Penyesalan Tiada Arti

Tiga sejak kejadian penyatuan yang terlarang itu , Ardi semakin gelisah . Dia ingin cepat -cepat di sah kan secara agama dan negara.

Semua dokumen dan berkas persyaratan sudah disiapkan tinggal satu surat sakti , yaitu persetujuan dari istri pertama.

Bagaimana pun Ardi harus meyakinkan Nining dan anak sulung nya serta keluarga besar Ardi, bahwa ia mampu secara ekonomi dan batin akan berbuat adil untuk berbagi.

Melalui ide Wati, Ardi disarankan untuk membawa keluarga nya jalan - jalan ke luar kota dan menginap di villa agar suasana hati istri dan anaknya bahagia, dengan begitu akan mudah untuk merayu Nining untuk tandatangan di surat izin menikah lagi yang sudah dibuat oleh bapak RT dimana Ardi dan Nining tinggal.

Jum'at sore yang cerah , Ardi dan anaknya bercengkrama di ruang atas. Fariz masih asik membuat mainan mesin ATM dari kardus yang di lem tembak , sementara mesin penggulung uang ia dapatkan dari mainan mobil remot yang sudah rusak. Untuk ukuran anak kelas 5 SD, Fariz termasuk sangat kreatif. Berbekal nonton YouTube akhirnya satu mesin ATM mainan pun jadi.

" Hore.....sudah jadi ini. ,mamah mau coba nggak ?" tanya Fariz kegirangan.

" Gimana caranya, sini mamah coba !"

" Ini uangnya mamah masukin lewat lubang tipis ini ,uangnya diluruskan jangan ditekuk mah,! Fariz mencontoh kan.

"Nanti tombol ini digeser ke kanan lalu uangnya masuk sendiri "

"Oke mama coba ya "

Serrrr......serrrrr...! Mesin berbunyi. Dan benar uangnya masuk.

" Wah....ini kayak ATM versi celengan yah ?" pintar kamu Fariz !".

Nining menciumi Fariz karena gemas dan pintar. Ardi yang melihat itu bertepuk tangan.

" Pintar sekali anak papah bisa bikin mainan sendiri !"

" Besar nanti kamu jadi pengusaha mainan yang sukses !" tak lupa mencium Fariz juga.

" Sebagai hadiah dari papa, besok kita liburan yuk ke Lembang lihat kebun teh!"

" Horeee aku mau "

" Aku juga mau !"

" Menginap di villa ya pah "

" Eh ke kebun bunga saja ,tempatnya bagus buat poto - poto" seru lainnya.

Anak-anak sudah setuju, sekarang Ardi minta pendapat Nining yang akan dipertemukan dengan Wati untuk yang kedua kalinya. Biar keduanya akrab jadi dipersidangan nanti punya bukti bahwa istrinya sudah saling kenal.dan mengobrol.

" Ya sudah kalian siapkan baju ganti untuk kita menginap ya ,bawa masing -masing dalam tas tersendiri,jadi tidak berebut. Anak-anak antusias masuk kamar dan memilih baju apa yang akan dibawa untuk besok dan menyusun dalam tas ransel.

Ardi menghampiri Nining yang sibuk membereskan sisa - sisa potongan kardus yang tidak terpakai. Lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Nining.

" Mah, besok siang kita ke restoran dulu buat menemui Wati dan keluarga nya"

" Mama bisa mengobrol berdua sementara yang lain makan ,jadi tak ada yang ganggu,"

"Ngobrol nya juga diruangan lain jad lebih private mah, mau yah habis itu kita pulang ke villa buat bermalam, baru besoknya ke taman bunga atau kemana saja yang mamah suka " rayu Ardi.

Nining menarik nafas panjang, hmmmmm....

"Mamah nggak ingin bertemu dia Pa, seperti nya dia sombong dan banyak bicara!"

"Aku ngomong 5 kata, dianya 25 kata., maunya menang sendiri !" jawab Nining ketus.

" Dia memang begitu pembawaannya,tapi kalo sudah nyambung mah jadi asik ngobrol nya, dicoba ya sayang " Ardi mencium kepala Nining

Malam harinya masih saja Ardi membujuk Nining agar mau bertemu dengan Wati di suatu tempat. Jika Nining egois dan tak menuruti berarti dia akan membuat kecewa anak -, anaknya. Dalam bimbang antara iya dan tidak. Tentu saja kebahagiaan anak yang lebih utama.

" Pa, tapi jangan lama ngobrol nya mamah nggak suka sama orang yang banyak omong , mending to the point saja "

Nining merajuk,

Ardi mendekatkan badannya dan memeluk tubuh Nining,karena mata Nining dilihatnya mulai mengembun.

" Sabar dulu ya sayang, papa janji nggak akan ninggalin mamah dan janji bisa adil ,jangan sedih lagi "

Ardi mengangkat dagu Nining hingga keduanya saling tatap, air mata Nining dihapus nya dengan ujung jari Ardi lalu mencium kedua mata yang masih berembun itu.

"Yuh tidur biar besok segar kan mau senang- senang"

Nining tak bisa berkata apa-apa lagi. Di lubuk hati yang paling dalam, sebenarnya ini sangat berat. Tapi demi baktinya kepada suami, Nining harus banyak bersabar.

" Surganya istri ada pada suami"