NovelToon NovelToon
"Blade Of Ashenlight"

"Blade Of Ashenlight"

Status: tamat
Genre:Dunia Lain / Tamat
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di tanah Averland, sebuah kerajaan tua yang digerogoti perang saudara, legenda kuno tentang Blade of Ashenlight kembali mengguncang dunia. Pedang itu diyakini ditempa dari api bintang dan hanya bisa diangkat oleh mereka yang berani menanggung beban kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

~Kota Yang Hilang~

Edrick merasakan dunia berputar di sekelilingnya. Cahaya gerbang itu memudar, digantikan oleh udara hangat dan bau tanah basah. Saat matanya terbuka, ia mendapati dirinya berdiri di sebuah dataran luas, diterangi sinar matahari sore. Tidak ada lagi kabut gunung atau dingin Ashenpeak.

Darius berdiri tak jauh darinya, menahan pedangnya di posisi siaga. Selene dan Mira muncul beberapa detik kemudian, keduanya masih terengah-engah.

Selene memandang sekeliling, wajahnya bingung. “Kita… tidak di Averland lagi.”

Mira meneliti tanah di bawah kakinya. “Ini bukan bagian manapun dari peta Averland yang kukenal. Gerbang itu memindahkan kita ke tempat lain.”

Di depan mereka, terbentang puing-puing kota kuno. Pilar-pilar putih menjulang dari tanah yang retak, dan reruntuhan bangunan besar ditutupi tanaman merambat. Di tengah kota itu, ada sebuah menara runtuh dengan lambang bintang besar yang sama seperti di gerbang.

Edrick memegang Ashenlight lebih erat. “Ini pasti salah satu titik yang ditandai di gulungan itu.”

Darius berjalan lebih dekat ke salah satu pilar. Ia mengusap permukaannya, mengangkat debu berwarna abu-abu. “Tempat ini sudah ditinggalkan selama berabad-abad. Tapi kenapa gerbang membawa kita ke sini lebih dulu?”

Selene mengarahkan busurnya ke arah reruntuhan. “Aku tidak suka tempat ini. Terlalu sepi.”

Mira mengeluarkan gulungan yang mereka ambil dari altar sebelumnya. “Di sini tertulis tentang ‘The Lost Spire’—Menara yang Hilang. Sepertinya kita berada tepat di bawahnya.”

Mereka mulai menyusuri kota tua itu, langkah-langkah mereka bergema di antara reruntuhan. Udara terasa tebal, seolah-olah dinding-dinding runtuh itu masih menyimpan gema masa lalu.

Darius memperhatikan bekas-bekas goresan di salah satu dinding. “Bekas pertempuran. Tapi siapa yang bertarung di sini?”

Mira mengangguk ke arah timur, di mana mereka melihat beberapa patung setengah runtuh. “Lihat, patung-patung itu mengenakan baju zirah yang sama seperti Penjaga Bayangan.”

Edrick menghentikan langkahnya. “Berarti mereka bukan hanya penjaga gunung. Mereka… mungkin keturunan orang-orang yang tinggal di sini.”

Tiba-tiba, suara batu bergeser terdengar. Selene segera memutar tubuhnya dan mengangkat busur. Dari balik reruntuhan, tiga sosok muncul. Mereka mengenakan jubah abu-abu kusam, wajah mereka ditutupi penutup kepala.

Salah satu dari mereka mengangkat tangan kosong. “Kami tidak bermaksud menyerang. Kami… penjaga terakhir kota ini.”

Edrick tetap waspada. “Siapa kalian?”

Orang itu membuka penutup wajahnya, memperlihatkan wajah seorang wanita tua dengan mata tajam. “Kami adalah kaum Sentinel. Tugas kami menjaga rahasia bintang dari orang-orang Averland.”

Darius mengerutkan kening. “Kalau begitu, kenapa kalian tidak menyerang kami seperti Penjaga Bayangan?”

Wanita tua itu menatap Ashenlight. “Karena kau membawanya. Hanya pemegang Ashenlight yang berhak menginjakkan kaki di sini tanpa darah. Pedang itu telah memilihmu, meski kami tidak tahu apakah itu anugerah atau kutukan.”

Mira melangkah maju. “Kami tidak datang untuk menghancurkan apa pun. Kami hanya mencari cara menyelamatkan Averland.”

Wanita itu menghela napas. “Averland… kerajaan yang tak pernah belajar dari kesalahannya. Tapi mungkin masih ada harapan. Ikuti aku.”

Mereka mengikutinya melalui jalan-jalan sempit kota yang runtuh, menuju ruang bawah tanah di bawah menara yang hancur. Di sana, api kecil menyala, menerangi dinding-dinding yang penuh ukiran bintang.

Wanita itu menunjuk ke sebuah mosaik besar di lantai. Mosaik itu menggambarkan lima bintang mengelilingi pedang bersinar. “Lima kunci. Ashenlight adalah yang pertama. Untuk menghentikan perang, kalian harus menemukan empat kunci lainnya sebelum musuh kalian menemukannya.”

Edrick menatap mosaik itu. “Di mana kunci-kunci lain itu?”

Wanita itu memejamkan mata. “Tiga di Averland. Satu… di luar perbatasannya, di negeri yang telah lama terlupakan.”

Selene melirik Darius. “Dan musuh kita sudah bergerak.”

Wanita itu membuka matanya kembali, menatap mereka dengan tajam. “Kalian tidak punya banyak waktu. Penjaga Bayangan bukanlah ancaman terbesar. Ada kekuatan lain yang mengatur perang saudara ini dari balik tirai. Mereka menginginkan pedang itu bukan untuk menyelamatkan Averland… tapi untuk menguasainya.”

Mira menunduk memikirkan kata-kata itu. “Kalau begitu, siapa pun yang mengatur ini… sudah selangkah di depan kita.”

Wanita itu menyerahkan sebuah medali berbentuk bintang kepada Edrick. “Medali ini akan membawamu ke lokasi kunci berikutnya. Tapi waspadalah—setiap langkah yang kalian ambil akan menarik perhatian mereka.”

Darius menggenggam gagang pedangnya. “Kalau begitu kita bergerak malam ini.”

Edrick menerima medali itu dan menatap kawan-kawannya. “Kita tak bisa mundur. Averland mungkin hancur jika kita gagal.”

Selene menarik nafas dalam. “Kalau begitu kita pastikan gagal bukan pilihan.”

Mereka meninggalkan kota hilang itu saat malam jatuh. Di kejauhan, siluet menara runtuh tampak seperti hantu yang mengawasi perjalanan mereka.

1
Siti Khalimah
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!