NovelToon NovelToon
Teror Dunia Alam Ghoib

Teror Dunia Alam Ghoib

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Hantu
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

para mahasiswa dari Institut Seni Indonesia tengah melakukan projek pembuatan filem dokumenter ke sebuah desa terpencil. Namun hal tak terduga terjadi saat salah satu dari mereka hilang di bawa mahluk ghoib.

Demi menyelamatkan teman mereka, mereka harus melintasi batas antara dunia nyata dan alam ghoib. Mereka harus menghadapi rintangan yang tidak terduga, teror yang menakutkan, dan bahaya yang mengancam jiwa. Nyawa mereka menjadi taruhan dalam misi penyelamatan ini.

Tapi, apakah mereka sanggup membawa kembali teman mereka dari cengkeraman kekuatan ghoib? Atau apakah mereka akan terjebak selamanya di alam ghoib yang menakutkan? Misi penyelamatan ini menjadi sebuah perjalanan yang penuh dengan misteri, dan bahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27

"Jangan-jangan Pak Prabu melakukan pesugihan. Memberi tumbal, jelas mendapat imbalan..." bisik Fahri.

Valo mengangguk setuju, "Bisa jadi..."

Queen menambahkan, matanya tajam, "Makanya Desa Menoreh aneh! Sepi, warga tak ramah. Selain Pak Parno dan Pak Prabu, tak ada yang menyapa kita." Keempat temannya mengangguk, mengerti.

"Setelah kita keluar dari sini, kita akan cari tau dan bongkar semua kebusukan pak Prabu!" Daffa bertekad, wajahnya dikerutkan oleh amarah. Namun, ia segera berganti nada, "Lebih baik kita lanjutkan pencarian Wati. Semoga cepat ketemu dan bisa keluar dari sini."

Ia meraih tangan Queen, membantunya berdiri.Daffa mengulurkan tangannya kepada Queen, jemarinya menyentuh telapak tangan Daffa yang hangat .

Fahri, semangatnya menyala, ikut bangkit, "Ayo! Gue juga gak mau mati di sini!"

Arin, lesu, berdiri perlahan, kepala masih tertunduk.

Fahri mengangkat alis, senyum jahil mengembang. "Di situasi begini, malah liat orang lagi kasmaran..."

Valo menyikutnya, "Maksudmu?"

Fahri menunjuk tangan Daffa dan Queen yang bertaut.

Valo langsung mengerti. "Iri ya, Ri? Mau kubantu panggil Mbak Kunti?" Namun, ia langsung merinding, memeluk lengan Fahri erat-erat.

Fahri menyentil kening Valo, kesal. "Kita dikejar, malah mau panggil hantu? Berani ya kamu!"

Valo, takut, matanya memicing, "Maaf..."

"Sudah, jangan bercanda aneh-aneh," tegur Queen, suaranya tegas, menghentikan canda mereka.

"Aduh..." Queen meringis, menahan sakit. Daffa sigap menangkapnya, tangannya mendarat kokoh di pundak Queen. "Lu kenapa?"

Queen menggeleng, jari-jarinya sibuk merapikan sepatu yang sedikit bergeser. "Kaki gue sedikit sakit, mungkin karena lari tadi."

Daffa menyodorkan senternya pada Queen, lalu berjongkok, memeriksa pergelangan kaki Queen dengan teliti. Cahaya senter menerangi kulit Queen yang memerah dan mulai bengkak.

"Kaki lu merah banget, dan bengkak. Kayaknya terkilir, Queen," Daffa mendongak, kekhawatiran terpancar dari wajahnya. "Masih sanggup jalan, atau mau gue gendong?"

"Sayang... kakiku sakit, gendong dong," goda Fahri, melambaikan tangan ke Valo dengan jahil.

"Ih... jijik," Valo mendorong pelan Fahri, tawa lirih mereka memecah keseriusan situasi.

"Ledek terus!Lama-lama gue tonyor lu..." Queen cemberut, tapi senyum tipis menghiasi bibirnya. "Udah nggak papa, Fa. Kayak gini doang mah gue kuat kok."

"Serius? Ini udah bengkak, lho," Daffa berdiri tegak di hadapan Queen, menatapnya penuh perhatian.

"Udah sih terima aja tawaran Daffa Queen, dari pada nanti tambah parah." Sahut Valo.

Queen menggeleng mantap, tekad terpancar dari matanya. "Gue nggak papa. Ayo kita lanjut."

Daffa mengambil kembali senternya, lalu menggenggam erat tangan Queen. Kali ini, genggamannya lebih lembut, penuh kasih sayang. Kedua temannya hanya tersenyum, memperhatikan kebucinan Daffa yang begitu nyata.

Sepanjang perjalanan, rasa takut Queen perlahan sirna, tergantikan oleh debaran jantung yang menggila karena sentuhan tangan Daffa. Jari-jarinya berkeringat dingin, setiap sentuhan Daffa bagai sengatan listrik yang menggetarkan seluruh tubuhnya. Beberapa kali Queen mencoba mengalihkan pandangan, pipinya memerah menahan malu agar Daffa tak menyadari jantungnya yang berdebar-debar seperti drum band.

Daffa pun merasakan kegugupan yang sama. Jantungnya berdetak tak beraturan, namun ia berusaha tegar, menunjukkan keberanian di depan Queen. Perasaan tertarik yang baru saja ia sadari semakin menguat, ia ingin selalu melindungi Queen dari apapun.

Mereka berjalan cukup jauh, namun jejak melati tak kunjung ditemukan. Kelelahan mulai mencengkeram, perut mereka keroncongan. Tiba-tiba, aroma makanan yang begitu menggiurkan memenuhi udara malam.

"Wangi banget... emangnya siapa malam-malam dan gelap kayak gini masak?!" seru Fahri, hidungnya mengikuti aroma harum itu.

"Jangan-jangan..." Valo bersembunyi di balik Fahri, wajahnya dipenuhi rasa takut.

Queen, dengan jantung yang masih berdebar, menggenggam tangan Daffa lebih erat. Tangannya yang lain dengan was-was memeluk lengan Daffa, mencari rasa aman dalam sentuhan kekasihnya itu.

"Serius, ini bau masakan," ucap Arin, menunjuk sebuah cahaya lampu redup di tengah hutan lebat. Mereka menelan ludah, bulu kuduk mereka merinding.

"Ayo kita lihat," ajak Daffa, suaranya tegas meski rasa was-was juga mencengkeramnya.

Queen menahan tangan Daffa, matanya menatap Daffa dengan penuh kekhawatiran. "Kalau itu jebakan setan gimana, Fa?"

Daffa tersenyum lembut, menenangkan Queen. "Udah nggak papa, ada gue..."

Dengan hati-hati, mereka mendekati sumber cahaya. Mereka tercengang melihat sebuah meja panjang yang penuh dengan makanan, terang benderang diterangi lilin-lilin yang berderet rapi. Ayam betutu utuh, ikan goreng dan panggang yang mengkilat, serta aneka buah segar tersaji di atas meja. Air liur mereka menetes, makanan itu terlihat begitu menggiurkan.

"Boleh dimakan nggak, sih...?" tanya Fahri, matanya berbinar-binar. Ia dengan cekatan mengambil sepotong daging ayam dan langsung melahapnya.

"Jangan ngawur! Mikir dulu! Mana mungkin ada makanan di tengah hutan kayak gini," tegur Valo. "Kita jangan tertipu!"

"Alah... bodo amat. Gue udah lapar banget, dan rasanya enak kok!" Fahri melanjutkan pesta makannya, mengambil beberapa buah dan menyantapnya dengan rakus. Ia berkeliling meja, sedangkan yang lain hanya bisa menatapnya dengan heran.

"Fahri! Udah, jangan!" perintah Queen, suaranya cemas.

Namun, saat Fahri asyik melahap makanan, keajaiban itu sirna. Makanan itu berubah menjadi busuk dan berbau menyengat. Daging ayam dipenuhi belatung dan cacing, buah-buahan pun tampak membusuk dan dipenuhi ulat. Fahri melihat kedua tangannya yang penuh dengan ulat yang menggeliat menjijikkan.

"Huek... huek..." Fahri memuntahkan semua yang telah dimakannya, perutnya mual.

Valo segera menghampiri dan menepuk-nepuk punggung Fahri. "Gue bilang juga apa? Di sini tuh bukan tempat kita, mana mungkin ada makanan!"

"Kurang ajar... bisa berubah gitu," gerutu Fahri, wajahnya masih tampak mual.

"Udah, kita lebih baik pergi dari sini. Gue udah ngerasa ada yang nggak beres."

Belum sempat Queen menutup mulutnya karena terkejut, sesosok makhluk kecil tanpa baju, hanya mengenakan popok putih, muncul di hadapan mereka. Makhluk itu menatap tajam, tubuhnya putih pucat dengan mata hitam pekat seperti tuyul—dan memang tuyul itu sendiri. Rambutnya acak-acakan, menambah kesan menyeramkan.

Sekali lagi, rasa takut mencengkeram mereka. Tuyul itu melesat ke arah mereka dengan kecepatan luar biasa.

"Aakkhhhh..." Teriakan mereka menggema di hutan itu.

Mereka berhamburan lari, panik. Daffa, dengan genggaman erat, berlari bersama Queen.

Namun, lagi-lagi mereka terpencar. Kini, hanya tinggal Queen dan Daffa yang berlari bersama, menghindari kejaran tuyul yang mengerikan. Detak jantung mereka berpacu kencang, mencoba sekuat tenaga untuk lolos dari kejaran makhluk halus tersebut.

Lari Queen semakin tertatih. Sakit di pergelangan kakinya kembali menusuk, setiap langkah terasa seperti siksaan. Daffa menyadari perubahan langkah Queen yang semakin lambat. Ia memperlambat larinya, menoleh ke belakang. Jejak tuyul itu telah hilang ditelan kegelapan.

"Syukurlah... kita sudah aman," ucapnya, nafasnya tersengal-sengal.

"Kita terpencar lagi," panik Queen, suaranya bergetar. "Semoga mereka baik-baik saja."

"Kakimu sakit, ya?" tanya Daffa, lembut. Queen mengangguk, air mata mengancam untuk jatuh.

"Masih kuat jalan? Aku gendong, ya?"

"Gak... nggak usah," Queen memundurkan tubuhnya, melambaikan tangan menolak. Ia merasa malu merepotkan Daffa.

Namun, Daffa bersikeras. Ia berjongkok, tangannya terulur, menarik tangan Queen ke punggungnya. Merah padam pipi Queen, di antara rasa malu dan rasa aman yang tiba-tiba muncul. Dengan ragu, ia meraih pundak bidang Daffa, dan naik ke punggungnya.

Perlahan Daffa berdiri, posturnya tegap menahan beban Queen. Ia meminta Queen memegang senter untuk menerangi jalan.

"Emang gue nggak berat, Fa?"

"Ya... lumayan sih," jawab Daffa, senyum tipis menghiasi wajahnya. Queen memukul pelan pundak Daffa.

"Turunin aja, lah. Lu juga pasti capek dari tadi lari terus,"

"Kalau lu jalan, kita malah bakal lama. Nanti kita malah nggak ketemu yang lain lagi."

"Maaf, ya, Fa. Gue ngerepotin lu terus," ucap Queen, merasa bersalah.

"Gak papa, gue suka kok. Apalagi lu yang ngerepotin gue," balas Daffa, suaranya terdengar menggoda.

Daffa berbalik, wajah Queen yang dekat karena posisinya di punggung Daffa membuat bibir mereka tanpa sengaja bertemu. Waktu seakan berhenti. Mata mereka bertemu, sebuah keheningan yang dipenuhi perasaan tak terucap. Queen tersadar, segera memundurkan kepalanya.

Rasa canggung tiba-tiba menyelimuti mereka. "Emmm... maaf, gue nggak sengaja,"

Rasa malu yang membara membanjiri wajah Queen , ia ingin sekali lenyap di telan bumi.

"Ehhh... gue juga nggak lihat-lihat tadi. Maaf, ya," Daffa membalas, senyumnya tulus.

 .

.

BERSAMBUNG...

1
🌟Bintang✨
Keren ...
🌟Bintang✨
Semangat nulis thor... ceritanya menarik sukses buat author nya
◦•●◉✿NhenG✿◉●•◦
lnjut..
◦•●◉✿NhenG✿◉●•◦
Mantap Thor lanjutkan..ceritanya bagus dan seru.
♔︎❄Ⓜurniati❄♔︎
mampir ya kk
𝔸ℝ𝕊
next
𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝙉ᗩƁᓵᘂልᴳᴿ🐅
keren kak,, semangat berkarya nya
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: iya makasih kak
total 1 replies
🍮😈 𝔫αᖇÃүα 𝓪ˡ𝐢¢𝒾Δ 💋💚
Mampir
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: mkasih ya
total 1 replies
⧗⃟ᷢʷ𝙵𝚑𝚊𝚗𝚒𝚊🦂🌻͜͡ᴀs
ibuk mampir yi. wahh beneran di rombak ya.. lebih seru yi
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: iyaa buk.. rombak total kmren 🤣
total 1 replies
𝔸ℝ𝕊
Abng mmpir dek
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: ehhh makasih bang 🤗
total 1 replies
➷ᖇOᙎᖇᖇ◇
/Watermalon/
➷ᖇOᙎᖇᖇ◇: sama-sama
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: makasih dah mampjr
total 2 replies
☠🍁🍾⃝ ͩ ᷞʙͧɪᷡʟͣ𝐀⃝🥀❣️❤️⃟Wᵃf
termasuk mereka itu pada pemberani sih
✎🍳🍳TₑLₒᵣ CₑPLₒK🥚🐣🌾✍
Semangattt,,, weh mantep.. Kopi buat othor
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: 🤭🤣🤣haha emng ceplok
✎🍳🍳TₑLₒᵣ CₑPLₒK🥚🐣🌾✍: Plokk🥴🥴
total 3 replies
☠🍁🍾⃝ ͩ ᷞʙͧɪᷡʟͣ𝐀⃝🥀❣️❤️⃟Wᵃf
mampir kak
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: makasih ya
total 1 replies
🍁Pipitz❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
Waduh horor ya ini
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: iyaa 🤭🤭
total 1 replies
✎🍳🍳TₑLₒᵣ CₑPLₒK🥚🐣🌾✍
Cuss semaangaat Etehh
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: /Joyful//Joyful/ perjuangan ternyata nulis ginian
✎🍳🍳TₑLₒᵣ CₑPLₒK🥚🐣🌾✍: Laah, gundulll
total 3 replies
⧗⃟ᷢʷ мαкмιѕѕнαℓυ ˢ⍣⃟ₛ
ini baca harus nyantai, Mak simpan dulu dobrak buku ya.. soal nya mak suka novel yg bau" jurig
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: siap mak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!