Seorang agen rahasia wanita yang memiliki kemampuan luar biasa harus mati di tangan musuhnya dengan cara licik. Karena sabotase mobil yang dilakukan oleh orang terdekatnya.
Jiwanya berpindah ke tubuh seorang gadis bertubuh ringkih yang sedang meregang nyawa akibat perbuatan saudaranya.
"Ckkk... Bukankah mobilku masuk jurang? Harusnya aku sudah mati. Lantas kenapa malah berada di tubuh gadis remaja lemah dan bodoh?"
"Aku tidak akan membiarkan ketidak adilan terjadi di depan mataku. Haruskah aku membalaskan dendamku dan pemilik tubuh ini?" Ucap Agen wanita itu di depan cermin toilet Rumah Sakit sambil menatap badan kurus dan tak terurus pemilik tubuh yang dia masuki.
Bagaimana kelanjutan cerita wanita yang terbiasa mengurus dan mengatasi masalah berat menjadi seorang gadis remaja yang selalu hidup dalam kesengsaraan.
Update setiap hari hanya di Noveltoon.
JANGAN MENABUNG BAB, SUPAYA CERITA INI BISA BERUMUR PANJANG.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menculik Vania
Teriakan marah menggema di seluruh penjuru rumah milik ayah Vania. Mayat para pekerja berserakan di dalam rumah itu, ditambah seluruh barang hancur tak ada sisa.
"Kurang ajar, siapa yang sudah berani menghancurkan rumahku. Dia tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa." Gumam Vania, kemudian melanjutkan langkah menuju ke dalam kamar pribadinya.
"Apa jangan-jangan ada rampok?" Vania tersadar lalu mempercepat langkah. Dia harus segera memastikan sesuatu.
Pintu kamarnya dia tendang hingga terbuka lebar, kemudian bergegas menuju lemari yang di dalamnya ada sebuah brangkas miliknya. Vania membukanya dan kosong, seluruh isi brangkas itu lenyap. Emas batangan, perhiasan, tumpukan dolar, dan sertifikat aset.
"Habis... Semua sudah habis, bahkan tas dan sepatu mahalku hilang semua. Tunggu, apa cuma kamarku yang mereka jarah. Aku akan lihat kamar ayah." Gumamnya sendiri.
Tidak jauh beda, kamar Tuan Liam hancur berantakan. Tidak ada yang tersisa, semua dijarah oleh anak buah Lucas. Pembalasan yang setimpal untuk penjahat seperti Vania.
Waktu terus berjalan, tak terasa hari sudah kembali gelap. Dan Vania masih duduk merenung tanpa melakukan apa pun. Membiarkan rumah berantakan bersama para mayat yang tidak Vania urus. Tidak lama kemudian tanpa terdengar suara, Vania sudah dibius dan dibawa pergi. Setelahnya, rumah mewah itu terbakar bersama seluruh mayat yang tertinggal.
Berita tentang kebakaran yang menimpa rumahnya, akhirnya terdengar di telinga Ayah Liam yang masih berada di hotel bersama dengan gundiknya.
"Apa yang terjadi, kenapa rumahku habis terbakar. Dan di mana semua orang, Vania ke mana anak itu." Ucap Tuan Liam.
"Tuan, apa saya sudah boleh pergi? Mana uang bayaran saya."
"Pergi... Dasar jalang murahan, orang sedang bingung malah minta bayaran." Omel Tuan Liam mendorong kasar pelacur yang disewa olehnya kemarin.
"Dasar tua bangka kere, kalau mau yang gratisan cari saja mayat perempuan untuk kamu pakai."
Brak
Wanita berpakaian sexy itu pergi setelah membanting pintu dan membawa serta dompet Tuan Liam.
Setelah memakai pakaiannya, Tuan Liam pun pergi meninggalkan kamar hotel. Tanpa dia sadari jika dompet penuh dengan kartu itu hilang.
"Saya mau chek out." Ucapnya pada kasir hotel untuk membayar.
"Ini tagihannya Tuan." Jawab kasir.
"Hmm..." Jawab Tuan Liam malas tapi tangannya meraba saku celananya. Dan duar... dompetnya tidak ada.
"Sebentar, dompet saya tidak ada. Mungkin tertinggal di kamar. Saya ambil dulu sebentar." Ucapnya pucat.
Bergegas pria tua itu berlari masuk ke lift kembali menuju ke kamarnya. Tapi saat tiba di kamar, dia sudah mengobrak abrik semua tapi dompetnya tidak kunjung ketemu. Terduduk lemas di atas kasur, Tuan Liam bergumam.
"Pasti jalang itu yang sudah mengambil dompetku. Habis sudah, rumah terbakar, perusahaan hampir bangkrut dan kini semua kartu kreditku hilang. Sedangkan Vania, anak itu pasti sedang bersenang-senang dengan selingkuhannya. Andai Sean yang menguasai kekayaan keluarganya, pasti aku tidak akan mencarikan pria kaya lain untuknya. Sayangnya Sean tidak bisa diandalkan."
Ya, itulah alasan mengapa meskipun sudah tahu Vania akan dipersunting Sean. Tapi Tuan Liam masih mencari mangsa baru yaitu Axton. Karena Sean tidak punya kuasa di kelompok agen, dalam artian semua keuangan ada pembukuannya yang langsung diperiksa oleh kakaknya Sean. Bagi Tuan Axton, Sean hanya boneka yang tidak bisa dimanfaatkan.
Karena dompetnya tidak ada, mau tidak mau Tuan Liam berbicara pada kasir untuk meminta keringanan. Tapi hotel punya peraturan sendiri, dan tidak ada istilah ngebon. Jadi kasir itu memanggil manager untuk meminta solusi yang terbaik.
"Maaf Tuan Liam, untuk sementara Anda harus kami bawa ke kantor polisi. Dengan dugaan penipuan."
Ya, akhirnya Tuan Liam mendekam di penjara karena tidak bisa bayar tagihan kamar yang sudah dia tempati hampir seminggu lamanya. Tuan Liam memaki dan menggerutu.
"Sialan... yang benar saja aku dipenjara, hanya karena tidak mampu bayar kamar hotel. Kemana Vania, kenapa tidak bisa dihubungi sejak tadi." Ucapnya di balik sel.
Sementara itu, Vania sedang diikat di dalam sebuah gudang tua.
Alexa tersenyum menyeringai, kala musuh utama dalam hidupnya sudah tertangkap.
Alexa membawa seember air dingin yang dicampur potongan es batu.
Byuurrr...
"Dingin..." Teriak Vania terbangun dari pingsannya akibat obat bius.
"Hai... Vania, jalang yang mengaku wanita baik hati seperti bidadari.
"Kamu... Alexa...?" Tanya Vania terbata.
"Aku bukan Alexa, tapi aku adalah jiwa Alana yang kamu bunuh dengan keji." Ucap Alexa.
"Tidak mungkin, Alana sudah mati meskipun jasadnya tidak berhasil ditemukan. Tapi dia tidak mungkin selamat dari kecelakaan maut yang menimpanya."
"Benar, jasadku hancur bersama mobilku yang terbakar di bawah jurang."
"Tapi Tuhan baik memberiku kesempatan kedua hidup lagi untuk membalaskan dendam pemilik tubuh terutama padamu. Akan ku buat hidupmu lebih buruk dari kematian." Ucap Alexa.
"Tidak Alexa, tidak... Maafkan aku. Aku sudah dipecat dari agen dan pertunanganku dengan Sean dibatalkan. Kamu bisa kembali dengannya jika mau, aku tidak akan menghalangi."
"Kamu pikir aku pernah tertarik dengan bekasmu, Vania. Tidak... Sampah hanya cocok dengan sampah. Lagi pula sejak dulu aku menyukai Axton, bukan Sean yang sering keluar masuk club malam bersamamu."
"Bagaimana kejutanku di rumahmu? Dan apakah kamu tahu jika aku sudah membakar habis rumah beserta mayat para pegawaimu." Alana menyeringai.
"Jadi, itu perbuatanmu? Dan kamu juga yang membuat siaran live dengan akun media sosialku Alana?"
"Tentu saja aku, sejak dulu bukankah aku lebih unggul darimu. Dan itu yang membuatmu iri hingga gelap mata membunuhku. Ayolah... Vania, akuilah jika otakku lebih cerdas darimu yang hanya tau membuka selang kangan." Ejek Alana.
"Kurang ajar kamu Alana, Calvin dan Ayahku tidak akan membiarkan nyawaku dalam bahaya." Ucap Vania.
"Tapi, sayangnya Ayahmu sudah mendekam di dalam penjara karena tidak bisa membayar tagihan kamar hotel. Kasihan sekali hidup kalian, Ayah dan anak sama penggila dosa. Dan sekarang tidak ada lagi yang akan peduli denganmu Vania."
"Kamu sudah kehilangan semua, Ayahmu, perusahaanmu, rumahmu, tunanganmu, karirmu dan sebentar lagi selingkuhanmu juga akan pergi. Karena aku tidak akan membiarkan Calvin berkeliaran dengan bebas."
"Bagaimana jika kamu kehilangan wajah cantikmu yang sering kamu gunakan untuk menjerat para lelaki? Kita akan melukis sebuah pemandangan indah di atas wajahmu yang mulus."
Alexa mengeluarkan sebuah pisau kecil berujung runcing dan sangat tajam. Alexa menggoreskan pisau itu di pipi dan seluruh permukaan kulit wajah Vania. Hingga jeritan pilu terdengar karena luka yang dibuat.
"Alana hentikan, maafkan aku, stop Alana kamu bisa membuat wajahku cacat, Alana jangan gila." Teriak Vania sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Jleb... Sreekkk...
Alana menancapkan pisau di bibir Vania lalu merobeknya.
Rasa perih serta darah yang mengalir membuat Vania tidak lagi berbicara. Hanya air mata yang mengalir membasahi pipi yang penuh goresan. Menyebabkan semakin terasa perih.
"Sudah bisa diam sekarang? Kalau begitu kita lanjut. Tunggu sebentar." Ucap Alexa kemudian mengambil sambal.
Sambal merah super pedas masih dicampur dengan bon cabe level 50. Ayo... Pembaca mengira apa?
"Pengawal pegang kuat kaki Vania kanan dan kiri buka selebar-lebarnya seperti saat dia melebarkan selang kangan untuk para pemujanya. Aku akan menyuapi mulut bawahnya dengan sambal ini. Supaya besok-besok tidak lagi berbuat mesum."
Mau menjerit tidak bisa karena bibirnya sobek, akhirnya Vania pasrah ketika lubang di lahan gambutnya diolesi dan dimasuki sambal pedas. Lumayan banyak yang Alexa berikan, hingga goa itu terlihat memerah dan membengkak. Puas... sangat puas. Kemudian Alexa pergi meninggalkan Vania.
"Ayo pergi, kunci kamar ini. Dan Ikat kembali kedua kakinya."
Benar, kematian lebih baik daripada disiksa seperti ini oleh Alexa. Dendam di dalam hati Vania semakin berkobar. Kebencian yang menggunung rasanya ingin meledak. Tapi Vania terlalu lemah untuk melepaskan diri.
"Calvin... Hanya kamu satu-satunya harapanku." Ucap Vania dalam hati.
Sedangkan pria yang namanya disebut Vania sedang diburu oleh Sean.
Ya, kali ini Sean akan menangkap Calvin dan menyerahkannya pada negara untuk diberi hukuman setimpal.
Tembak mati, bagi seorang bandar narkoba. Bukannya Sean tidak bisa melakukannya sendiri, tapi tugasnya hanya membantu menangkap. Sedangkan hukuman akan diberikan melalui keputusan dalam persidangan.
"Sialan Vania, ternyata kemarin dia melakukan siaran live." Ucap Calvin.
pas ingat gedekkkkk nyaaa pingin TK pitesssss