NovelToon NovelToon
Calon TUMBAL

Calon TUMBAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / spiritual / matabatin / Horror Thriller-Horror / Iblis
Popularitas:22.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ratna Jumillah

"Kamu spesial, Jingga.. Kalo ada yang nanya wetonmu, jangan di kasih tau ya, nak."

"Kenapa, uti?"

"Karena mereka bisa menyakitimu, lewat hari lahirmu.
Weton kelahiran itu ibarat senjata mematikan bagi orang jahat yang mau berbuat jahat padamu, maka dari itu jangan beritahukan wetonmu pada sembarang orang!"

Jingga, memiliki nama panjang Radenaruna Jingga. adalah gadis spesial yang menjadi incaran makhluk ghoib. Dia lahir di detik - detik kematian ibunya, dan hal itu menjadikan dia memiliki kemampuan melihat hantu dan berkomunikasi dengan mereka (Indigo).

Sampai suatu hari dia di adopsi oleh majikan mendiang ayahnya saat akan menginjak SMP dan ikut tinggal di Jakarta. Dia mendapati kejanggalan dan keanehan di rumah orang tua angkatnya itu. Banyak Arwah - arwah yang menangis meminta tolong dan ada juga yang selalu mengganggu Jingga!

Apa sebenarnya yang terjadi di rumah itu?? Misteri apa yang tidak di ketahui oleh Jingga??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPS. 27. Sosok perempuan

Jingga duduk di ruang tamu, ia tak berani kemanapun tanpa Delima karena itu bukan rumah nya. Setelah Sari mengamuk, Ibunya Fahmi lantas membawa bayi itu pergi dari rumah itu ke rumah nya sendiri.

Delima dan Fahmi masih mencoba menenangkan Sari yang kini sudah mulai reda tangis nya.

'Aduh, pengin pipis lagi.' Batin Jingga, sejak dia datang dia tidak kemanapun sampai menehan kencing.

"Kenapa, lu?" Tanya Raka, karena memperhatikan gerak - gerik Jingga.

"Mau pipis, bang." Sahut Jingga, Raka menganga mendengarnya.

"Njir, ya kencing lah sonoh." Ujar Raka.

"Toilet nya di mana?" Tanya Jingga.

"Dari sini lurus ke pintu kaca noh ( sambil nunjuk) terus belok ke kiri, wc nya di deket kamar pembantu." Ujar Raka.

Jingga menggut - manggut lalu bangun dan menuju ke arah yang Raka tunjuk tadi. Rumah minimalis tapi entah mengapa Jingga merasa di sana sangat suram dan gelap, nyaris sama dengan rumah Delima yang besar.

Jingga sampai di pintu kaca dan berbelok ke kiri, saat sampai di sana ada dua pintu dan yang satunya agak sedikit terbuka. Jingga melihat perempuan yang sedang duduk membelakanginya sambil menyisir rambut.

"Misi mba, aku numpang ke toilet, ya.." Jingga mengajak perempuan itu bicara tapi perempuan itu hanya diam saja.

Karena sudah kebelet, Jingga pun masuk ke dalam toilet dan menuntaskan hajatnya. Jingga keluar dari kamar mandi, saat dia melihat kedalam ruangan yang terbuka tadi, perempuan yang dia lihat sebelumnya sudah tidak ada.

Tanpa curiga Jingga keluar dan samar - samar suara Adzan maghrib mulai berkumandang. Jingga ingin bertanya pada perempuan yang di lihat nya tadi dimana dia bisa sholat, ia kembali menengok ke dalam ruangan tadi dia terkejut karena ruangan itu rupanya kosong dan sangat berdebu.

"Kemana mba tadi?" Jingga kebingungan.

Jingga akhirnya keluar dari sana dan kembali ke depan di mana Raka duduk, ia melihat kesana kemari mencari perempuan yang di lihatnya tapi tidak ada.

"Bang, lihat mbak nya tante Sari nggak?" Tanya Jingga.

"Tante Sari nggak punya mbak." Sahut Raka singkat sambil matanya terus menatap layar ponsel.

"Nggak punya mbak? Terus yang tadi aku lihat siapa?" Gumam Jingga sendiri. Raka sedikit mendengar itu, ia pun melirik ke arah Jingga.

"Lu tuh kadang aneh ya, waktu itu lu bilang ada cewek di kolam renang tenggelem, sekarang lu bilang liat cewek di sini, jangan - janga lu bisa lihat setan ya?" Celetuk Raka, memang tepat sasaran.

Sebelum Jingga menjawab ucapan Raka, Delima turun dari lantai dua dan duduk di sebelah Raka. Delima terlihat seperti orang kelelahan dan berkeringat sangat banyak.

"Tante Sari udah tidur, ma?" Tanya Raka.

"Udah. Abang kenapa nggak ngajak Jingga ke kamar aja? Dari pada nunggu di sini." Ujar Delima.

"Kan tadi tante Sari lagi ngamuk." Sahut Raka.

Fahmi juga terlihat turun dan tak jauh berbeda dengan Delima, Fahmi juga berkeringat. Fahmi berjalan menuju dapur untuk mengambil air tapi dari wajahnya terlihat seperti ada kesedihan..

"Ya udah, kalian istirahat gih. Nanti mama pesen makanan buat makan malem." Ujar Delima.

Raka bangun dan Jingga mengikuti Raka ke atas lantai dua, dari pintu yang sedikit terbuka, Jingga bisa melihat Sari yang tampak sedang tertidur.

Mereka sampai di kamar yang hanya memiliki satu kasur saja, Jingga pun kebingungan sekarang.

'Masa aku tidur satu ranjang sama bang Raka?' Batin Jingga, meski masih kecil dia tahu malu.

Jingga menaruh saja koper dan tas nya di sudut kamar, ia lantas duduk sambil mengeluarkan buku - bukunya, ia belum sempat belajar.

"Bang, aku tidur di mana?" Tanya Jingga pada Raka.

"Nggak usah manja lah.. Tidur ya di ranjang, kita tuh tamu jangan ngelunjak." Raka malah kesal duluan.

"Tau bang.. Tapi kan ranjang nya cuma satu dan nggak ada sofa." Ujar Jingga.

"Serah elu, gue tidur di sini." Ujar Raka lalu telentang di ranjang.

Jingga hanya memutar bola matanya melihat Raka yang selalu bersikap se enak jidat nya. Jingga yang sama - sama kesal menarik guling dari atas kepala Raka sampai Raka terkejut lalu menaruhnya di tengah ranjang.

"Abang ngalah kali ini, abang kan lebih tua, masa nggak mau ngalah sama adeknya." Ujar Jingga, kali ini Jingga berani.

"Heh, lu cuma.."

"Anak angkat, aku tahu. Tapi mama nggak beda - bedain kita kok, abang harus terima kenyataan kalo sekarang abang punya adek cewek, yaitu aku." Ujar Jingga menunjuk dirinya sendiri, ia lantas mengeluarkan buku - bukunya.

"Ck! Mentang - mentang mama sayang lu sekarang ngelunjak." Ujar Raka.

"Ohhh.. Abang mau aku ngadu sekalian ke mama? Oke.." Jingga hendak bangun tapi Raka mencekal tangan nya.

"Lu ngadu, gue nggak mau boncengin lu ke sekolah." Ancam Raka.

"Nggak apa - apa, aku bisa pulang pergi sendiri, aku udah inget jalan." Sahut Jingga enteng.

"Lu ngadu, gue nggak mau ngajarin lu pelajaran." Ujar Raka, Jingga pun mengernyit.

"Emang kapan abang ngajarin aku?" Tanya Jingga, lalu dia kembali hendak bangun tapi Raka makin mencekal tangan nya.

"Iya - iya gue ngalah! Elah!" Ujar Raka akhirnya, ia menepi ke tepi ranjang.

"Gitu dong.." Ujar Jingga, dia merasa menang.

"Dasar tukang ngadu." Celetuk Raka, Jingga tak peduli dan malah menjulurkan lidahnya.

"Wlek!" Jingga meledek Raka.

Setelah sudah di pastikan tempat tidur itu mereka bagi dua, Jingga akhirnya keluar untuk mengambil wudhu. Dan setelah selesai sholat Maghrib, Jingga mendatangi kamar Sari karena mendengar suara merintih.

"Tante Sari kenapa tidur di tikar?" Gumam Jingga.

Jingga masuk dan Sari menatap Jingga dengan tatapan kesakitan nya, dan Sari heran karena Jingga tidak menutup hidung seperti Raka.

"Tante butuh bantuan?" Tanya Jingga, Sari hanya diam.

Jingga melihat kamar Sari yang berantakan, dia pun membantu membereskan nya. Bahkan Jingga mengambil kain - kain yang sudah terkena darah dan nanah yang di gunakan Sari untuk menutup luka nya dengan tangan nya langsung lalu di masukan ke tong sampah.

"Ngapain kamu di sini?" Tanya Sari.

"Tadi Jingga denger tante merintih, jadi Jingga menengok tante. Tante butuh bantuan?" Tanya Jingga.

"Enggak, keluar aja sana." Usir Sari, meski acuh tapi tidak se kasar sebelumnya.

Sari menggaruk lehernya sampai cacarnya pecah dan berdarah, ia juga menggaruk kedua tangan nya sampai semuanya berdarah. Dengan susah payah Sari meraih salep lalu membukanya dan mengoles - oleskan nya di tubuhnya.

Walau tangan nya berdarah pun Sari tetap mengoleskan nya karena rasa gatalnya tak tertahankan.

"Tante, Jingga bantu olesin salep mau?" Tawar Jingga, Sari menatap Jingga dengan tatapan tak bisa di artikan.

"Kamu nggak jijik?" Tanya Sari.

"Enggak tante, sini Jingga olesin." Ujar Jingga, lalu mengambil salep dari tangan Sari.

Dengan tangan yang ia tahan supaya tidak gemetar, Jingga dengan pelan mengoleskan salep di bagian - bagian yang terasa Gatal. Sari tiba - tiba tersentuh dengan kebaikan Jingga, ia tak menyangka Jingga tidak jijik padanya padahal mertuanya bahkan tak mau melihatnya sama sekali.

Hanya suaminya yang mau mengurusnya, selain suaminya Sari tidak mau karena dia selalu mendapatkan tatapan jijik dan dia sendiri malu.

"Makasih." Ucap Sari ketika Jingga sudah selesai.

"Sama - sama, tante." Ujar Jingga.

"Kamu nggak jijik sama tante? Tante kan bau dan kotor oleh darah dan nanah." Ujar Sari.

"Tidak, Jingga sudah membiasakan diri, karena Jingga bercita - cita jadi Dokter suatu hari nanti." Ujar Jingga polos.

Sari tersenyum mendengarnya, anak sekecil Jingga saja bisa mengontrol diri untuk tidak menyinggung nya. Sari yakin Jingga merasakan bau yang teramat sangat tidak sedap dari tubuhnya, tapi dengan telaten Jingga malah mengoleskan salep padanya.

"Jingga! Makan." Panggil Raka, Jingga mendengarnya.

"Makan dulu, gih." Ujar Sari.

"Iya tante, nanti Jingga balik lagi." Sahut Jingga.

Jingga pun pergi, setelah Jingga pergi ajaibnya Sari tak merasakan gatal seperti sebelumnya, seolah salep yang di oleskan Jingga sangat bekerja. Padahal biasanya dia sudah mengoleskan banyak pun masih tetap gatal.

"Mas Fahmi bahkan tidak pernah mengoleskan salep dengan tangan nya langsung.. gimana bisa anak kecil itu sangat baik.." Gumam Sari sembari menangis.

BERSAMBUNG..

1
Susilawati
sebelumnya aku paling males kalo.baca cerita horor, tapi pas baca cerita ini jadi tertarik karena cerita nya bagus banget.
Susilawati
Thor mana nih lanjutan nya
Aisya Saleh
lanjut thor,episod seterusnya
Susilawati
lanjut thor
Susilawati
jgn2 benar nih si Airlangga berkhianat atau mungkin kah Delima nya sendiri yg berkhianat.
baguslah Ilham nggak bilang kalo jingga tinggal di rumah nya, seperti nya jingga akan aman di sana
Irkham Maulana
kalo udah punya perjanjian dengan iblis maka seluruhnya sudah sama seperti iblis pula...hanya wujudnya saja yang manusia..hati jiwa dan pikiranya sudah sama kaya setan
Susilawati
orang kalo sdh gila harta lupa akan segalanya bahkan sdh tdk punya hati nurani lagi, sekarang bi Rokayah lagi yg di jadi kan kaki tangan nya, semoga aja sebelum bi Rokayah terlibat ustadz Sholeh dan ayahnya Ilham bisa cepat bertindak.
YNa Msa
pelayan Tua yg jadi pengganti Jingga, Makanan Kunkun Merah
Susilawati
makin seru 👍
di tunggu kelanjutannya Thor
Susilawati
nah kan, akhirnya Bu delima kena karma dari perbuatannya, kayaknya Bu delima bakalan ber nasib sama seperti adiknya Sari, tapi nggak adil kalo cuman Bu Delima aja yg kena harus nya pak Airlangga juga. ternyata benar si pelayan tua pun ikut terlibat dan akhirnya dia juga mengalami nasib tragis seperti korban2 yg di tumbal kan.
semoga aja ustadz Sholeh dan ayahnya Ilham bisa membantu menghentikan pesugihan nya ortunya Raka, biar nggak ada lagi korban2 berjatuhan
Ratna Jumillah: Tenang kak, akan ada masanya manusia serakah dapet karma.
total 1 replies
Susilawati
apa Bu delima terluka parah ya
Susilawati
pasti ustadz Sholeh kaget pas ketemu sama jingga.
YNa Msa
kemungkinan Mahluk Raksasa Teman Ny Jingga
YNa Msa
Luka Ny Buah Delima Jadi Busuk x
YNa Msa
Semoga Mahluk Raksasa ini Bisa Membantu Menjaga/ Menolong Jingga
Susilawati
apa mungkin yg di cari Bu delima keris milik nenek Rumi ya.
nah kan pada akhirnya si pelaku pesugihan juga di serang sama hantu nya
jingga beneran harus berhati2 nih, dan semoga aja ayah nya Ilham bisa bantu jingga.
YNa Msa
Karena ke Seringan d kasih Tumbal Jadi ketagihan Kunkun Merah Ny
YNa Msa
Nagih karena Tumbal Ny Telat,, knp ga Buah Delima Sendiri yg d Ambil
Susilawati
Tuh kan benar ortu nya Raka melakukan pesugihan dan jingga calon tumbal nya, jgn2 nanti bakalan di jadi kan penganten nya si gendoruwo dan Raka lah yg jadi titisan si gendoruwo nya, maka nya jingga di suruh satu kamar sama Raka.

Selamat hari raya Iduk Adha Thor, mohon maaf lahir batin 🙏
Ratna Jumillah: Selamat hari raya idul Adha juga, kak.. 🙏🏻😁
total 1 replies
Susilawati
jingga kan bisa ngaji, sering2 bawa ngaji/baca doa biar hantu2 nya pada takut mendekati jingga.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!