Abela Xaviera. Lahir sebagai anak bungsu perempuan satu-satunya membuat dirinya dimanja oleh keluarganya sendiri. Bahkan kedua kakak laki-laki nya begitu posesif padanya sampai ia tak memiliki celah untuk menjalin hubungan asmara dengan seorang laki-laki.
Hingga saat perayaan ulang tahunnya ke 22, keluarganya mengadakan acara sederhana di sebuah restoran mewah. Di sana dia bertemu seorang pelayan pria di restoran itu yang berhasil menarik perhatiannya, hingga membuat Abel jatuh hati detik itu juga. Dia juga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hati pria tersebut.
Siapakah pria yang berhasil menarik perhatian Abel? Akankah dia bisa mendapatkan hati pria pujaannya itu?
***
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Victor si pria yang saat ini memakai kemeja putih berlengan panjang yang ia gulung sampai siku dan celana hitam juga jam tangan di pergelangan tangannya membuat ketampanannya semakin tajam. Di sekelilingnya banyak pria yang memakai kemeja hitam berlengan pendek juga celana hitam. Di telinga mereka terpasang earphone yang tersambung langsung dengan Victor, tak lupa kacamata hitam yang canggih bertengger manis di hidung mereka.
"Tuan, musuh menyerang markas kita yang ada di Italia," ucap pria yang berdiri di belakang Victor yang sedang duduk.
"Lalu?" tanya Victor dengan nada datarnya.
"Tanpa ku perintah, kau seharusnya sudah bergerak, Ario," lanjut Victor tanpa menoleh ke arah asistennya tersebut.
Ario menunduk. "Baik, tuan." Dia pun segera memerintahkan beberapa anak buah agar menuju Italia dan membawa koleksi senjata mereka.
Markas utama ada di negara ini, dan tentunya senjata lebih lengkap dibandingkan di markas yang ada di Italia.
Tanpa diketahui oleh mommy dan adiknya serta keluarga besar lainnya kecuali Dad Sam, Victor mengikuti jejak sang daddy. Entah bagaimana bisa pria itu mengenal dunia bawah, Dad Sam tak ada ikut campur tangan dalam hal ini. Tapi, yang jelas Victor bergabung bukan untuk mencari mangsa dan membunuh orang secara cuma-cuma.
Black Light. Komplotan dunia bawah tanah alias mafia yang dulunya pernah diketuai oleh Dad Sam sekarang beralih pada Victor. Jika dulu Dad Sam memimpin agar membantai musuh sampai habis dan juga orang-orang yang tak ia sukai, lain hal nya dengan Victor yang sangat menghindari bunuh membunuh orang. Kecuali jika orang itu benar-benar mengusiknya sampai akar, maka Victor akan melakukan hal itu.
Dengan bergabung bersama Black Light, Victor bisa mendapatkan segalanya. Segalanya. Termasuk seorang gadis yang telah masuk dalam list nya sebagai target utamanya.
Apapun yang ia inginkan, pasti akan tercapai. Koneksi Black Light sangat luas. Orang-orang juga tau jika Black Light tidak boleh di usik karena mereka pasti akan membalas dendam yang lebih parah meski tidak sampai dibunuh.
Malam ini Victor berada di markas Black Light yang jauh dari permukiman dan berada di tengah-tengah hutan yang di sekitarnya sudah dijaga oleh anggota Black Light yang sudah terlatih dalam hal apapun.
Pekerjaan Victor dalam dunia bawah ini adalah untuk menangkap para penjahat bisnis, entah itu koruptor atau penghianat. Tidak ada kegiatan jual barang-barang ilegal di dalam komplotan mereka. Victor telah mengubah segalanya setelah dahulu Black Light dibuat liar oleh Dad Sam.
Orang-orang yang meminta bantuan Black Light tidak tau jika mereka adalah perkumpulan mafia kejam. Selain itu juga, Victor menyelidiki kasusnya lebih dulu sebelum menyiksa mangsa nya dengan cerdik.
Kadang ada yang meminta bantuan Black Light tapi mereka membuat informasi palsu hanya karena ingin balas dendam, padahal targetnya bukanlah orang jahat. Sebab itulah Victor selalu menyelidiki lebih dulu sebelum bertindak.
Black Light ini agak lain dari komplotan mafia lainnya. Tapi Victor tak peduli itu semua.
"Semua sudah beres, tuan," ucap Ario setelah selesai memerintahkan anak buahnya menuju Italia untuk membalas penyerangan di sana.
Victor mengangguk sambil menghisap rokoknya yang tinggal sedikit. Mata tajamnya menatap lurus ke arah jendela kaca yang luarnya menampilkan halaman belakang markas yang ditumbuhi rumput hijau.
"Bagaimana dengan gadis itu, tuan?" tanya Ario.
Victor menghembuskan asap rokoknya perlahan. "Aku tidak memintamu untuk ikut campur dalam hal itu," jawab Victor. Dia melirik sekilas asistennya itu.
Ario adalah pria yang lebih muda satu tahun dari Victor. Ario termasuk anak orang kaya, tapi karena bosan dengan kegiatannya yang terlalu membosankan, Ario memutuskan untuk mencari kegiatan yang agak ekstrim, contohnya bergabung dengan komplotan mafia ini.
"Lakukan saja tugasmu yang lain," lanjut Victor.
"Baik tuan," ucap Ario.
Victor berdiri dari duduknya setelah mematikan rokoknya.
"Lakukan sesuai tugasmu. Aku akan memantau dari jauh," ucap Victor sambil menatap Ario.
Victor pun segera pergi dari sana. Malam semakin larut dan jalanan cukup senggang. Victor melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju apartemennya. Tidak ada masalah serius malam ini, jadi dia bisa tidur nyenyak.
Biasanya Victor mengunjungi markas 1 kali seminggu setiap tengah malam, karena itu adalah waktu para mafia bekerja dengan leluasa.
Di sisi lain Abel masih terjaga. Padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah 2 dini hari. Sebenarnya tidak ada yang Abel lakukan kecuali memainkan ponselnya.
Iseng membuka room chat nya bersama Victor, tiba-tiba ia melihat bahwa Victor sedang aktif. Kening Abel mengerut, kira-kira apa yang dilakukan pria itu malam-malam begini?
Tak lama kemudian ponselnya bergetar tanda telepon masuk. Mata Abel terbelalak melihat nama Victor yang tertera. Gadis itu sengaja tak menjawabnya segera agar dikira tidur.
Abel berdehem sebentar, lalu ia menggeser tombol hijau di layar ponselnya.
"Halo?" sapa Abel dengan suara khas orang bangun tidur yang tentunya hanya dibuat-buat.
"Aku tau kau belum tidur, Anabel."
Suara Victor terdengar serak dan menyeramkan di telinga Abel.
"H-hah? Kak Victor ingin bicara apa?" tanya Abel mengalihkan pembicaraan padahal ia senang Victor menelponnya. Suara pria itu membuat Abel candu.
Hening sejenak. Hanya hembusan nafas Victor yang terdengar.
"Tidak ada. Hanya ingin mendengar suara mu."
Abel menggigit bibir bawahnya sambil tersenyum. Dia salah tingkah.
"Lalu, apa yang harus aku lakukan?"
"Tidak ada."
Tiba-tiba panggilan suara berpindah ke video call karena Victor menggantinya. Tapi Abel enggan menggeser tombol video call tersebut.
"Jawab."
Meski ragu, Abel tetap menggeser tombol itu. Dan terpampang lah wajah tampan Victor. Pria itu tengkurap di atas ranjang dan tidak memakai baju. Dagunya ia tumpukan di atas bantal.
Wajah Abel memerah. Victor semakin tampan jika seperti itu. Apalagi tatapan matanya yang sayu dan begitu dalam menatapnya.
"K-kenapa tidak pakai baju?" tanya Abel gugup.
"Gerah."
"Mana ada gerah? Dingin kak. Pakai baju sana."
Victor menggeleng sambil terus menatap wajah cantik Abel. Bibirnya tersenyum tipis melihat Abel cemberut.
"Mulai besok, tidak perlu membuatkan bekal untukku."
"Kenapa? Masakan ku tidak enak ya? Maaf, aku baru belajar memasak soalnya," kata Abel. Ia tersenyum canggung, matanya memancarkan kesedihan karena Victor tak ingin dibuatkan bekal lagi.
"No. Makanan mu selalu enak. Tapi aku tak rela teman-teman ku ikut mencium aroma masakan mu, Anabel."
Raut wajah Abel berubah. Ia menahan senyumnya berusaha tidak salting brutal.
"Besok, datanglah ke apartemenku dan masakan makanan untukku," lanjut Victor. Ia merasa puas melihat wajah Abel yang tak sesedih tadi.
Abel mengangguk cepat. Senyum yang tadi ia tahan pun terbit begitu saja membuat wajahnya terlihat semakin cantik di mata Victor.
Keduanya berbincang-bincang sampai Abel tertidur, Victor tidak mematikan video call mereka karena ingin menikmati wajah polos Abe saat tidur.
***
-
-
-
Jangan lupa pencet jempolnya sayyy🤪
Bonus pict Abang Victor lagi nyebat😌
(Bukan cast)
buat dia jadi bunci
Membuat sebuah karya cerita tidak segampang itu ya teman-teman, jadi mohon dukungannya🤗