NovelToon NovelToon
Sang Pewaris Tersembunyi

Sang Pewaris Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Romansa Fantasi / Identitas Tersembunyi / Elf
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Momoy Dandelion

Dalam bayang-bayang dendam, kebenaran menanti untuk diungkap.
Acalopsia—negeri para elf yang dulu damai—kini gemetar di ambang kehancuran. Serangan kaum orc tak hanya membakar ladang, tapi juga merobek sejarah, menghapus jejak-jejak darah kerajaan yang sah.
Revalant, satu-satunya keturunan Raja R’hu yang selamat dari pembantaian, tumbuh dalam penyamaran sebagai Sion—penjaga sunyi di perkebunan anggur Tallava. Ia menyembunyikan identitasnya, menunggu waktu, menahan dendam.
Hingga suatu hari, ia bertemu Pangeran Nieville—simbol harapan baru bagi Acalopsia. Melihat mahkota yang seharusnya menjadi miliknya, bara dendam Revalant menyala. Untuk merebut kembali tahta dan membuktikan kebenaran masa lalu, ia membutuhkan lebih dari sekadar nama. Ia membutuhkan kekuatan.
Dilatih oleh Krov, mantan prajurit istana, dan didorong tekad yang membara, Revalant menempuh jalan sunyi di bawah air terjun Lyinn—dan membangunkan Apalla, naga bersayap yang lama tertidur.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27: Isi Hati Zenithia

Zenithia melangkah menuju balkon belakang Istana Timur. Tempat itu jarang dilalui para pelayan. Ia tahu persis di mana harus menemui Nieville—pangeran itu tidak pernah menyukai keramaian selepas pesta, Biasanya menyendiri di sana, menatap negeri yang tak pernah benar-benar damai.

Benar saja. Nieville berdiri membelakangi pintu, dengan kedua tangan bertumpu pada pagar batu. Angin memainkan ujung jubahnya. Dari caranya menghela napas, Zenithia tahu pikirannya tak sedang tenang.

“Yang Mulia,” sapa Zenithia pelan.

Nieville menoleh, lalu tersenyum tipis. “Zenithia. Kau datang.”

Ia menurunkan tangannya dari pagar, mempersilakan gadis itu duduk di bangku batu di sisi taman kecil. Ia sendiri memilih tetap berdiri, memandangi bunga-bunga liar yang tumbuh tanpa izin.

Zenithia menatapnya sesaat sebelum bertanya dengan tenang, “Bolehkah aku tahu… mengapa kemarin kau mencariku di pesta?”

Nieville menoleh cepat. “Aku hanya… heran. Kau tidak biasanya absen dalam acara seperti itu.”

Zenithia tersenyum ringan. “Dan kau tak biasanya memperhatikan kehadiranku.”

Nieville terdiam. Matanya kembali ke langit.

Zenithia berdiri, menatap punggungnya dengan sorot yang tak biasa. Kali ini ia tak datang sebagai calon ratu, atau putri bangsawan pilihan rakyat. Ia datang sebagai seorang perempuan yang ingin tahu tempatnya di hati seorang lelaki.

“Nieville,” ucapnya pelan, “Aku ingin bertanya... sesuatu yang selama ini kupendam.”

Pangeran itu menoleh. Matanya waspada, namun tak menghindar.

“Apakah kau sungguh yakin… dengan pernikahan kita?” Zenithia menatapnya lurus. “Aku tak akan marah jika jawabannya tidak. Aku hanya ingin kejujuranmu.”

“Jika kau memiliki calon lain, jika kau... mencintai yang lain, aku bersedia mundur.”

Nieville menghela napas. Dalam tatapannya, tampak keraguan yang bukan berasal dari ragu terhadap Zenithia, tetapi keraguan terhadap dirinya sendiri.

“Zenithia...” katanya, suaranya berat namun jujur. “Sejauh ini... kau adalah wanita paling layak untuk menjadi ratu. Kecerdasanmu, kebijaksanaanmu, dan keteguhan hatimu... mengagumkan.”

Zenithia mengangguk pelan, namun bibirnya tidak tersenyum.

“Tapi...” lanjut Nieville, “aku tidak tahu apa itu cinta.”

Ucapan itu menggantung seperti kabut yang tak bisa diusir.

“Jika pernikahan itu terjadi,” sambungnya, “aku akan menerimanya. Bukan karena aku mencintai... tapi karena aku mengerti itu tanggung jawabku.”

Zenithia menunduk. Matanya sayu, tapi tidak pecah. Ia telah siap untuk ini. Namun, mendengar langsung dari bibir orang yang diam-diam ia kagumi—tetap saja menyakitkan.

Sesaat kemudian, dengan suara nyaris berbisik, ia bertanya, “Lalu... apakah saat ini... kau menyukai seseorang?”

Nieville menutup mata sejenak. Ia menegakkan tubuh, tapi suaranya berubah datar. Dingin bukan karena benci, tapi karena pelindung yang ia bangun bertahun-tahun.

“Pikiranku,” katanya, “masih dipenuhi oleh satu hal: bagaimana membasmi orc dari Acalopsia. Selama mereka masih bebas berkeliaran… aku tidak akan tahu rasa tenang, apalagi cinta.”

Zenithia memejamkan mata. “Aku mengerti.”

*****

Zenithia mengenang kembali pertemuan pertamanya dengan pangeran. Saat itu, Zenithia kecil, dengan rambut dikepang dua dan jubah biru pucat yang kebesaran, berlutut dengan khusyuk di depan altar Nevaria. Kedua tangannya digenggam di dada. Bibirnya bergerak pelan, memanjatkan doa yang lahir dari hatinya sendiri.

“Wahai Lumelith, cahaya penjaga para elf… Berkatilah jiwa-jiwa para pendahulu kami… Berikan mereka kedamaian tanpa akhir… Dan jagalah keluarga Raja Tigris, agar tragedi yang memilukan itu… tidak pernah terulang kembali…”

Butiran embun jatuh dari kelopak bunga di sekitarnya, seolah ikut mengamini doanya. Saat itu, ia tak tahu bahwa ada sepasang mata yang diam-diam memperhatikannya dari balik pohon suci.

Langkah pelan mendekat, menyentak perhatian gadis kecil itu.

“Siapa kau?” tanya suara anak laki-laki—tajam, namun tidak kasar.

Zenithia menoleh dan berdiri perlahan. Di hadapannya, elf lelaki kecil sebayanya, dengan jubah pelatihan berwarna abu muda dan mata biru yang bening, berdiri dengan alis terangkat.

“Namaku Zenithia,” jawabnya pelan, menunduk sopan. “Putri dari Homuran dan Xylum dari Garya.”

Nieville menyipitkan mata. “Putri Garya?”

“Jadi… kau datang ke Nevaria karena ingin masuk ke istana?” Nada suaranya mengandung kecurigaan polos anak-anak.

Zenithia menggeleng. “Aku datang untuk mendoakan.” Ia menatap altar. “Aku tak lebih penting dibanding mereka yang telah tiada. Aku hanya ingin Acalopsia hidup damai selamanya… bersama Raja Tigris. Itu saja.”

Nieville tampak tidak percaya. “Setiap bangsawan selalu datang ke sini untuk membawa anak perempuan mereka. Semua ingin dijodohkan denganku suatu hari nanti. Ayahku bilang begitu.”

Zenithia menoleh, menatapnya tanpa takut, tapi dengan ketulusan yang mencengangkan.

“Kalau aku bisa memilih,” katanya tenang, “aku lebih memilih Acalopsia damai… daripada menjadi ratu.”

Nieville menatap gadis itu lama. Ada sesuatu yang tak bisa ia mengerti, tapi terasa kuat. Gadis ini berbeda. Ia tidak meminta apa pun. Ia memberi—bahkan doanya pun bukan untuk dirinya sendiri.

Dan untuk pertama kali dalam hidupnya, Nieville merasa… tenang. Ia tak tahu bahwa bertahun-tahun kemudian, sosok gadis kecil itu akan tetap hidup dalam ingatannya.

*****

Langkah kaki yang mantap memecah keheningan lorong berlapis batu putih di sisi taman dalam istana. Val muncul dari balik pilar, tubuhnya masih mengenakan pakaian luar berlapis kulit, dengan debu yang belum sempat dibersihkan.

Nieville menoleh. “Ada apa?”

Val membungkuk ringan, lalu berdiri tegak. “Ada laporan baru dari pasukan kita di utara, Yang Mulia.”

Zenithia, yang masih berdiri tak jauh dari mereka, ikut menajamkan telinga.

“Orc?” tanya Nieville cepat.

Val mengangguk. “Benar. Mereka terlihat di tepi Hutan Kersal. Tapi... belum ada kerusakan yang mereka buat. Tidak ada ladang terbakar, tidak ada warga yang diserang.”

“Berapa jumlahnya?” tanya Nieville lagi.

“Belum bisa dipastikan. Tapi lebih dari sepuluh. Terlalu banyak untuk disebut tersesat.”

Nieville mengepalkan tangan, lalu memutar tubuh. Wajahnya mengeras, seperti setiap bagian pikirannya mulai disusun ulang.

Zenithia memperhatikan. Ia mendengar semuanya. Saat melihat sorot mata Nieville, ia tahu pasti—pangeran itu tak pernah benar-benar berpaling dari tugasnya. Acalopsia adalah pusat dari segalanya. Lebih dari dirinya. Lebih dari siapa pun.

“Aku akan ikut menyelidiki,” kata Nieville. “Kita bawa dua pasukan kecil. Kita berangkat hanya dengan perlengkapan untuk berburu. Kalau mereka menyerang, kita bertindak.”

Val tersenyum kecil. “Kita sudah lama tidak berburu.”

Nieville menoleh dengan senyum tipis. “Kita akan anggap ini latihan... atau berlibur.”

Mereka tertawa pelan. Dua prajurit. Dua penjaga Acalopsia yang sudah terlalu sering berdiri di garis depan, bahkan saat belum diminta.

Zenithia mematung di tempatnya. Dalam senyum dan rencana dua lelaki itu, ia merasa asing. Pembicaraan tentang siasat, tentang bahaya dan strategi, bukan dunia yang ia pahami sepenuhnya. Ia mencintai Acalopsia juga. Tapi... dengan cara yang berbeda.

Ia melangkah perlahan, menunduk sedikit.

“Kalau begitu... aku pamit. Sepertinya, keberadaanku akan mengganggu pembicaraan kalian.”

Nieville menoleh cepat. “Zenithia, bukan begitu maksudku.”

Zenithia tersenyum lembut. “Tidak apa-apa, Nieville. Aku mengerti. Yang Mulia punya prioritas... dan Acalopsia adalah yang utama.”

Ia membungkuk sopan. “Semoga perjalanan kalian lancar.”

Tanpa berkata lebih jauh, ia membalikkan tubuh dan berjalan menjauh, membiarkan langkahnya menggema di lorong. Wajahnya tetap tenang, tapi di balik tatapannya, ada perasaan sepi yang tak bisa ia namai.

1
vj'z tri
up udah rajin tapi kok aku merasa kurang terus loh up nya 🤭🤭🤭🤭🤭🫰🫰🫰
vj'z tri
Sion aku lah pendukung mu 🎉🎉🎉🎉🎉🎉
vj'z tri
so mimbo sadar posisi ,tidak tampan minggir 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
segelas kopi di pagi hari biar semangat up nya si Mom 🎉🎉🎉🫰😍
vj'z tri
ada pihak dari homuran yang terlibat jendral 🫣🫣🫣🫣
vj'z tri
seperti nya mimbo amnesia sekita ,didepan nya siapa 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
ehm pertemuan calon mantu ma calon mertua 🤭🤭🤭🤭🤭 seperti nya orang yang pertama patah hati sudah terlihat 🫣🫣🫣
vj'z tri
mendaki gunung lewati lembah sungai mengalir indah ke samudra bersama teman bertualang hai 💃💃💃💃
vj'z tri
cinta beginilah cinta deritanya tiada akhir 🤭🤭🤭🤭 jadi ingat panglima Tien Feng cu Pat kay
vj'z tri
ayo jendral gunakan insting mu ada konspirasi besar di luar bayangan mu 🔥🔥🔥🔥🔥
vj'z tri
serapat rapat nya matahari di tutupi sinar nya akan tetap terlihat 🌞🌞🌞🌞🌞 sionnnnn kuuu 🎉🎉🎉🎉
vj'z tri
aku hanya pergi bruk sementara bukan tuk meninggalkan mu selama nya ,aku pasti kan kembali pada diri mu , tapi kau jangn nakal aku pasti kembali 🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉
vj'z tri
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭🤧🤧🤧 akhirnya ada yang mengenali putra mahkota yang seharusnya 🎉🎉🎉🎉
vj'z tri
😭😭😭😭😭😭😭 terharu sedih bahagia jadi satu di part ini 🤧🤧🤧🤧🤧🤧 kenapa gak kasih peringatan di awal mom biar akoh siapin tisu 🤧🤧🤧🤧
vj'z tri
😭😭😭😭😭😭😭 Sionnnnn 😭😭😭😭😭
Hatus
Mampir nih thor
Momoy Dandelion: makasih 🥰
total 1 replies
vj'z tri
lanjut Mom 🎉🎉🎉🎉 semangat 🤩🤩🤩
Momoy Dandelion: makasih semangatnya, pembaca setiaku satu-satunya 😁
total 1 replies
vj'z tri
terimakasih val 🤗🤗🤗🤗
vj'z tri
hadeuh gimana kalau Sion tahu pasti sedih 🥹🥹
vj'z tri
hadeuh nanti Sion di tuduh mencuri Uta lagi kalau ketawan horang horang 🫣🫣🫣🫣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!