NovelToon NovelToon
TURUN RANJANG : Dinikahi Pilot Galak

TURUN RANJANG : Dinikahi Pilot Galak

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Pernikahan Kilat / Angst / Romansa / Pihak Ketiga / Naik ranjang/turun ranjang
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Dhanvi Hrieya

Aruna Mayswara terpaksa menerima pernikahan yang digelar dengan Jakson Mahendra-mantan kakak iparnya sendiri, lelaki yang sempat mengeyam status duda beranak satu itu bukan tandingan Aruna. Demi sang keponakan tercinta, Aruna harus menelan pahitnya berumah tangga dengan pria yang dijuluki diam-diam sebagai 'Pilot Galak' oleh Aruna dibelakang Kinanti-almarhumah kakak perempuannya. Lantas rumah tangga yang tidak dilandasi cinta, serta pertengkaran yang terus menerus. Bisakah bertahan, dan bagaimana mahligai rumah tangga itu akan berjalan jika hanya bertiangkan pengorbanan semata.

***

"Nyentuh kamu? Oh, yang bener aja. Aku nggak sudi seujung kuku pun. Kalo bukan karena Mentari, aku nggak mungkin harus kayak gini," tegas Jakson menatap tajam Aruna.

"Ya, udah bagus kayak gitu dong. Sekarang tulis surat kontrak nikah, tulis juga di sana perjanjian Mas Jakson nggak akan nyentuh tubuhku," ujar Aruna menggebu-gebu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhanvi Hrieya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27. MUNDUR SELANGKAH

"Udah pulang!" seru perempuan yang terlihat duduk nyaman di sofa ruang tamu di saat Aruna dan Mentari baru saja memasuki ruangan tamu.

Langkah kaki Aruna berhenti mendadak, Mentari melirik ke arah sepupu sang ayah dengan dahi berkerut. Viera jarang main ke rumah hanya sesekali datang, setiap kedatangannya selalu membuat suasana rumah terasa kurang nyaman. Anak-anak cenderung sensitif dengan perubahan suasana hati orang dewasa, tidak terkecuali dengan Mentari.

"Ayo!" Aruna tidak mengindahkan kehadiran Viera, ia kembali melanjutkan langkah kakinya bersama Mentari menuju ruangan keluarga.

Viera mengerutkan alis matanya, mendesah kasar. Aruna masih saja angkuh, Viera benci sekali melihat rasa percaya diri Aruna. Tatapan matanya terlihat terarah pada dinding yang memisahkan ruangan keluarga dan ruangan tamu, bom sudah dijatuhkan. Sudah saatnya Viera pergi dari rumah ini, tidak perlu menonton pertunjukan yang menyakitkan telinganya. Setidaknya ia sudah dapat memastikan jika Aruna hancur berkeping-keping, Viera bangkit dari posisi duduknya melangkah menuju pintu ke luar.

Jika di ruangan tamu ada Viera yang terlihat menunggu Aruna maka di ruangan keluarga terlihat Jakson duduk dengan tegap, eskpresi wajahnya terlihat sangat gelap.

"Mbok!" seruan keras Jakson mengejutkan Aruna dan Mentari.

Perempuan paruh baya tergopoh-gopoh ke luar dari arah dapur, mendekati ruangan tamu.

"Ya, Pak!" sahutnya cepat.

"Bawa Mentari beli es krim di mini market depan," titah Jakson terdengar tegas.

Kepala wanita paruh baya itu mengangguk, ia mengulurkan tangannya ke arah Mentari. Kepala Mentari mendongak melirik ke arah Aruna, wajah Aruna terlihat masih pucat. Ia mengangguk tak lupa mengulas senyum tipis untuk Mentari, ia merogoh tas selempang yang ia kenakan.

"Beli juga bakso di luar buat Mentari, sama Mbok," ujar Aruna pelan saat mengulurkan uang.

Mentari menerimanya kepalanya mengangguk, pembantu rumah Jakson langsung meraih pergelangan tangan Mentari membawanya ke luar dari rumah. Tampaklah akan segara terjadi badai lagi di rumah tangga sang majikan, tidak pernah ada ketenangan di rumah tangga kedua majikannya ini.

"Duduk," titah Jakson, suaranya terdengar dingin dan datar.

Aruna melangkah menuju sofa, duduk di hadapan Jakson. Aruna terkesiap saat lembaran kertas bertentangan mengenai dirinya, mata Aruna melotot menatap Jakson dengan ekspresi tak percaya.

"Apa-apaan ini, Mas," tegur Aruna, wajahnya mulai terlihat marah.

Aruna dalam keadaan tubuh yang tidak sehat, ia baru selesai menerima perawatan di UKS kampus. Pulang dari kampus langsung ke TK Mentari, berharap sampai di rumah bisa beristirahat. Tampaknya tidak akan ada waktu untuk dirinya benar-benar tenang, jari telunjuk Jakson langsung bergerak ke arah Aruna.

"Hebat sekali kamu, bersandiwara bersama mbakmu. Semenyenangkan itu mempermainkan aku, hah?" Jakson menunjuk-nunjuk ke arah Aruna, urat lehernya mencuat kontras dengan warna kulitnya.

Kelopak mata Aruna terkatup perlahan pangkal hidungnya mengerut, gambaran kasar mulai terbentuk di otaknya. Apa yang pernah dibicarakan oleh Viera tampaknya sudah sampai di telinga Jakson, kelopak matanya terbuka perlahan. Tatapan mata lurus nenatap ke arah Jakson, ekspresi terlihat jauh lebih tenang dari yang awal.

"Jadi, apa yang bisa Mas Jakson simpulkan dari pengaduan Viera?" tanya Aruna tenang.

Jakson mendengus, "Aku akan melakukan tes DNA untuk Mentari, melampirkan itu pada surat perceraian. Bagaimana Kakak-beradik menipuku, aku tidak meny-"

"Aku akan tanda tangani surat cerai, sedari awal sudah aku katakan. Aku akan menandatanganinya, Mentari memang bukan anaknya Mas. Nggak perlu tes DNA segala, itu faktanya. Jalan yang harus Mas maupun aku tempuh lebih mudah, kita berpisah. Mentari aku yang rawat, Mas bisa bebas mau jungkir balik atau apapun. Anak ini, aku juga yang akan mengurusnya," potong Aruna sigap, "sudah clear 'kan masalahnya."

Baik secara psikis maupun fisik Aruna sudah sangat lelah, ia berada pada titik terendah dalam kehidupannya. Tidak memiliki tenaga untuk dihabiskan melayani pertengkaran serta kemarahan Jakson, tawa Jakson melambung seketika. Dahi Aruna berkerut mendengar tawa Jakson, ia mengira Jakson mungkin sudah gila. Karena berpikir ia telah membesar anak dari orang lain, dan kehilangan anak yang ada di dalam kandungan Aruna saat ini.

Tawa Jakson berhenti, telapak tangan Jakson terlihat mengusap sudut matanya yang basah. Kekecewaan, kemarahan, dan luka membuat dirinya tidak mampu menggambar perasaannya saat ini.

"Apakah kamu yakin, anak itu adalah anakku?" tanya Jakson, ekspresi wajahnya terlihat mencemooh. "Kamu hamil diusia beli dengan pria brengsek di luar sana, melahirkan Mentari sebagai anak haram. Membiarkan aku yang saat itu adalah Kakak iparmu untuk membesarkan anakmu. Lalu berpura-pura menjadi gadis saat aku sentuh, menjijikan. Sungguh sangat menjijikan membayangkan aku menyentuh tubuh perempuan yang sudah bekas."

Jari jemari Aruna bergetar mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Jakson padanya, tatapan menghina dan terlihat jijik terarah padanya. Amarahnya kembali tersulut, lidahnya hampir memaki tertahan di kerongkongan saat rasa nyari menghantam perutnya.

Jakson mungkin tidak tahu bagaimana perasaan Aruna saat ini, dahinya dipenuhi oleh bulir-bulir keringat. Kemarahan disulut melampaui batas, Aruna yang tengah hamil terlihat semakin pucat. Ditariknya napas perlahan dan dibuang, berulang kali Aruna mengontrol pernapasannya. Jika ia meledak saat ini, besar kemungkinannya akan terjadi pendarahan hebat.

Diusapkan perlahan perut yang masih datar pergerakan tangan Aruna terlihat jelas, bohong kalau Jakson berkata ia tidak tertegun saat melihat perubahan ekspresi Aruna serta reaksi tubuh wanita di depannya ini.

Kepala Aruna mengangguk sekilas, "Iya, sudah pasti juga begitu. Anggap saja begitu, semua sudah selesai bukan? Aku akan menggemasi barang-barangnya Mentari. Ah, tidak. Itu jelas uang Mas Jakson, aku hanya akan membawa beberapa yang dibutuhkan. Anggap saja itu sebagai rasa iba pada anak yang sudah Mas Jakson besarkan selama bertahun-tahun. Aku tunggu surat cerainya, kirim saja ke alamat rumah yang nggak jauh dari kampusku."

Aruna bangkit perlahan dari posisi duduknya, melangkah menuju ruangan kamar tamu yang selama beberapa bulan ini ia tempati. Punggung belakangnya basah karena keringat dingin, daripada dia mati berdiri menghadapi Jakson karena marah. Lebih baik menghindar, saat ini Aruna jelas lebih tahu kondisi tubuhnya. Jika ia tumbang maka Mentari akan dirugikan, Aruna harus kuat dan hidup akan terus berjalan.

...***...

Viki terlihat bengong mendengarkan curhatan pria di sampingnya itu, sesekali dahinya terlihat berkerut lalu kembali rileks. Sungguh tidak paham dengan apa yang sedang dikatakan oleh Jakson, bagaimana bisa Kinanti menipu sahabatnya satu ini. Jika itu benar adanya, maka ini terlampau gila bagi Viki. Jakson membesarkan anak orang lain, jari jemari Viki memijit kasar pangkal hidungnya.

"Kamu nggak mikir tes DNA?" tanya Viki melirik Jakson memastikan.

"Haruskah aku melakukan itu?" tanya Jakson balik, ia benar-benar marah saat ini.

Viki berdecak, "Bagaimana jika Viera menipumu. Kinanti tidak mungkin rasanya berbohong sedemikian besarnya. Minimal apa? Cari tau dulu kebenaranya. Jangan main asal seruduk aja, bisa saja itu bohong. Kamu belum terjun langsung mencari keberadaan klinik itu, dan apakah benar anak itu anak Aruna."

Jakson tertegun untuk beberapa detik, dan mengeleng setelahnya. "Viera nggak mungkin mengarang hal sebesar ini," tukas Jakson.

"Kamu ini bodoh atau oon sih, nggak ada yang nggak mungkin. Nah, sekarang daripada kamu mendumel di sini, bikin aku ikut pusing. Sana cari tau dulu, telusuri dulu. Jangan grasak-grusuk main nikah, dan grasak-grusuk main cerai. Pernikahan bukan mainan." Viki gemas sendiri dengan Jakson.

Tidak ada reaksi dari Jakson, Viki mendesah berat. Kedua matanya terlihat memicing curiga ke arah Jakson, meneguk kasar air liur di mulutnya.

"Jangan bilang, kamu telan mentah-mentah info ini guna mempermudah perceraianmu dengan Aruna. Hanya agar bisa menikahi Elena," tebak Viki terdengar hati-hati saat berbicara.

Jakson bungkam, satu sisi itu benar adanya. Tapi, di sisi lain Jakson terluka karena egonya dihantam keras oleh tipu daya Kinanti dan Aruna. Sekarang yang membuat Jakson menjadi galau adalah Mentari, anak itu mau bagaimana pun dia telah membesarkannya dengan penuh cinta selama bertahun-tahun. Masih sulit dipercaya jika Mentari bukan putri kandungnya, hatinya nyeri membayangkan Mentari adalah anak dari lelaki lain.

"..., entahlah," gumam Jakson mendesah.

Bersambung....

1
Reni Anjarwani
binggung yaa kisahnya
Mymy Zizan
bagussssss
Suryani Tohir
llanjut
Suryani Tohir
next
Shafa Ayudia
ceritanya bagus, banyak plot twist nya. bagi yg suka cerita seru dan menantang,sangat recommended untuk dibaca.
Dhanvi Hrieya: makasih udah mampir kakak, dan makasih atas ulasannya ❤️☺️
total 1 replies
Shafa Ayudia
ceritanya bagus kak, semangat updatenya yaa
Dhanvi Hrieya: siap, kakak ^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!