasan seperti ini.
Keheningan cukup lama melanda setelah percakapan terakhir mereka. Baik Vara maupun Fero tidak ada yang berniat melanjutkan pembicaraan. Mereka pun larut dalam pemikiran masing-masing. Hingga akhirnya ingatan Fero akan pesan mamanya yang meminta ia pulang lebih awal hari ini pun memecahkan keheningan di antara mereka.
"Terimakasih sudah mendengarkan isi hati aku selama ini Ra. Semoga kamu tidak pernah berniat menjauh dari aku, Ra." Pinta Fero menatap Vara seraya menggenggam kedua tangan Vara.
Vara tersenyum dan mengangguk. "Aku tidak pernah berniat menjauh dari kamu Fer! Aku sangat beruntung memiliki teman sebaik kamu. Terimakasih atas kebaikan kamu selama ini." Ucap Vara.
"Selagi aku bisa, apapun akan aku lakukan untuk kamu Ra. Kalau begitu aku pulang dulu Ra. Aku ada urusan sehabis ini."
"Baiklah, hati-hati di jalan Fer."
***
Sesampainya di rumah Fero langsung masuk ke dalam rumah tanpa melihat sekitar dan berniat untuk menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua rumah itu. Suara sang mama yang memanggilnya pun mengurungkan niat Fero untuk menaiki tangga dan berbalik melihat mamanya yang sudah berada di ruang keluarga rumah itu bersama seorang wanita.
Fero hanya melihat sekilas ke arah wanita itu dan langsung menyahut sapaan mamanya.
"Ada apa ma?" Tanya Fero.
Mama yang dapat melihat raut kesedihan dari wajah anaknya pun berusaha mengabaikannya dan melanjutkan niatnya memangggil Fero.
"Duduk dulu Fer." Ucap mama dan Fero pun langsung berjalan ke arah mamanya dan mendudukkan tubuhnya di sofa single ruangan itu.
"Ini loh Fer, Zia teman kecil kamu dulu anaknya tante mawar. Kamu masih ingat gak? Dulu kita sering ke rumah mereka kalau kamu libur sekolah."
"Fero lupa ma." Jawabnya singkat.
"Kamu ini bagaimana sih Fer! Masa iya kamu lupa sama Zia. Kamu gak lupa jugakan kalau papa kamu dan papa Zia akan menjodohkan kalian berdua." Tanya mama.
Fero langsung menatap mamanya seolah meminta penjelasan atas ucapan mamanya.
"Duh, kamu ini pelupa sekali sih Fer! Sebelum kamu berangkat ke London kan papa kamu sudah bilang kalau kamu akan dijodohkan dengan anaknya teman papa kamu."
Fero pun mencoba mengingat percakapan ia dan papanya sebelelum ia berangkat ke London malam itu. Karena memikirkan keberadaan Vara yang entah dimana hingga Fero tidak terlalu mendengarkan ucapan papanya malam itu.
"Fero belum menyetujui perjodohan itu mah!" Bantah Fero kesal.
"Kami tidak meminta persetujuan kamu Fero!" Ucap mama tegas.
"Kenapa kalian selalu saja mengatur kehidupan Fero ma? Fero sudah dewasa! Fero berhak menentukan dengan siapa Fero menikah nantinya tanpa adanya perjodohan konyol seperti ini!"
"Apa alasan kamu menolak perjodohan ini Fer!" Bentak mama kesal. "Apa kamu tidak bisa melupakan cinta kamu pada wanita itu?! Apa lagi yang kamu harapkan dari wanita itu Fer?! Bahkan dari dulu dia tidak pernah membalas perasaan kamu! Dan sekarang dia juga sudah memiliki anak bersama pria lain."
"Jangan menyangkut pautkan masalah ini dengan Vara ma!"
"Karena memang itu alasanya kamu begini Fer! Mama dan papa hanya ingin yang terbaik untuk kamu Fer! Lupakan dia Fer!" Ucap mama keras.
Fero menghela nafas meredamkan emosinya dan bangkit dari sofa yang didudukinya. "Fero sedang tidak ingin berdebat, ma. Fero ke atas dulu." Pamitnya dan berlalu dari hadapan mamanya.
RANGGA KAMU SALAH MENILAI VARA YG MSH LUGU SUCI