Menjadi Ibu Susu Anak CEO

Laurent dan Sania kembali dari luar negeri. Di sana selain berobat mereka juga menjalankan bisnis keluarga.

"Akhirnya, kita kembali juga." ucap Laurent sembari menghirup udara bebas.

"Karena sudah kembali ke tanah air, kamu harus mengurus pernikahanmu. Sampai kapan kamu akan sendiri seperti ini ?" Sania sudah tidak sabar ingin menggendong cucu.

Laurent terlihat mendesah, "Hah, itu lagi itu lagi. Selalu pernikahan melulu yang Ibu bahas. "

"Ibu sudah tua, saatnya pensiun dan bersantai sambil bercanda tawa dengan seorang anak kecil. Memangnya kamu tidak ingin berkeluarga, hah ?"

"Aku hanya akan mau menikah dengan kak Dave, Ibu." kenangan akan kebersamaan dan ketidakadilan terhadapnya semua terlintas di angan.

"Lupakan pria brengsek itu ! Kamu lupa apa yang telah dia lakukan ke kita sampai kedua tangan kita lumpuh ?"

"Aku tidak perduli seberapa dia menolakku, aku semakin gigih untuk mendapatkannya." ujar Laurent berapi - api.

"Ini sudah 5 tahun, Laurent. Kamu tidak berpikir dia sudah menikah dengan wanita lain ?" Sania menegaskan.

"Tidak boleh ada wanita lain yang memilikinya kecuali aku, Ibu. Dan jika itu terjadi, aku akan merebutnya dari wanita itu." Laurent memperlihatkan genggaman tangannya.

"Kamu memang keras kepala, Laurent. Terserah kamu. Ibu mau istirahat sebentar, terlalu lama berada di kapal, kepala ibu terasa pusing." lalu Sania masuk ke dalam sebuah rumah yang dulu pernah ia tempati.

Laurent memilih jalan - jalan ke luar. Sendirian membuatnya bosan. Ia mengendarai mobil dan melajukan dengan pelan membelah jalanan kota. Tempat yang ingin ia kunjungi adalah klub malam. Disanalah ia bertemu dengan partner lamanya, Nika. Meski jarang berkomunikasi, Nika sangat mudah untuk ditemukan.

"Hai, Nika. Masih ingatkah kamu denganku ?" sapa Laurent begitu tiba dan melihat Nika dengan pakaian seksinya.

Nika yang sedang mengelap meja seketika menghentikan pergerakannya dan menoleh. "Nona Laurent ? An-da kembali ?" Nika tak percaya dengan pertemuan yang tak disangka ini. Lalu Nika bangkit untuk menyambut pelanggan cantik itu.

Setelah diusir, Lea dan Nika berpisah. Lea menyesal karena telah bertindak tak semestinya selama tinggal di kediaman Dave. Ia pun memutuskan untuk membuka usaha kuliner sedangkan Nika memilih mencari pekerjaan lain menjadi pelayan cafe. Lalu karena gajinya kurang banyak, ia pindah dan melamar di sebuah klub malam yang justru membawanya pada kejayaan. Tak hanya menjadi pelayan, ia juga menjajakan bagian tubuhnya yang di bawah perut.

"Silahkan duduk, Nona. Anda mau pesan minuman apa ?"

"Hm, terserah kamu."

Lalu Nika meracik minuman yang menjadi kebanggaan klub itu. Setelah Nika datang dengan segelas minuman, ia pun nimbrung dengan wanita yang pernah menjadi majikannya.

"Ceritakan padaku semua tentang Kak Dave. Kau pasti tahu kan kabarnya ?" Laurent masih mengejar cinta seorang Dave rupanya. Nika pikir, di luar negeri Laurent sudah menikah dan melupakan Dave.

Nika pun membuka cerita panjang lebar dan kalimat terakhir yang membuat hati Laurent meledak adalah, "Tuan Dave menikahi baby sister setelah keluar dari rumah sakit."

Telinga Laurent merasa terbakar bara api yang menyala mendengar ucapan Nika. "Kurang ajar ! Wanita itu mengambil apa yang harus menjadi milikku." Laurent meneguk segelas minuman beralkohol. Terlihat jelas matanya yang tajam melampiaskan betapa marahnya ia. Tak puas dengan hanya gambaran Dave saja, yang sudah sekian kali menyakiti hatinya, Laurent pun meneguk lagu minuman itu sampai mabuk.

Nika mencoba menghentikan Laurent minum, namun tak berhasil.

Bertepatan itu datang seorang pria yang sedang galau juga. Ia langganan di klub itu. Nika langsung menyambut pria itu dengan senyuman jahatnya.

"Tuan, ada barang baru. Mungkin Anda mau mencoba. Saya jamin ini masih orisinal." tawar Nika.

Pria dengan penampilan agak acak - acakan itu tertawa lepas. "Kamu bercanda. Zaman sekarang mana ada sih barang baru, adanya barang bekas. Kamu saja sudah tidak perawan."

"Saya jamin, Tuan. Asal bayaran nya memuaskan." Nika tak ingin membuang kesempatan. Karena pernah menjadi seorang antek yang justru membuatnya kehilangan pekerjaan, Nika melempar Laurent pada pria tukang judi ini.

Eric mengeluarkan beberapa lembar uang yang membuat mata Nika melotot.

"Yang mana wanita yang kamu maksudkan ?" Eric memperhatikan sekitar.

"Yang itu Tuan !" tunjuk Nika pada wanita dengan gaun berwarna merah menyala. "Dia baru saja datang dari luar negeri. Dan sedang putus cinta."

"Hm, begitu rupanya." Eric hendak beranjak.

"Dia sedang mabuk, Tuan. Pasti sangat mudah untuk merayunya." Nika memberitahu untuk menyemangati Eric.

.

Pulang sekolah, terlihat April dan David menunggu jemputan.

"Ibu, mana paman Connor. Kok lama ?" gerutu David yang tak sabaran.

April melirik jam tangannya yang sudah lewat lima belas menit dari jam penjemputan. "Tunggu sebentar, ibu akan menelpon ayahmu."

Baru akan mengeluarkan ponsel, mobil Connor terlihat datang lalu berhenti tepat di bawahnya.

"Nyonya, maaf aku terlambat. Ada kemacetan tadi di jalan." ucap Connor begitu turun dari mobil.

"Ah, iya. Hampir saja David memintaku untuk naik taksi tadi." Lalu April dan David memasuki mobil disusul Connor.

Ditengah perjalanan karena macet yang berkepanjangan, David pun tertidur lelap. April merasa udara cukup panas sehingga ia menurunkan kaca mobil.

Sejurus kemudian ia tampak melihat sosok yang tak asing baginya.

"Seperti Janeta ?" April tak salah lihat, lalu sedikit menyembulkan kepalanya ke luar jendela. Melihat yang ia kira istri mantan suaminya, tapi dengan pakaian seragam orang yang dirawat di rumah sakit jiwa.

April menarik kepalanya kembali, lalu mobil melaju pelan.

"Mungkin aku salah lihat."

Yang ia kira Janeta itu memang tidaklah salah.

Janeta yang depresi cukup lama semenjak melahirkan dan bayinya menghilang, ia di rawat di RSJ. Dan karena sudah teramat bosan di sana, Janeta berhasil kabur. Dengan sisa ingatannya, ia mencari sosok Eric yang sudah menelantarkan dirinya dan tak pernah sekali pun berkunjung untuk menanyakan kabar atau pun melihat keadaannya.

Janeta menyelinap di antara kerumunan. Ia pun mencuri uang dari pengemis. Pengemis itu tidak terima dengan hasil payahnya yang diambil begitu saja, ia pun mengejar Janeta.

Mobil yang dikendarai Connor melambat karena ada lampu merah. David terbangun dari tidur dan mengeluh tenggorokan nya kering.

"Ibu, aku haus."

"Yah, minumannya habis. Sebentar, ibu turun untuk beli sebotol minuman." April turun dari mobil dan segera kembali dengan minuman menyegarkan.

Baru saja April akan menutup pintu, Janeta menarik paksa pintu itu lalu masuk ke dalam mobilnya.

April dan David sempat menjerit karena ketakutan. Connor sontak menoleh ke belakang dan melihat ODGJ berada di dalam mobil. Connor segera turun untuk mengamankan wanita itu.

Janeta terlihat meringkuk ketakutan, seolah sembunyi dari pengejaran.

"Janeta, benarkah itu kamu ?" April memberanikan diri untuk bertanya.