NovelToon NovelToon
The Ruler Of Absolute

The Ruler Of Absolute

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Spiritual / Romansa Fantasi / Epik Petualangan / Raja Tentara/Dewa Perang
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Wibuu Sejatii

Jhi Chen. Nama yang membuat dewa-dewa gemetar. Ia adalah badai yang menghancurkan surga, pedang yang merobek kegelapan, dan keadilan yang membakar dunia. Persiapkan diri untuk menyaksikan pemberontakan yang akan mengguncang alam semesta hingga ke akar-akarnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wibuu Sejatii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10 APAKAH KAKAK SENIOR?

Jhi Chen berada di tempat yang sama di mana dia menemukan peti harta karun beberapa waktu lalu. Namun, sekarang peti itu sudah tidak ada lagi. Jhi Chen membungkuk ke tempat peti harta karun itu seharusnya berada.

Meskipun peti itu sudah menghilang, Jhi Chen yakin bahwa dia akan menemukan sesuatu yang lebih berharga. Dia melirik ke arah mata air Argaria Suci yang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Akhirnya, aku bisa melihatmu," kata Jhi Chen dengan senyum di wajahnya. Dia terbang langsung ke mata air Argaria Suci, merasa penasaran tentang apa yang bisa dia dapatkan dari sumber daya alam yang terkenal itu.

"Mata air Argaria Suci, aku ingin merasakan sensasi apa yang bisa kamu berikan padaku," kata Jhi Chen sambil mengamati mata air itu dengan saksama. Lalu, dia langsung berendam di dalam mata air itu.

Ketika Jhi Chen berendam, dia merasakan energi alam yang mengamuk di dalam tubuhnya. Ini bukan air yang hanya diambil sedikit dan dimasak oleh ibunya, tapi ini adalah sumbernya langsung. Jhi Chen merasakan sensasi yang berbeda dan lebih kuat daripada sebelumnya.

Ketika berendam, Jhi Chen langsung merasakan kesemutan di seluruh tubuhnya, seperti ditusuk ribuan jarum. Namun, rasa sakit seperti ini tidak mempengaruhi konsentrasi Jhi Chen. Dia telah mengalami rasa sakit yang lebih berat ketika mengolah tubuh Dewa Perang.

Tidak butuh waktu lama, air di mata air Argaria Suci menyusut dengan cepat karena diserap oleh tubuh Jhi Chen. Ketika memasuki tubuhnya, binatang petir ilahi, matahari, dan binatang lainnya yang ada di dalam tubuh Jhi Chen seolah-olah berteriak kegirangan.

Mereka langsung bersaing untuk melahap mata air Argaria Suci, namun binatang petir ilahi masih mendominasi dan melahap lebih banyak dari yang lain. Pemahaman Jhi Chen dalam jalan beladiri juga berkembang pesat.

Tidak lama kemudian, awan hitam bergulung di langit dan bintang petir yang sangat besar muncul, membentangkan sayapnya. Bintang petir itu memandang ke bawah, seolah-olah semua yang ada di dunia tidak bisa memasuki matanya.

Tanpa Jhi Chen sadari, dia telah menciptakan formasi yang kuat. Jika tidak, fenomena ini tidak akan terjadi dan membuat orang-orang gaduh lagi seperti kejadian 14 tahun yang lalu.

Bintang petir itu memelototi Jhi Chen sambil bergeram, lalu langsung meluncur untuk menghancurkan tubuh Jhi Chen. Namun, Jhi Chen sudah siap karena dia telah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya.

Ketika bintang petir itu bersentuhan dengan Jhi Chen, ia langsung terintegrasi ke dalam tubuhnya dan kultivasinya meningkat lagi. Jhi Chen telah mengalami fenomena seperti ini sebanyak tiga kali selama proses kultivasinya.

Jhi Tian, yang berada jauh dari lokasi Jhi Chen, tiba-tiba merasakan keberadaan anaknya. Dia langsung menghilang dan muncul di dekat lokasi Jhi Chen. Mu Xiao'er, yang tidak terlalu jauh dari lokasi Jhi Chen, juga terbang ke tempat Jhi Chen berada.

Ketika Mu Xiao'er tiba, dia melihat Jhi Tian dan bertanya, "Suami, ada apa?" Jhi Tian meringis dan berkata, "Garis darahku tertekan oleh garis darah Chen'er."

Mu Xiao'er sadar bahwa di langit ada bintang petir yang sangat besar dengan aura yang sangat menyesakkan. "Suami, kamu harus melindungi Chen'er. Sepertinya bintang petir itu akan menyerang Chen'er," kata Mu Xiao'er.

Jhi Tian menjawab, "Aku tidak bisa membantu dia. Dia harus melewati ini sendiri." Mu Xiao'er merasa khawatir dan berkata, "Aku tidak percaya! Chen'er pasti akan baik-baik saja."

Tidak lama setelah itu, Jhi Chen terbang ke langit dan berkata, "Datanglah, aku menunggumu!" Bintang petir itu sangat marah dan merasa terprovokasi, lalu langsung meluncur menghantam tubuh Jhi Chen.

Mu Xiao'er yang melihat itu langsung menangis dan merasa takut anaknya akan kenapa-napa. Namun, Jhi Tian menahan Mu Xiao'er dan berkata, "Percayalah pada anak kita. Dia pasti baik-baik saja."

Ketika bintang petir itu menghantam Jhi Chen, dia tidak merasa sakit, tapi malah berkata, "Sekarang kultivasiku sudah mencapai peringkat 5 abadi. Kekuatanku semakin meningkat dan aku bisa merasakan bahwa kekuatan tubuhku meningkat dengan pesat."

Jhi Chen berdiri di udara dengan rambut yang berkibar-kibar dan wajah yang tampan memiliki pesona yang luar biasa. Mu Xiao'er melihatnya dengan mata terbuka lebar dan tidak percaya apa yang dia lihat.

"Chen'er, kita sekarang harus pulang," kata Jhi Chen berdiri di udara dengan rambut yang berkibar-kibar dan wajah yang tampan memiliki pesona yang luar biasa. Mu Xiao'er melihatnya dengan mata terbuka lebar dan tidak percaya apa yang dia lihat.

"Chen'er, kita sekarang harus pulang," kata Jhi Tian. Jhi Chen mengangguk dan berkata, "Aku harus pulang, Ibu pasti menghawatirkan aku."

Jhi Chen terbang ke arah Jhi Tian dan Mu Xiao'er, lalu mereka berpegangan tangan dan menghilang dalam sekejap. Ketika mereka pergi, seorang lelaki paruh baya yang berada di ruang gelap memperhatikan mereka pergi.

Lelaki paruh baya itu mengeluarkan udara dari era abadi dan memperhatikan Jhi Chen dengan sepasang mata yang tajam. Jika Jhi Chen melihatnya, pasti dia akan terkejut karena lelaki paruh baya itu mirip dengan tuannya.

Namun, kerutan di wajah lelaki paruh baya itu menghilang karena ini adalah tubuh sejatinya. "Kalian harus bekerja lebih keras karena ada alam yang lebih mengerikan daripada alam surgawi," kata lelaki paruh baya itu.

"Mungkin kalianlah yang akan menjadi pilar untuk alam semesta kita," tambahnya.

Sementara itu, Jhi Chen tiba di depan rumahnya dengan perasaan yang berbeda. Dia tidak seperti seorang ahli, tapi persis seperti anak kecil yang takut dihukum oleh ibunya karena meninggalkan rumah terlalu lama.

Di dalam rumah, Jhi Tian dan Mu Xiao'er sedang menonton tingkah laku anaknya dengan senyum di wajah mereka. Jhi Chen memberanikan diri mengetuk pintu rumahnya.

"Ibu, anak yang tidak berbakti pulang," kata Jhi Chen dengan nada yang rendah. Mu Xiao'er tersenyum dan berkata, "Anak ibu yang baik, kenapa kamu diam di pintu? Masuklah, ada seseorang yang menunggumu untuk dilihat."

Jhi Chen memberanikan diri masuk dan melihat seorang lelaki paruh baya yang memiliki wajah tampan dan mata yang dalam dengan warna hijau zambrud. Jhi Tian tersenyum dan berkata, "Chen'er, kamu sudah tumbuh besar."

Jhi Chen memberi hormat kepada lelaki paruh baya itu dan berkata, "Tuan, ayah..." Jhi Tian tersenyum dan berkata, "Nak, tidak perlu terlalu formal. Kamu adalah anakku, darah dagingku. Kita adalah anak dan ayah, panggil saja ayah, tidak perlu memakai tuan."

Jhi Chen memanggil ayahnya dengan rasa hormat, tapi tiba-tiba dia terdiam dan menunduk. Tangannya mengepal dan dia berkata, "Ayah, kenapa kita harus tinggal di tempat ini? Kenapa ayah tidak membawa kita ke klan Jhi?"

Jhi Tian tersenyum dan berkata, "Nak, ayah ingin kalian hidup bahagia. Ayah ingin terus mengawasi pertumbuhanmu. Tapi untuk saat ini, ayah belum bisa." Jhi Chen memandang ayahnya dengan rasa ingin tahu yang besar.

"Bukan karena ibumu lemah atau hal lain tentang ibumu," kata Jhi Tian. "Apalagi setelah kamu lahir, kamu adalah kebanggaan ayah. Jika kamu ada di klan Jhi, kamu akan menikmati kemuliaan yang tanpa batas."

Jhi Tian menjelaskan bahwa jika Jhi Chen ada di klan Jhi, dengan bakatnya, mungkin dia sudah mencapai alam abadi beladiri atau alam beladiri surgawi. Namun, Jhi Tian tidak bisa membawa mereka ke klan Jhi karena jika membawa mereka ke klan, bukan hanya klan yang akan musnah, tapi mereka berdua juga pasti akan mati.

"Ayah tidak bisa melindungi kalian jika kita berada di klan Jhi," kata Jhi Tian. "Ayah tidak ingin kehilangan kalian." Jhi Chen memahami penjelasan ayahnya dan merasa lega.

"Ayah, maafkan aku. Aku tidak bermaksud tidak menghormati ayah," kata Jhi Chen dengan nada yang rendah. Jhi Chen berlutut kepada ayahnya dan meminta maaf.

Jhi Tian tersenyum dan berkata, "Nak, cepat bangun! Tidak perlu berlutut lagi. Dan apa salahmu agar ayah menghukum mu? Kamu tidak salah mempertanyakan soal itu."

1
Nanik S
Kayaknya dalam BAB ini Judulnya tidak PANTAS... apa yg punya rejeki hanya Anak Shoooleehhh? dan Mcnya belum kuat sdh Cinta2an 🤔🤔🤔
Wibuu Sejatii: santai aja, jhi chen
gak pinter dalam hal
percintaa, masih
kecil dia, belum pubertas 😂
total 1 replies
Nur Aini
lanjutkan terus Thor sampai tamat
Nanik S
Mcnya jangan mudah terjebak dg kecantikan, agar Cerita ini menarik 🙏
Nur Aini
lanjutkan terus Thor
Nanik S
Cerita yang mulai Hidup
Nanik S
Su Xier mulai Jatuh Cinta 😂😂😂😂
Nanik S
Jooooost
Nanik S
Cuuuuuuusss
Nur Aini
ceritanya semakin menarik, lanjutkan terus Thor
Nanik S
Sungguh kebetulan
Nanik S
Maaantaaaap dan gas pooool
Nanik S
Laaaanjut
Nur Aini
kok blm update Thor
Wibuu Sejatii: nanti besok up 6 bab
soalnya gak bisa up
kerena lagi ngontrak
total 1 replies
Nur Aini
lanjutkan terus Thor
Nanik S
Gaaas Poool
Nanik S
Rakus sumber daya 🤣🤣🤣
Nur Aini
semangat Thor
Nur Aini
lanjutkan terus Thor sampai tamat
Nanik S
Lanjut terus
Nanik S
Teknik Bulan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!