Aruna gadis sederhana dari keluarga biasa mendadak harus menikah dengan pria yang tak pernah ia kenal.
Karena kesalahan informasi dari temannya ia harus bertemu dengan Raka yang akan melangsungkan pernikahannya dengan sang kekasih tetapi karena kekasih Raka yang ditunggu tak kunjung datang keluarga Raka mendesak Aruna untuk menjadi pengganti pengantin wanitanya. Aruna tak bisa untuk menolak dan kabur dari tempat tersebut karena kedua orang tuanya pun merestui pernikahan mereka berdua. Aruna tak menyangka ia bisa menjadi istri seorang Raka yang ternyata seorang Ceo sebuah perusahaan besar dan ternama.
Bagaimana kehidupan mereka berdua setelah menjalani pernikahan mendadak ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor.H.y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Kedatangan Oma
Aruna memejamkan matanya saat tangan Raka membelai wajahnya, hatinya berdegub kencang saat merasakan nafas Raka yang begitu dekat dengan wajahnya. Saat beberapa inci lagi bibirnya akan bertemu dengan bibir Aruna, tiba-tiba terdengar bunyi nyaring dari dalam saku jasnya.
Raka memejamkan matanya sejenak, dalam hati ia membatin siapa yang mengganggunya saat ini. Raka membantu Aruna untuk berdiri, mereka berdua terlihat nampak canggung.
"Sebentar saya angkat telfon dulu ". Ucap Raka lalu berjalan menjauh dari Aruna.
Aruna masih menetralisir deguban di jantungnya "Wah.. benar-benar Tuan Muda satu ini, bikin gue jantungan terus". Gumamnya lalu berjalan mendekat ke arah pantai.
"Halo.. ada apa ?!". Ucap Raka datar setengah membentak
[ "Apa-apaan kamu ini membentak Papa, nggak sopan sama orang tua sendiri!". ] Balas Pak Agung di seberang telfon.
Raka hanya memutar bola matanya malas saat mendengar ocehan Papa nya di telfon. Ya.. Yang menelfon Raka saat ini Pak Agung. Mungkin kalau yang menelfon saat ini bukan Papa nya, pasti Raka sudah marah-marah saat waktunya di ganggu.
[ "Sedang ada dimana kamu saat ini ? Apa kamu bersama Aruna ?." ]
Raka menoleh ke arah Aruna "Hm.. Raka sedang mengajak Aruna keluar".
[ "Bagus. Papa minta kamu sama Aruna untuk pulang sekarang juga". ]
"Nggak bisa dong Pa, Raka sama Aruna baru saja sampai di pantai masa harus balik sih". Kesal Raka saat mendengar perintah Papa nya.
[ "Papa nggak mau tau, Oma kamu sudah pengen banget ketemu sama kamu saat sampai di rumah". ]
"Oma ? Oma ke indonesia Pa? Kok Raka nggak tau".
[ "Papa juga nggak tau kalau Oma kamu akan pulang. Udah cepat sekarang kamu pulang sekarang". ]
Raka mengangguk, lalu menutup telfonnya. Ia berjalan menghampiri Aruna yang sedang asik bermain air.
"Siapa ?" Tanya Aruna saat menyadari Raka mendekat ke arahnya.
"Papa. Ayo kita pulang kerumah Papa sekarang".
Aruna mengernyit "Sekarang ? Kita kan juga baru sampai, masa langsung pulang sih".
"Lain waktu kita datang kesini lagi". Ucap Raka sembari menarik tangan Aruna dan berjalan menuju mobil.
* *
Aruna mendadak gugup saat Raka memberitahunya kalau Oma pulang ke Indonesia. Aruna tidak tahu apakah Oma Raka akan menyukainya atau tidak. Oma tahu Raka sudah menikah, tetapi bukan dengannya melainkan dengan Mesya.
Oma Raka tinggal di Singapura bersama dengan Paman Raka. Tadinya memang Oma tinggal di Indonesia, tetapi karena penyakit jantung Oma yang sering kambuh membuatnya harus memutuskan tinggal di Singapura.
Saat pernikahan Raka sebenarnya Oma ingin pulang ke Indonesia, tetapi tidak jadi karena penyakitnya tiba-tiba kambuh, dokter pun tidak mengijinkannya untuk bepergian jauh.
"Kamu kenapa, tegang begitu?." Tanya Raka saat menyadari wajah Aruna nampak tegang, seperti tertekan akan sesuatu
"Lagi kepikiran aja, kira-kira Oma menerima kehadiranku atau tidak. Sedangkan yang beliau tahu kamu menikah dengan Mesya bukan denganku".
Raka tertawa. "Ngapain kamu malah ketawa, nggak lucu yah!." Sentak Aruna menatap tak suka, karena Raka malah menertawakannya.
"Oma itu memang sudah tua, tetapi beliau bukan orang tua yang kolot. Oma memandang orang dari hatinya, bukan dari fisik atau finansialnya".
"Benarkah?."
Raka mengangguk "Udah nggak usah gugup begitu."
Aruna mengangguk, lalu kembali memandang jalan melalui jendela mobil.
* *
Di rumah. Terlihat seorang wanita tua yang sudah sedikit berumur tetapi masih nampak cantik dan modis. Ia duduk di depan TV sembari memangku semangkuk buah dengan berbagai macam jenis.
"Mana Raka. Kenapa dari tadi belum sampai di rumah juga?." Tanya Oma Sita saat melihat Agung sudah duduk di sampingnya.
"Sebentar lagi juga pasti sampai Ma. Mama nggak mau istirahat dulu, apa nggak lelah?."
"Nggak, Mama mau lihat cucu Mama dulu. Nggak nyangka cucu kesayangku itu sudah menikah saat ini"
"Ehm. Ada yang belum Agung beritahu ke Mama".
Oma Sita menoleh menatap Putra nya "Ada apa memang?."
"Sebenarnya yang Raka nikahi sekarang bukan Mesya Ma. Tetapi gadis lain." ucap Agung pelan takut membuat Ibu nya kaget.
"Sungguh ? Jadi cucuku tidak jadi menikah dengan wanita itu ?." Tanya Oma Sita dengan wajah yang nampak sumringah.
Pak Agung menatap heran kepada Ibunya yang terlihat senang saat mendengarnya "Kenapa Mama terlihat bahagia sekali?."
"Sebenarnya Mama juga nggak terlalu menyukai gadis yang dulu dikenalkan Raka pada Mama. Syukurlah kalau akhirnya Raka menikah dengan gadis lain." Jelas Oma Sita
"Lalu kenapa saat Agung ingin menentang hubungan mereka, Mama malah membela Raka. Dan menyetujui pernikahan mereka."
"Ck.. Mama memang tidak terlalu menyukai gadis itu, sama seperti mu. Cuma Mama kasihan saja pada cucu kesayanganku. Kamu tidak lihat bagaimana Raka dulu sangat mencintai Mesya. Mama cuma mau cucu Mama bahagia, itu saja."
"Tapi gadis itu ternyata malah mempermalukan keluarga kita. Untung saja ada Aruna waktu itu."
"Siapa Aruna?." Tanya Oma Sita penasaran
"Aruna istri Raka Ma." Jawab Agung
Oma Sita mengangguk "Namanya cantik. Lalu kenapa bisa mereka menikah?."
Agung mendengus, "Ceritanya panjang Ma-".
Perkataan Agung terpotong saat seorang Art datang menemuinya.
"Tuan Muda sudah datang bersama istrinya Tuan."
"Suruh mereka masuk saja ke ruang, kami menunggu disana.". Ujar Pak Agung pada Art nya
"Lebih baik kita makan dulu, sudah waktunya jam makan malam Ma." Ucap Pak Agung kepada sang ibu. Mereka pun berjalan menuju ke ruang makan.
Aruna turun dari dalam mobil menyusul Raka yang sudah terlebih keluar dari dalam mobil.
"Nggak usah tegang gitu, Oma orangnya santai kok."
Aruna hanya mengangguk. Yah.. Sedari tadi Raka sudah mengucapkannya berulang kali. Tetapi entah kenapa didalam pikiran Aruna terbayang tentang seorang nenek-nenek yang angkuh seperti di dalam sinetron ikan terbang.
"Selamat malam Tuan Muda." Sapa Art di rumah
"Papa mana?." Tanya Raka
"Beliau sudah menunggu di ruang makan Tuan. Beliau menyuruh Tuan Muda langsung ke ruang makan saja." Balas Art dengan suara pelan.
Raka mengangguk, lalu berjalan masuk di susul dengan Aruna di belakangnya.
Saat sampai di ruang makan Raka langsung mencium tangan Oma dan memeluknya. "Malam Oma. Kenapa nggak ngabarin Raka kalau ke Indonesia. Raka kan bisa menjemput Oma di bandara." ucap Raka setelahnya
"Oma kesini saja mendadak setelah dokter mengatakan kondisi Oma sudah membaik dan memperbolehkan Oma naik pesawat." Jawab Oma Sita
"Tapi Oma sudah sehat betulkan?." Tanya Raka dengan menatap Oma Sita dengan tatapan khawatir.
Oma Sita tersenyum "Lihatlah cucuku ini, sangat mengkhawatirkan Oma nya tapi tidak pernah datang untuk berkunjung."
"Maaf, Raka sangat sibuk dengan pekerjaan di kantor. Jadi belum sempat berkunjung lagi menemui Oma."
Oma Sita mengangguk. Kemudian tatapannya beralih pada seorang gadis yang terdiam di belakang Raka.
"Dia.. Siapa Raka?." Tanya Oma Sita pura-pura tidak tahu
Raka menoleh ke belakang, lalu menarik tangan Aruna untuk menyapa Oma Sita.
"Hallo Oma. Sa-saya Aruna." Ucap Aruna sedikit gugup. Lalu meraih tangan Oma Sita dan menciumnya.
Oma Sita hanya terdiam. Menelisik Aruna dari atas sampai bawah. Tatapannya yang tajam membuat Aruna semakin tegang.
* * *