NovelToon NovelToon
Godaan Kakak Ipar

Godaan Kakak Ipar

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Pembantu
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Bunda SB

Bagi Luna, Senja hanyalah adik tiri yang pantas disakiti.
Tapi di mata Samudra, Senja adalah cahaya yang tak bisa ia abaikan.
Lalu, siapa yang akan memenangkan hati sang suami? istri sahnya, atau adik tiri yang seharusnya ia benci.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda SB, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 - Pesta keluarga

Rumah besar utama keluarga Wijaya tampak megah dengan lampu-lampu taman yang menyala terang di sore hari. Halaman depan yang luas dipenuhi dengan mobil-mobil mewah berbagai merek. Hari ini adalah acara gathering keluarga besar Wijaya, tradisi rutin yang diadakan setiap tiga bulan sekali untuk mempererat hubungan keluarga yang punya puluhan anggota.

Samudra memarkirkan mobilnya. Dia duduk diam di kursi kemudi beberapa saat, mengambil napas dalam-dalam sebelum menghadapi acara yang selalu membuatnya lelah secara mental.

"Kita masuk?" tanya Luna yang duduk di kursi penumpang dengan penampilan yang sangat sempurna, dress biru elektrik dengan detail payet di bagian dada, rambut disanggul elegan, makeup flawless, dan perhiasan berlian yang berkilauan di leher dan telinganya. Penampilan seorang istri yang ingin terlihat perfect di mata keluarga besar suami.

"Iya," jawab Samudra dengan nada datar sambil keluar dari mobil.

Mereka berjalan berdampingan menuju pintu utama, meski tidak bergandengan tangan, sesuatu yang dulunya selalu dilakukan Samudra tapi sekarang sudah tidak lagi. Luna memperhatikan hal itu dengan kesal tapi tidak berani protes, terutama di depan keluarga besar Samudra.

Pintu dibuka oleh Mbak Tini, pembantu senior yang sudah bekerja di rumah keluarga Wijaya selama dua puluh tahun lebih. "Selamat datang, Tuan Muda Samudra, Nyonya Luna."

"Terima kasih, Mbak Tini," jawab Samudra dengan senyum ramah, senyum yang tidak pernah diberikannya lagi pada Luna.

Ruang tamu besar yang bisa menampung puluhan orang sudah dipenuhi dengan anggota keluarga. Para pria berkumpul di satu sisi membicarakan bisnis dan politik, sementara para wanita berkumpul di sisi lain membicarakan fashion, gosip, dan tentu saja anak-anak mereka.

"Samudra! Akhirnya datang juga!" seru Dewi, bangkit dari sofa dan menghampiri anaknya.

"Maaf, Ma. Tadi macet," jawab Samudra sambil mencium pipi ibunya.

Dewi melirik Luna dengan tatapan yang sulit dibaca, campuran antara tidak suka dan kekecewaan yang sudah mengakar. "Luna, kamu terlihat... cerah. Baru pulang dari salon?"

"Iya, Ma," jawab Luna dengan senyum yang dipaksakan. Dia tahu nada bicara ibu mertuanya itu sarkastik, bukan pujian.

"Sini, ikut Mama. Tante-tante lagi kangen sama kamu," kata Dewi sambil menarik Luna ke arah kelompok wanita paruh baya yang duduk di sofa panjang.

Samudra ditarik oleh ayahnya, Hartono Wijaya, menuju kelompok pria. Tapi sebelum bergabung, Samudra mengambil ponselnya dan mengirim pesan singkat.

"Aku di rumah orangtua. Acara keluarga. Pasti lama." tulis samudra, lalu mengirimkan pesan itu ke seseorang yang jauh di rumahnya, Senja.

Tidak sampai satu menit, ponselnya bergetar dengan balasan.

"Hati-hati ya, Mas. Aku tunggu di rumah. Sudah siapkan makan malam favorit Mas."

Samudra tersenyum membaca pesan itu,senyuman tulus yang tidak pernah diberikan pada Luna lagi.

"Terima kasih. Aku kangen kamu." Samudra kembali membalas pesan itu.

Di sisi lain ruangan, Luna duduk di antara lima wanita paruh baya, Dewi, Tante Ratih (istri Om Haryo), Tante Mira (istri Om Budi), Tante Santi (istri Om Agus), dan Tante Lisa (istri Om Dedi). Semua wanita ini berasal dari keluarga kaya dan terpandang, menikah dengan pria-pria sukses, dan yang paling penting, semua sudah punya anak, bahkan cucu.

"Jadi Luna," mulai Tante Ratih dengan nada yang dibuat manis tapi ada racun di baliknya, "sudah berapa lama ya kamu nikah sama Samudra?"

"Hampir tiga tahun, Tante," jawab Luna sambil tersenyum kaku.

"Tiga tahun?" Tante Mira pura-pura terkejut. "Wah, lumayan lama juga ya. Tapi kok belum ada kabar gembira?"

Luna merasakan dadanya sesak. Ini dimulai. Topik yang selalu dibahas setiap gathering keluarga, anak yang tidak kunjung ada.

"Belum rezeki, Tante," jawabnya dengan diplomatis.

"Belum rezeki?" Tante Santi menyeruput wine-nya sambil menatap Luna dengan tatapan yang meremehkan. "Atau memang tidak mau punya anak?"

"Bukan begitu, Tante. Kami memang belum diberi..."

"Kamu sudah cek ke dokter?" potong Tante Lisa dengan nada yang seolah peduli tapi sebenarnya menghakimi. "Siapa tahu ada masalah dengan kandungan. Sekarang banyak kok dokter kandungan yang bagus. Bisa diobatin."

"Aku tidak ada masalah kesehatan, Tante," jawab Luna dengan suara yang mulai bergetar karena menahan amarah.

"Kalau kamu tidak ada masalah," kata Dewi dengan nada yang sangat dingin, "berarti Samudra dong yang bermasalah?"

"Bukan, Mama. Bukan begitu..."

"Atau jangan-jangan," Tante Ratih bersandar pada sandaran sofa sambil menatap Luna dengan mata yang tajam, "kamu yang tidak mau hamil? Takut tubuhnya rusak? Banyak lho sekarang cewek-cewek muda yang lebih mementingkan penampilan daripada punya keturunan."

Luna merasakan wajahnya memerah, bukan karena malu, tapi marah. Bagaimana wanita-wanita ini bisa langsung menebak dengan tepat alasannya tidak mau hamil?

"Tidak, Tante. Bukan karena itu," bantahnya dengan lemah.

"Terus karena apa?" desak Tante Mira. "Luna, kamu harus sadar posisi kamu. Samudra itu anak tunggal. Dia satu-satunya harapan untuk meneruskan nama keluarga Wijaya. Masa kamu egois tidak mau kasih dia keturunan?"

"Aku tidak egois," jawab Luna dengan suara yang mulai keras. Beberapa orang di ruangan mulai melirik ke arah mereka.

"Kalau tidak egois, harusnya kamu sudah hamil dari dulu," kata Dewi dengan nada yang sangat mengejek. "Lihat Ratih, dia nikah sama Haryo setahun langsung punya anak. Mira juga sama. Santi bahkan hamil sebelum setahun. Masa kamu tiga tahun masih kosong?"

"Mungkin memang mandul," celetuk Tante Lisa sambil berbisik pada Tante Santi tapi sengaja cukup keras agar Luna mendengar.

Kata "mandul" bagaikan tamparan keras di wajah Luna. Tangannya mengepal erat di atas pangkuan, kuku-kukunya menancap di telapak tangan hingga hampir berdarah.

"Aku tidak mandul," bisiknya dengan suara yang bergetar hebat.

"Kalau tidak mandul, buktikan," tantang Tante Ratih. "Hamil dan kasih Samudra keturunan. Kalau tidak, kamu tidak layak jadi istri di keluarga ini."

Luna menatap satu per satu wanita yang duduk di sekelilingnya. Semua menatapnya dengan tatapan yang meremehkan, menghakimi, seolah dia adalah wanita paling rendah di dunia ini. Hanya karena dia belum punya anak. Hanya karena dia berasal dari keluarga biasa, bukan keluarga kaya seperti mereka.

Matanya mencari Samudra di seberang ruangan. Biasanya, suaminya akan segera datang menolongnya kalau dia dalam posisi terjepit seperti ini. Samudra selalu jadi tamengnya, selalu membela dia meski dia tahu dia yang salah.

Tapi kali ini...

Samudra duduk di sofa bersama para pria dengan ponsel di tangan, tersenyum kecil sambil mengetik sesuatu. Sama sekali tidak memperhatikan istrinya yang sedang dikeroyok oleh para tante dan ibu mertuanya.

"Samudra!" panggil Luna dengan suara yang cukup keras, membuat semua orang di ruangan menoleh.

Samudra mengangkat kepala, menatap Luna dengan tatapan yang datar dan tidak peduli. "Ya?"

"Kamu... tidak mau bela aku?" tanya Luna dengan suara yang mulai serak.

Samudra menatap Luna beberapa detik dengan tatapan yang kosong, kemudian kembali fokus pada ponselnya. "Bela dari apa? Mereka kan cuma tanya."

Kalimat itu bagaikan ribuan jarum yang menusuk hati Luna. Untuk pertama kalinya dalam tiga tahun pernikahan, Samudra tidak membela dia. Pria yang dulu selalu melindunginya kini bahkan tidak mau mengangkat kepala untuk membantunya.

"Samudra, aku istrimu!" seru Luna dengan suara yang mulai bergetar karena menahan tangis.

"Aku tahu," jawab Samudra dengan nada yang sangat datar. "Dan sebagai istriku, kamu harus bisa menjawab pertanyaan keluarga sendiri. Aku tidak bisa terus-terusan jadi tamengmu."

Dewi tersenyum puas melihat sang putra yang akhirnya tidak lagi membela menantunya. "Nah, lihat. Samudra sendiri sudah cape sama kamu."

Luna berdiri dari duduknya dengan gerakan yang tiba-tiba. Matanya sudah berkaca-kaca, wajahnya memerah menahan amarah dan malu. "Excuse me, aku mau ke toilet."

Dia berjalan dengan langkah cepat menuju toilet di lantai dua, menahan air mata yang sudah siap tumpah. Beberapa keluarga yang lain menatapnya dengan tatapan kasihan, tapi tidak ada yang mencoba menghentikan atau menghibur.

Di toilet yang mewah, Luna berdiri di depan cermin sambil mencengkeram wastafel dengan erat. Air mata mengalir membasahi makeup yang tadi sempurna, mascara mulai luntur membuat matanya terlihat seperti panda.

"Bajingan," bisiknya dengan suara yang penuh kebencian. "Bajingan semua!"

Dia membenci keluarga Samudra yang merendahkannya. Dia membenci Samudra yang tidak lagi membelanya. Tapi yang paling dia benci adalah dirinya sendiri yang tidak bisa melawan karena tahu posisinya sebagai menantu dari keluarga biasa.

Ponselnya berdering dan nama My Love muncul di layar, Arjuna.

Luna mengangkat dengan cepat. "Jun?"

"Sayang, kamu kenapa? Suara kamu kayak habis nangis," tanya Arjuna dengan nada yang concerned, nada yang tidak pernah ditunjukkan Samudra lagi padanya.

"Aku di rumah orangtua Samudra," jawab Luna sambil terisak. "Keluarganya menyiksa aku, Jun. Mereka bilang aku mandul. Mereka bilang aku tidak layak jadi istri Samudra."

"Anjir, mereka keterlaluan banget!" seru Arjuna dengan marah yang dibuat-buat. "Kamu bukan mandul, sayang. Kamu sempurna."

"Tapi Samudra tidak bela aku," isak Luna. "Dia cuma diam aja. Bahkan dia sibuk main hp. Dia tidak peduli aku disakitin kayak gini."

"Suami macam apa itu?" Arjuna semakin mengompori. "Kamu harusnya sama aku aja, sayang. Aku tidak akan biarkan siapapun nyakitin kamu."

"Aku juga mau, Jun," bisik Luna. "Aku sudah cape sama Samudra. Aku sudah cape jadi bagian dari keluarga yang merendahkan aku terus."

"Kalau begitu kita percepat rencana kita," kata Arjuna dengan nada yang penuh perhitungan. "Dapetin uang itu secepatnya. Terus kita kabur dan nikah. Biar mereka semua menyesal."

"Tapi gimana caranya?" tanya Luna dengan putus asa. "Samudra sekarang kayak beda orang. Dia nggak kayak dulu lagi."

"Pasti ada caranya," jawab Arjuna. "Besok kita ketemu ya. Aku mau bahas strategi baru."

"Oke," jawab Luna sambil mengusap air matanya dengan tissue. "Aku harus balik ke bawah dulu. Nanti dicurigain."

Setelah mematikan telepon dan memperbaiki makeup-nya, Luna turun kembali ke ruang tamu dengan wajah yang sudah lebih tenang meski mata masih sedikit sembab.

Samudra masih di posisi yang sama, masih dengan ponsel di tangan, masih tersenyum kecil, pasti sedang chatting dengan seseorang. Luna menatap suaminya dengan mata yang penuh kebencian.

1
Ariany Sudjana
halo Luna, kamu Amnesia yah? merasa masih jadi istrinya Samudra?kalau memang masih jadi istrinya, kenapa kamu ga pernah perhatian sama suami kamu? malah kamu sibuk selingkuh sama Arjuna? kamu belum tahu saja kalau kamu dibohongi sama Arjuna
Ariany Sudjana
terima saja Luna, kamu sudah ditinggal Samudra, dan jangan harap senja akan mau kamu kendalikan. jadi ini hasil perbuatan kamu
Ariany Sudjana
kalau kata saya, senja kirim foto ke Luna, akan menambah masalah. kalau saya inginnya Luna yang tahu dengan sendirinya kalau Samudra sudah menikah lagi dengan senja, jadi infonya bukan berasal dari senja
Ariany Sudjana
semoga samudra langsung urus perceraian dengan Luna, dan menikah dengan senja, jadi status senja juga jrlas, sebagai istri satu-satunya samudra
Ariany Sudjana
kalau saya yah, lebih suka samudra cerai sama Luna dulu, apalagi senja sudah punya foto perselingkuhan Luna dan Arjuna, kalau sudah beres, baru senja menikah sama senja. aku sih ga suka yah, kalau senja hanya jadi istri kedua samudra, karena senja terlalu baik, harus jadi istri satu-satunya samudra
Ariany Sudjana
Luna egois sekali, inginnya dibela terus sama samudra, padahal Luna sendiri yang ga mau punya anak. jadi jangan salahkan samudra kalau akhirnya Luna ditinggal
Ariany Sudjana
salah kamu sendiri Luna, yang ga mau hamil, karena takut badan rusak. ya jelas keluarga samudra sudah ga respect sama kamu. ini mereka belum tahu saja kamu selingkuh dari samudra, kalau mereka tahu, habis kamu Luna
Ariany Sudjana
senja cerdas dan bermain cantik, sampai tiba saatnya semua bukti dikeluarkan dan Luna ga bisa berkutik
Ariany Sudjana
pas luna bilang kalau senja masih mau kerja di rumah, jangan bahas soal ayah lagi. harusnya senja jawab aku ga mau kerja di rumah ini lagi, kalau senja berani jawab seperti itu, ingin tahu jawabannya Luna seperti apa. sayangnya bukan itu jawaban senja
Ariany Sudjana
kapan yah samudra bisa tahu Luna selingkuh? supaya status Luna dan samudra juga jadi jelas, dan samudra bisa tahu apa penyebab Luna ga mau punya anak selama ini. tapi tolong jangan ada Luna menyiksa senja lagi, ga tega dan jangan ada Luna menjebak samudra pakai obat perangsang, supaya cerita ga muter-muter
Ariany Sudjana
bagus samudra, harus tegas sama Luna, karena semua hanya modus. aduh, kapan yah samudra tahu yang sebenarnya, kalau Luna selingkuh sama Arjuna? supaya jelas, dan samudra harus melindungi senja juga, supaya tidak jadi sasaran kelicikan Luna dan Arjuna
Ariany Sudjana
semoga samudra lekas tahu bahwa Luna selama ini selingkuh dari samudra, dan selama ini hanya ingin harta samudra saja. dan setelah samudra tahu yang sebenarnya, jangan sampai senja yang jadi sasaran Luna, kasihan senja dan samudra, ga tega lihatnya selalu jadi sasaran kemarahan Luna , yang sudah ga waras
Ariany Sudjana
eh Luna udah gila yah, yang buat samudra jadi ilfil kan Luna juga, selama ini ga mau melayani samudra, bahkan suami sakit, Luna milih jalan-jalan ke Bali, sama selingkuhannya. yang urus samudra sampai sembuh ya senja sendiri. jadi jangan salahkan senja dong. ini samudra belum tahu istrinya selingkuh, kebayang kalau tahu, seperti apa reaksinya samudra
Ariany Sudjana
bagus samudra, jangan mau masuk dalam jebakan Luna, dia tidak mencintaimu, hanya ingin harta saja, dan sekarang dia butuh 500 JT itu. dan di hati Luna hanya ada Arjuna , pasangan selingkuhnya
Ariany Sudjana
Luna juga kan selingkuh, jadi maling jangan teriak maling dong
Ariany Sudjana
saya sih ga salahkan senja atau samudra yah, kalau Luna bisa menghormati samudra selaku suami, mungkin ga akan terjadi. tapi Luna juga malah selingkuh, belum tahu saja Luna, kalau dia juga hanya dimanfaatkan saja sama selingkuhannya
Ariany Sudjana
di rumah ada cctv kan? coba samudra lihat kelakuan Luna terhadap senja, kalau Luna pas di rumah
Ariany Sudjana
semoga saja Dewi bisa menemukan dengan siapa Luna di restoran itu, dasar Luna bodoh, belum sadar hanya dimanfaatkan sama Arjuna
Bunda SB: namanya juga cinta kak🤭
total 1 replies
Ariany Sudjana
samudra harusnya jujur sama mama kandungnya, jangan takut nanti irang tuanya akan membenci Luna. kan memang selama ini Luna yang ga mau punya anak? kalau memang nanti orang tuanya samudra jadi benci sama Luna, ya itu urusan Luna
Ariany Sudjana
semoga samudra bisa melindungi senja, karena Luna begitu jahat dan licik, dan kalau Luna tahu apa yang terjadi selama dia di Bali, pasti senja akan disiksa habis sama Luna
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!