CINTA KOK BEGITU

Emak Ijah akhirnya dibawa oleh Miko menuju ke kediamannya. Beruntung kakak Miko tugas jaga malam sehingga bisa langsung ditangani oleh kakaknya Miko.

Sementara Tito dan adik adiknya saat ini juga ikut bersama ke tempat Miko. Karena dirumah tidak ada yg menemani. Santi serta adik adiknya sempat menangis karena Tito Terluka dan berdarah, begitu juga mak Ijah. Namun berkat Dewa dan Miko akhirnya mereka bisa meredakan tangisnya. Saat ini anak anak sedang makan yg dibelikan oleh Miko.

Miko menatap Dewa, ia sempat tidak percaya dengan Dewa yg jago berkelahi. Bahkan jurus jurus Karate yg dimiliki Dewa terlihat sangat terlatih. Dengan penampilan Dewa yg cupu dan kutu buku seperti saat ini. Orang tidak akan percaya akan kemampuan Dewa.

" Dewa..." Panggil Miko.

" Sepertinya, lu aslinya bukan seperti ini. Apakah ada yg elu sembunyikan dari kita...?" Kata Miko sambil mengoles obat luka ke wajah Tito.

" Ya gw memang seperti ini..." jawab Dewa.

" Gw tidak percaya. Karena lu sangat berbakat dalam bela diri. Dan terlihat sangat terlatih. Siapa sebenarnya elo...?" Cecar Miko.

" Gw orang biasa Miko, tidak ada yg gw sembunyikan. Dan memang inilah penampilan gw..." Dewa

" Aduh...!!"

" Eh, maaf...." Miko terjingkat kaget karena tangannya mengenai luka Tito. Dan Tito berteriak.

" Ok ok...." jawab Miko walupun masih belum percaya dengan apa yg dikatakan Dewa.

" Sekarang giliran elu, kenapa bisa sampai seperti ini...?, dan siapa mereka...?" kata Miko kepada Tito.

Tito tidak menjawab. Namun Dewa yg menjelaskan siapa sebenarnya Tito. Karena Tito dan keluarganya saat ini sangat butuh perlindungan. Selain emak Ijah, tentu adik adiknya juga sangat membutuhkan perlindungan terutama orang seperti Miko.

Dewa juga tadi sempat curiga dengan Miko, yg tiba tiba mau membantu mereka. Namun Dewa tidak bertanya tanya tentang Miko sebenarnya. Dewa mengucapkan banyak terima kasih karena pertolongan Miko.

" Sebaiknya kalian jangan kembali dulu ke rumah. Karena gw yakin, mereka akan datang kerumah elu. Dan mungkin akan lebih banyak yg datang..." kata Miko.

Tito agak ragu dengan hal ini. Terutama tentang adik adiknya yg jauh dari sekolahnya. Begitu juga dengan Santi.

" Tentang adik adikmu, lu tenang aja. Mereka biar diantar mang Jojo jika ke sekolah..." Kata Miko.

Tito akhirnya mengangguk, karena ini adalah salah satu solusinya. Kemudian Miko merencanakan agar Tito bisa menempati ruangan ruangan kosong milik kakaknya. Dewa menyetujuinya, karena dirasa tempat inilah saat ini yg dirasa nyaman.

Tak lama kemudian kakaknya Miko datang karena sudah selesai memeriksa mak Ijah. Ia mendatangi.

" Sudah di obati...?" kata kakaknya Miko.

Kakak Miko bernama Mika. Ia dan adiknya hidup mandiri di tempat ini.

" Sudah kak.." jawab Miko.

Mereka pun berkenalan, terutama dengan Dewa dan Tito. Dan Miko memberitahu kepada Mika jika Tito untuk sementara tinggal di ruangan yg berada di luar rumah utama. Yang tadinya untuk klinik. Kini akan ditempatin oleh Tito. Dan kakaknya Miko setuju setuju saja. Terlebih setelah Miko bercerita tentang siapa sebenarnya mak Ijah dan Tito yg sebenarnya. Dewa berinisiatif membantu kebutuhan Mak ijah sekedarnya saat ini. Dan untuk kebutuhan sehari hari keluarga Mak Ijah, Mika bersedia membantu secukupnya.

Tito yg mendengar perkataan Dewa dan juga kakaknya Miko menjadi terharu. Terlebih ada yg mau memperhatikannya seperti saat ini.

" Kita sama sama dari keluarga yg tercerai berai..." kata Miko.

" Dan lebih baik saling dukung dan membantu satu sama yg lain..." lanjutnya.

Dewa setuju dengan perkataan Miko. Ia juga berasal dari keluarga yg tercerai berai. Bahkan saat ini masih menyelidiki tentang keluarganya. Namun hal itu tidak diceritakan kepada teman temannya saat ini.

****

Dewa pamit untuk pulang kerumahnya. Karena hari sudah sore. Dan Dewa melupakan Alina yg saat ini sudah sampai rumah duluan. Tadinya ia sudah memberikan janji kepada Alina untuk pulang cepat. Namun karena melihat kondisi Tito saat pulang sekolah. Akhirnya ia mengurungkan niatnya mengajak Alina untuk belanja di pasar.

Alina sendiri justru sudah belanja, terlebih telah diberi uang oleh Dewa untuk belanja kebutuhan sehari hari. Karena Dewa sudah mendapatkan hasil dari bengkel serta kafe miliknya.

Sesampainya dirumah, Dewa melihat Alina sudah memasak sayuran dan juga lauk pauk yg dibelinya.

" Sudah belanja...?" tanya Dewa.

Alina hanya melirik sekilas. Karena Dewa baru pulang dari sekolah. Walaupun Alina tahu, kemana Dewa sebelum sampai rumah.

" Sudah, tinggal masak nasi yg belum. Kamu yang masak yah..." kata Alina tanpa menatap Dewa.

" Ok..." jawab Dewa.

Dewa masuk ke kamarnya, kemudian mengganti baju dan celananya. Kemudian keluar untuk membantu Alina.

" Lin..." panggil Dewa.

" Hmm..." jawabnya.

" Lu tahu kan Miko...?"

" Hmm..."

" Tadi dia membantu Mak Ijah untuk berobat. Dan mereka sekarang tinggal di rumah kosong milik kakaknya Miko..." kata Dewa.

" Baguslah..." jawab Alina.

" Gitu doang..." lanjutnya.

" Gw tahu, kalau elu tahu dimanapun gw berada. Jadi tidak perlu penjelasan lebih detail kan..." kata Dewa.

Alina melirik ke arah Dewa. Ia menyadari, jika Dewa merasa diawasi olehnya. Namun semua itu untuk menjaga keberadaan Dewa dari orang yg mengancam hidup Dewa saat ini.

" Ya udah. Masak tuh nasinya. Cuci dulu..." kata Alina yg kemudian fokus dengan wajan didepannya.

Dan Dewa kembali bercerita tentang kakaknya Miko yg bersedia membantu kebutuhan Mak Ijah serta Tito saat ini. Sehingga dewa tidak terlalu mengkhawatirkan untuk makan dan kebutuhan lainnya dari Mak Ijah.

Memang tadinya Dewa membantu tapi tanpa sepengetahuan Tito. Dan hal itu disepakati oleh Alina. Dan atas saran Alina untuk mendekati adik adiknya Tito dalam memberikan bantuan.

Setelah selesai memasak, Alina bergegas menuju kamarnya dan kemudian keluar lagi untuk mandi. Sementara Dewa masih sibuk di dapur untuk membuat minuman teh hangat kesukaannya.

Setelah selesai mandi Alina dan Dewa makan bersama. Seperti biasa Alina mengambilkan nasi serta sayur dan lauk pauknya kepada Dewa. Dan keduanya menikmati makan tanpa sepatah kata yg keluar. Hal itu menjadi kebiasaan keduanya.

" Malam ini aku latihan silat di tempat Nita..." kata Alina setelah menaruh piring dan gelas di wastafel.

Dewa mengangguk. Karena ia sudah sepakat untuk latihan dengan syarat membantu Tito.

" Pasti elu disana ngerjain Vera dan Nita..." ucap Dewa.

Alina hanya cekikikan, karena tebakannya benar adanya. Bahkan sudah beberapa kali ini, Alina tidak latihan dengan benar. Akan tetapi justru ngerjain Vera dan Nita.

****

Pukul 7 malam, akhirnya Alina berangkat ke kediaman Nita. Sementara Dewa akan pergi ke kafe miliknya yg lama tidak ia kunjungi. Terlebih setelah beberapa hari ini, kafe miliknya bertambah ramai dan sedikit kewalahan.

Alina mengendarai motor kesayangannya menuju rumah Nita. Hingga beberapa saat kemudian ia pun telah sampai. Dan Vera lagi lagi sudah sampai terlebih dahulu. Alina disambut oleh Nita dan juga Vera.

" Lin , lu udah ngerjain PR pak Bondan belum...?" tanya Vera kepada Alina.

" Belum..." jawab Alina.

" Kan aku nunggu punyamu dikerjain. Baru aku nyontek punyamu..." lanjut Alina.

" Huuuu...dasar..." kata Vera sambil mendorong bahu Alina.

" Aku kan emang tidak begitu bisa. Apalagi pelajaran begitu..." kata Alina

Mereka pun membicarakan tentang pelajaran disekolah terlebih dahulu. Sebelum memulai latihan pencak silat seperti biasanya.

Sementara babe Kamal sudah memulai latihan bersama yg lain. dan tak lama kemudian Vera, Alina serta Nita pun mengikuti latihan bersama babe Kamal.

Beberapa anak yang ikut serta dalam latihan bersama babe Kamal, saat ini sedang tanding satu sama yg lainnya. Alina memperhatikan anak anak yg bertanding tersebut. Selain untuk mencari yg terbaik, ia juga mencari beberapa anak untuk membantunya di masa depan.

Alina bersyukur, karena di tempat ini ia diterima dengan baik oleh semuanya. Bahkan babe Kamal sudah menganggapnya anak selain Vera dan Nita. Dan mereka pun bertambah akrab. Alina banyak dibantu dalam belajar pencak silat di tempat ini. Walaupun itu hanya kepura puraan Alina untuk belajar. Dan yg sebenarnya telah menguasainya sebelum datang ke tempat ini.

" malam minggu jalan jalan yuk, nonton kek apa gitu..." kata Vera mengajak Alina dan juga Nita.

" Boleh, bagaimana Lin...mau ya..?" jawab Nita

Alina mengangguk menyetujui permintaan teman temannya itu.

Dan setelah selesai latihan mereka bubar, Alina pulang kerumah bersama Dewa. Sementara Vera pun pulang kerumahnya. Sebelum pulang mereka menemui babe Kamal untuk pamit.