Tujuh dunia kuno berdiri di atas fondasi Dao, dipenuhi para kultivator, dewa, iblis, dan hewan spiritual yang saling berebut supremasi. Di puncak kekacauan itu, sebuah takdir lahir—pewaris Dao Es Surgawi yang diyakini mampu menaklukkan malapetaka dan bahkan membekukan surga.
Xuanyan, pemuda yang tampak tenang, menyimpan garis darah misterius yang membuat seluruh klan agung dan sekte tertua menaruh mata padanya. Ia adalah pewaris sejati Dao Es Surgawi—sebuah kekuatan yang tidak hanya membekukan segala sesuatu, tetapi juga mampu menundukkan malapetaka surgawi yang bahkan ditakuti para dewa.
Namun, jalan menuju puncak bukan sekadar kekuatan. Tujuh dunia menyimpan rahasia, persekongkolan, dan perang tak berkesudahan. Untuk menjadi Penguasa 7 Dunia, Xuanyan harus menguasai Dao-nya, menantang para penguasa lama, dan menghadapi malapetaka yang bisa menghancurkan keberadaan seluruh dunia.
Apakah Dao Es Surgawi benar-benar anugerah… atau justru kutukan yang menuntunnya pada kehancuran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Hutan itu sunyi seakan menahan napasnya. Embusan angin berhenti, dan bahkan serangga pun tak berani bersuara. Dua sosok berdiri berhadapan: Xuanyan dengan jubah putihnya yang kini robek di beberapa bagian, darah menetes di sudut bibir, dan Mo Yun—atau lebih tepatnya Yan Mo—dengan tatapan iblis yang penuh kelicikan.
Aura keduanya berbenturan, menekan pepohonan di sekitar.
“Bagus,” suara Yan Mo berat namun bergetar dengan nada puas. “Sepertinya aku tak bisa membiarkanmu pergi begitu saja. Kau murid Azure Cloud… dan kau memiliki Dao Es yang unik. Jika kubunuh sekarang, sekte itu mungkin akan gempar. Menarik sekali.”
Xuanyan menegakkan tubuhnya, meski dada naik turun menahan sesak. “Aku tak peduli siapa kau. Aku tidak akan membiarkanmu melangkah lebih jauh.”
Yan Mo tertawa dingin, suaranya seperti suara serigala lapar. “Kalimat heroik yang bagus. Tapi dunia ini tak butuh pahlawan. Dunia hanya tunduk pada kekuatan.”
Sejenak hening. Lalu—
Xuanyan melangkah ke depan. Qi-nya melonjak, dan dalam sekejap, hawa dingin menyelimuti hutan. Udara menusuk tulang. Daun-daun membeku, dan embun es terbentuk di permukaan tanah.
“Gerakan pertama Dao Es Surgawi… Langit Beku!”
BRAAAAKK!!
Langit yang gelap berubah pucat biru. Gumpalan awan hitam tertarik ke atas, lalu pecah menjadi butiran salju tajam seperti pisau. Udara membeku, napas berubah menjadi uap putih tebal.
Salju turun, namun bukan salju biasa. Setiap butirannya mengandung Qi Dao Es, memotong batang pohon seperti pedang tajam. Tanah bergetar, retakan es menjalar ke segala arah.
Yan Mo mendengus, matanya menyipit. “Hm, jadi inilah Dao es yang kau banggakan?”
Ia mengangkat tangan. Aura hitam menyembur, membentuk pusaran asap pekat. Suara jeritan samar terdengar dari dalam asap, seolah jiwa-jiwa terperangkap di sana.
“Teknik Iblis: Kabut Jiwa Terlarang!”
DUUMM!!
Asap hitam menyebar, menelan salju yang jatuh. Suara-suara tangisan jiwa menggema, merayap masuk ke dalam pikiran Xuanyan.
Kepala Xuanyan berdenyut, matanya berkunang. Ia melihat bayangan Ruo, tubuhnya kering dan tak bernyawa, lalu bayangan Meiyun yang menangis dengan pakaian tercabik. Semua itu menusuk jiwanya.
“Aku… tidak boleh jatuh…” Xuanyan menggertakkan giginya, darah menetes dari hidungnya.
Yan Mo tertawa puas. “Kau mendengar mereka? Jeritan jiwa-jiwa yang kuhisap. Gadis-gadis yang kubinasakan. Mereka akan menemanimu sampai kau gila!”
Xuanyan menguatkan hatinya. Kedua tangannya bergerak, membentuk segel. Aura Dao Es melonjak lagi, semakin menusuk tulang.
“Gerakan kedua Dao Es Surgawi… Penjara Salju Abadi!”
DUAAARRR!!
Dari tanah, pilar-pilar es raksasa mencuat, membentuk dinding raksasa yang menyegel hutan. Di langit, kristal es raksasa melayang, lalu jatuh menghujam ke tanah, menciptakan kubah es yang melingkupi area.
Dalam sekejap, dunia berubah menjadi penjara es. Tidak ada jalan keluar.
Yan Mo menatap sekeliling, lalu terkekeh. “Menarik… kau ingin mengurungku di sini?”
Xuanyan mengerahkan seluruh Qi-nya. Tubuhnya bergetar, pembuluh darah di wajah menonjol. “Di sini… kita hanya ada berdua. Dan di sinilah kau akan berakhir!”
Hawa dingin semakin tebal. Bahkan napas pun membeku di udara.
Yan Mo mendengus. “Jangan sombong, bocah.”
Ia membuka kedua lengannya. Aura iblis meledak, mendorong udara hingga menimbulkan gelombang kejut. Dari dalam asap hitam, tangan-tangan hitam raksasa muncul, memukul dinding es.
KRAAAAKK!!
Penjara es bergetar, namun Xuanyan memperkuat segel. “Tidak… aku tidak akan membiarkanmu keluar!”
Yan Mo menyeringai, matanya bersinar merah. “Kalau begitu… aku akan menghancurkanmu dari dalam.”
Ia mengatupkan tangan, membentuk jari mudra aneh. Asap hitam berkumpul di atas kepalanya, lalu membentuk wajah iblis raksasa. Mata iblis itu menatap lurus ke arah Xuanyan.
“Teknik Iblis—Tusukan Jiwa Gelap!”
Mata iblis menyala merah, lalu sinar hitam melesat lurus ke arah Xuanyan.
ZRAAKKK!!
Xuanyan berteriak, tubuhnya tersentak. Sinar itu menembus kepalanya. Bukan tubuh, melainkan jiwanya yang ditusuk. Ia melihat bayangan senior-senior sektenya, semuanya menatapnya dengan hina.
“Xuanyan, kau sampah…”
“Bocah tak berguna…”
“Azure Cloud mempermalukan diri sendiri karena murid sepertimu…”
Suara-suara itu menggema dalam pikirannya. Lututnya goyah.
Yan Mo tertawa, suaranya seperti petir. “Lihatlah! Bahkan jiwamu rapuh. Kau hanyalah sampah yang diberi Dao Surgawi secara kebetulan. Kau tak pantas memilikinya!”
Xuanyan memegangi kepalanya, darah mengalir dari telinga. Namun di tengah keputusasaan itu, bayangan Ruo tersenyum muncul dalam pikirannya—senyum hangat ketika ia memberikan gelang rajutan.
“Jika kau lelah, makanlah mie pedasku. Aku ingin menyebarkan kehangatan ini ke seluruh dunia…”
Xuanyan meneteskan air mata, lalu menggertakkan gigi. “Tidak… aku tidak boleh jatuh! kau masih harus… membayar mahal senyum itu!”
BREEEZZHHHHH!!
Aura Dao Es Surgawi di tubuhnya meledak lebih hebat. Salju turun semakin deras. Dinding Penjara Salju Abadi menguat, membalikkan serangan tangan-tangan iblis.
Yan Mo tertegun, namun segera terkekeh. “Heh… jadi kau masih bisa bangkit? Menarik.”
Xuanyan menatapnya, sorot mata membara di balik hawa dingin. “Aku memang sampah di mata dunia… tapi selama aku bernapas, aku akan menghentikanmu, Yan Mo!”
Dengan teriakan itu, Xuanyan mengangkat tangan, memanggil seluruh kekuatan Dao Es. Salju di udara berputar, membentuk pusaran es raksasa.
Yan Mo menyeringai, tangannya terangkat, iblis hitam di belakangnya meraung, memancarkan sinar kegelapan.
Keduanya melepaskan serangan pada saat bersamaan.
“Langit Beku—Es Abadi!”
“Tusukan Jiwa Gelap!”
DUAAARRRRRR!!!
Ledakan dahsyat mengguncang hutan. Es dan kegelapan bertabrakan, cahaya biru dan hitam saling melahap. Pohon-pohon tercabik, tanah retak, udara bergetar seperti akan runtuh.
Xuanyan berteriak, darah memancar dari mulutnya, namun ia tetap bertahan, tubuhnya dipaksa mengerahkan lebih banyak Qi Dao Es.
Yan Mo tertawa gila, darah juga mengalir dari sudut bibirnya. “YA! Tunjukkan padaku kekuatanmu, bocah Azure Cloud!”
Hutan itu luluh lantak. Dunia seakan hanya tinggal biru dan hitam.
Tubuh Xuanyan melesat bagai anak panah yang dilepaskan dari busur raksasa. Suara ledakan udara mengikuti setiap langkahnya, tanah hutan bergetar, dan dedaunan beterbangan ke segala arah. Wajahnya penuh tekad, matanya membara dengan kemarahan sekaligus keteguhan.
Yan Mo tidak mundur. Bibirnya melengkung licik, tangan kirinya terangkat, menyambut tinju Xuanyan dengan senyum penuh ejekan.
BOOM!
Kedua tinju mereka bertemu. Suara benturan qi yang membabi buta mengguncang udara, hingga ranting-ranting pepohonan pecah menjadi serpihan. Gelombang kejut meledak, menyapu puluhan meter sekeliling mereka, membuat tanah terangkat seperti gelombang pasang.
Xuanyan tidak berhenti. Dia memutar tubuhnya, menyalurkan qi es ke lengan kanannya, lalu menghantam lagi. Yan Mo menyambut dengan tawa meremehkan, menangkis dengan telapak tangannya yang diliputi aura iblis pekat.
DUM! DUM! DUM!
Benturan demi benturan membuat udara mendesis. Kedua tubuh itu seperti dua meteor kecil yang beradu terus-menerus, menimbulkan gemuruh menakutkan di hutan. Burung-burung hitam yang bersembunyi di pepohonan berhamburan panik, binatang buas melarikan diri sejauh mungkin, takut terseret dalam badai energi yang liar itu.
Namun, meski Xuanyan menyerang tanpa henti, tubuhnya mulai gemetar. Setiap benturan dengan Yan Mo membuat otot-ototnya terasa retak, meremukkan tulang di dalamnya.
“Bagus, Xuanyan!” Yan Mo tertawa keras, menahan tinju lawannya dengan satu tangan seakan itu hanyalah permainan. “Semangatmu memang membara… tapi kekuatanmu? Hanya sebatas nyamuk yang nekat melawan naga!”
Sekejap, qi iblis di tubuh Yan Mo meluap. Aura hitam pekat meledak, seolah kabut neraka membanjiri medan pertempuran. Xuanyan refleks mundur selangkah, namun terlambat. Qi iblis itu berputar liar, terkondensasi di lengan Yan Mo.
SWOOSH!
Aura itu berubah menjadi cakar raksasa berwarna hitam pekat, panjangnya lebih dari tiga meter, setiap jemari bercahaya merah darah seperti bara neraka. Tanah di bawahnya langsung retak, udara bergetar menahan tekanan dari qi iblis tersebut.
“Kematianmu di sini!” Yan Mo meraung, lalu mencakar lurus ke arah dada Xuanyan.
CRAASSHH!!!
Xuanyan berusaha menangkis dengan kedua lengannya yang diselimuti lapisan qi es, tapi tak mampu menahan kekuatan brutal itu. Cakar iblis menembus pertahanan es, menghantam dadanya.
“Ughhh!”
Tubuh Xuanyan terpental keras, darah segar menyembur dari mulutnya, membentuk busur merah di udara. Ia terhempas ke tanah, menghantam batang pohon besar hingga pecah berkeping-keping.
Dada Xuanyan terkoyak, luka menganga di antara tulang rusuknya, darah mengalir deras. Napasnya memburu, tubuhnya bergetar hebat. Namun, sebelum Yan Mo sempat bergerak lagi, Xuanyan menekan luka itu dengan tangannya yang masih bergetar, menyalurkan qi es untuk menutup robekan itu sementara.
Es tipis terbentuk, membeku di sekitar luka, menahan aliran darah. Wajah Xuanyan pucat, tapi matanya tetap tajam, seolah menolak menyerah.
Yan Mo berjalan perlahan, wajahnya datar, suaranya rendah penuh intimidasi.
“Sebenarnya, aku tidak ingin membunuhmu, Xuanyan. Setidaknya belum. Aku tahu sektemu akan mengamuk jika mendengar kematianmu, dan aku malas menghadapi pembalasan mereka.”
Ia berhenti sejenak, menatap tajam ke arah Xuanyan yang terengah-engah di tanah.
“Tapi kau sendiri yang memaksa. Kau yang menantangku… maka kematianmu adalah takdirmu.”
Xuanyan menggertakkan giginya. Napasnya tersengal, setiap tarikan dada menimbulkan rasa perih membakar. Namun hatinya menolak tunduk.
Satu-satunya cara… hanya ada satu cara untuk menang…pikirnya.
Tangannya yang gemetar perlahan bergerak ke belakang tubuhnya, menyembunyikan gerakan itu dari pandangan Yan Mo. Ujung jarinya bergetar, tapi ia mulai menyalurkan qi dengan pola rumit yang diajarkan Qingshan kepadanya.
“Malapetaka… Badai Es.”
Pikiran Xuanyan langsung teringat ucapan gurunya.
“Xuanyan, kekuatan itu bukan teknik biasa. Ia membawa kehancuran sekaligus pengorbanan. Jangan gunakan sebelum kau benar-benar siap. Ingat, sekali kau menggunakannya, kau mungkin tidak akan bisa mengendalikan akibatnya.”
Bibir Xuanyan melengkung getir. Wajahnya dipenuhi keringat bercampur darah, namun matanya bersinar dingin.
“Maafkan aku, Grand Elder. Aku terlalu ceroboh. Dan sekarang, aku harus membayar semuanya dengan darahku sendiri. Aku tidak akan lari dari tanggung jawab. Jika ini harus menjadi akhirku, biarlah… asal bisa menghentikan Yan Mo.”
Qi di tangannya mulai berputar liar, membentuk pusaran dingin yang ganas. Tanah di sekitarnya membeku, udara berdesis oleh hawa beku ekstrem yang menyebar perlahan.
Namun, sebelum Xuanyan sempat mengeluarkan jurus itu—
SHIINNGGG!!!
Sebuah serangan Dao pedang tiba-tiba menembus udara, melesat bagai kilat, meninggalkan jejak cahaya tajam yang menyilaukan.
“?!?!” Yan Mo terperanjat, matanya melebar. Ia langsung melompat ke belakang. Namun, tebasan itu lebih cepat.
BOOOMMM!!!
Serangan pedang itu menghantam tanah di depan Yan Mo, menciptakan jurang dalam sepanjang puluhan meter, memutuskan pepohonan raksasa bagai ilalang. Gelombang energi pedang masih bergemuruh, meninggalkan jejak kehancuran yang tak terbayangkan.
Asap dan debu menyelimuti hutan. Xuanyan yang sudah bersiap dengan malapetaka badai es mendongak, matanya melebar melihat cahaya pedang itu.
“Siapa…?” gumamnya lirih, tubuhnya gemetar bukan karena luka semata, tapi karena aura dari serangan itu.
Yan Mo menyipitkan mata, senyum liciknya menghilang untuk pertama kalinya. Ia melangkah mundur, wajahnya berubah serius.
“Pedang itu…” bisiknya.