Dua tahun menjadi bahan hinaan dan tertawaan seluruh kota, Zhao Yang, menantu tidak berguna dari kediaman Keluarga Gu kini telah menyelesaikan pelatihannya.
Selama ini dia diam bukan karena penakut. Dia tak melawan juga bukan karena pengecut. Itu tak lain karena pelatihan khusus yang mengharuskannya hidup tanpa Qi hingga ia mencapai syarat tertentu.
Sekarang, setelah pelatihannya selesai, dia tak lagi harus menahan semua hinaan itu. Dia dapat berdiri tegap dengan dada membusung, menunjukkan kepada semua orang siapa Zhao Yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch - 26 : Meninggalkan Rumah
"Kenapa menatapku seperti itu?" Zhao Yang menggoyangkan tangan di depan Gu Xingyu saat menyadari istrinya seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Aku mengetahuinya dari Ketua Weisheng. Dia yang memberitahuku saat datang ke sini terakhir kali."
"..."
Gu Xingyu berkedip lalu menurunkan pandangannya. Memikirkan tentang Ketua Weisheng, memang masuk akal jika pria itu yang memberitahu Zhao Yang mengenai kondisinya. Mereka saling mengenal. Terlebih hari itu Gu Xingyu sempat melihat keduanya mengobrol sebelum tiga ketua Paviliun Pedang pulang.
"Jadi begitu ...." Gu Xingyu menghembuskan nafas sedikit kasar. "Kalo begitu aku akan ke ruanganku. Selamat malam."
"Malam."
Ada senyum yang tampak jelas di bibir Zhao Yang saat matanya menatap punggung sang istri.
"Xingyu sudah tidak sedingin dulu. Mungkinkah.. Dia sudah punya perasaan kepadaku?"
Senyumnya semakin nakal memikirkan hal tersebut. Kemudian berjalan melanjutkan langkahnya, sambil bersenandung kembali menuju ruangan.
....
Keesokan paginya.
Seperti yang dikatakannya kemarin malam, Zhao Yang mampir menemui Gu Bei sebelum meninggalkan kediaman. Kebetulan pagi itu Gu Bei berada di ruangan khususnya, sedang memilah-milah gulungan dari sebuah rak di belakang meja.
"Ayah... Apakah Ayah sibuk?"
Gerakan pintu membuat Gu Bei melirik dengan sekilas. Mengetahui yang datang adalah Zhao Yang, menantunya, pria itu hanya menaikkan sedikit alis.
"Jadi kau akan berangkat sekarang?" tanyanya.
Kening Zhao Yang mengernyitkan mendengar pertanyaan tersebut. Berjalan menghampiri Gu Bei yang sekarang sudah di kursinya sambil membawa sebuah gulungan.
"Ayah sudah tahu?"
"Tadi Xingyu datang memberitahu jika kau akan mampir untuk berpamitan. Dia tidak bilang kau mau pergi ke mana. Dia bilang kau yang akan menyampaikannya."
"Memangnya kau akan ke mana?" tanya pria paruh baya itu.
Gu Bei masih tampak acuh tak acuh karena berpikir Zhao Yang hanya akan pergi ke pasar ataupun tempat yang sering didatangi nya selama ini. Namun ekspresi mukanya berubah saat Zhao Yang mengatakan tujuannya adalah Paviliun Pedang.
Gu Bei spontan meletakkan gulungan yang dibawanya. Seolah lupa jika itu gulungan yang dicarinya selama berjam-jam, dia sekarang malah lebih tertarik untuk berbicara dengan Zhao Yang.
"Paviliun Pedang? Kenapa kau pergi ke sana? Apakah Ketua Hao Ming mengirimkan surat?"
Zhao Yang menggaruk tengkuknya sambil tersenyum kecut. "Tidak Ayah. Aku hanya ingin pergi saja karena sudah lama tidak ke sana."
"Begitukah?" Gu Bei diam beberapa saat lalu tersenyum dengan sedikit mencurigakan. Pria itu berdehem ringan, "Zhao Yang ... Nanti saat kau bertemu Ketua Weisheng atau Ketua Jinhai. Jangan ceritakan yang buruk-buruk tentang ayah di depan mereka."
"Kau mengerti? Kalo bisa kau ceritakan yang baik-baik saja. Hem? Bagaimana?"
Zhao Yang hampir tak bisa menahan tawanya.
"Seperti yang Ayah inginkan. Aku tidak akan membicarakan tentang Ayah kecuali hal-hal yang baik."
"Hahahahaha.... Bagus! Kau memang menantuku."
Zhao Yang ikut tertawa melihat Gu Bei tertawa cukup lepas. Pria itu kemudian berdiri dari kursinya menghampiri Zhao Yang, lalu merangkulnya dengan hangat.
"Haruskah Ayah siapkan kereta untuk mengantarmu?" tanya Gu Bei, tiba-tiba.
Zhao Yang diam sejenak lalu menggelengkan kepala. "Ayah tidak perlu repot-repot. Aku lebih suka melakukan perjalanan tanpa kereta kuda."
Gu Bei manggut-manggut. "Jika begitu Ayah tidak bisa memaksa. Berhati-hatilah dalam perjalanan. Kau tidak tahu apa yang akan kau temui di jalan. Jadi berhati-hatilah."
Zhao Yang beranjak dari kursi tepat setelah Gu Bei menutup mulutnya. Sekali lagi berpamitan, kemudian pergi melangkahkan kakinya keluar.
....
Baru saja menutup pintu langkah Zhao Yang tertahan saat melihat sang istri ada di depannya.
"Xingyu- ...."
"Tunggu! Jangan salah paham. Aku datang untuk ketemu ayah." Sambil berkata tangannya menunjuk ke pintu seperti memberi penjelasan.
Zhao Yang mengernyitkan kening, bingung. "Aku tidak mengatakan apapun," ucapnya.
"Aku tahu. Hanya ingin mengatakannya agar kau tidak salah paham."
"..."
Diam-diam Zhao Yang menyembunyikan senyum di wajahnya. Berusaha bersikap tenang, lalu berpamitan untuk berangkat.
"Aku pergi,"
Melihat punggung Zhao Yang terus menjauh membuat Gu Xingyu merasa tidak bisa menahan diri lagi. Entah apa yang ada di pikirannya, tiba-tiba saja, tanpa adanya rencana. Mulutnya terbuka dengan satu-dua kata.
"Hati-hati ...."
Tidak begitu keras, tetapi Zhao Yang mendengarnya dengan sangat jelas. Pria itu tiba-tiba menahan langkahnya, tersenyum cukup lebar tanpa membalikkan tubuhnya.
"Ya. Aku akan segera kembali."