NovelToon NovelToon
Catatan Hanna

Catatan Hanna

Status: tamat
Genre:Teen / Tamat / Keluarga / Persahabatan / Kontras Takdir
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Saat tidak ada teman yang dapat mendengar keluh kesahnya, Hanna menorehkan semua uneg-unegnya di buku hariannya. Tentang cinta, teman, dan keluarga, semua ada di sana.

Hidup Hanna yang begitu rumit, membuat dia kadang-kadang frustasi, namun dia tetap harus kuat menghadapi ombak kehidupan yang terus menghantam.

Ikuti kisah hidup Hanna di "Catatan Hanna."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keributan Di Malam pertama Tahlilan

"Kamu lihat sendiri kan, Rick. Rian memang punya hubungan sama Ayu." Santi terus mengawasi kedua anak manusia itu.

"Kasian Hanna kalau tahu tentang hubungan mereka, San," desis Erick.

Lelaki itu merasa prihatin dengan keadaan Hanna saat ini, Hanna sudah terpukul atas meninggalnya sang ibu, kalau sampai ia tahu tentang hubungan antara kedua sahabatnya itu, dia pasti akan sangat hancur.

"Rick, aku saranin sama kamu, sebaiknya dekati saja Hanna."

"Gila! Enggak mau ah," tolak Erick.

"Kenapa enggak? Hanna itu butuh sosok yang mapan, yang dia butuhkan itu lelaki yang penuh tanggung jawab seperti kamu ini, bukan seperti Rian yang masih bisa dibilang anak ingusan."

Erick mendelik tajam mendengar ocehan Santi, dia tidak mau menjadi orang ketiga di tengah hubungan Hanna dan Rian.

"San, biarin aja ini jadi urusan mereka. Kalau Hanna adalah jodoh yang memang Allah kirimkan untuk aku, nantinya dia pasti akan bersamaku juga kan?"

"Santai amat jawabannya, Rick. Terserah kamu aja deh, tapi jangan nyesel nanti ya, kalau Hanna didekati sama cowok lain."

Omongan Santi terdengar seperti sebuah ancaman bagi Erick.

"Siapa yang mau deketin dia, semua warga di kampung ini juga tahu kalau Hanna itu calon mantu keluarga oma Desi."

"Makanya kamu aja yang deketin dia, sekarang hubungan dia dan Rian_"

"Ehem!"

Suara deheman Riri membuat Erick dan Santi serentak menoleh ke belakang.

"Ngapain kalian bisik-bisik di sini? Mending ke dalam sana! Bantuin tuh yang lainnya masak buat nanti malem," ucap Riri berlagak sok seperti tuan rumah.

"Cih! Menantu tak tahu diri. Mestinya kamu yang di dalam bantuin mereka, mertua baru aja meninggal, menantu kok malah jalan sama laki lain," sinis Santi.

"Kamu bilang apa barusan?" tanya Riri berkacak pinggang.

"Lah, emang iya kan? Kamu barusan jalan sama si Zidan, suasana lagi berduka begini, kamu malah asyik jalan-jalan sama lelaki lain," ucap Santi memperjelas.

"Eh, lampir! Itu mulut dijaga ya. Jangan sampai omongan kamu ini ngebuat aku dan bang Arman bertengkar! Aku dari tadi di sini aja, enggak ke mana-mana." Riri mendorong kuat bahu Santi, membuat Santi terhuyung beberapa langkah ke belakang.

Erick segera melerai perdebatan panas mereka, keadaan di dalam juga sedang kacau, karena Hanna dan kedua abangnya masih ribut perihal penyakit sang ibu. Sekarang malah ditambah dengan perdebatan mereka, tentu saja suasana akan menjadi semakin panas.

Rian dan Ayu buru-buru ke tempat Santi dan Riri berada. Di mana ada Riri, pasti di situ akan ada keributan.

"Udah, stop!" ucap Ayu dengan tegasnya.

"Kak, kalian berdua kayak anak kecil aja. Kita semua sedang berduka sekarang, kenapa kalian malah bertengkar enggak jelas kek gini?" sambung Rian.

"Tuh, nenek lampir yang mulai duluan," tunjuk Riri, dia tidak mau dirinya disalahkan.

"Nenek lampir jidatmu! Dasar istri durhaka!"

Lagi dan lagi, bukannya diam mereka malah kembali adu mulut.

"Santi, ayo kita masuk!" ajak Esih yang kebetulan melihat perdebatan mereka. Esih baru saja dari warung sebelah, dia disuruh bu Tuti membelikan beberapa bahan memasak untuk membuat makanan nanti malam.

"Sebentar, Mbak. Urusanku belum selesai sama nenek sihir ini," ucap Santi dengan nafas memburu.

"Sono, pergi aja! Lagian kalian berdua memang cocok kok jadi teman. Yang satu masih nyimpen rasa sama lelaki yang udah jadi milik orang lain, yang satu lagi enggak laku-laku." Riri menatap Santi dan Esih secara bergantian, dia memandang mereka dari atas sampai bawah dengan tatapan menghina.

Santi terlihat tenang, dia tersenyum mengejek ke arah Riri. "Masih bagus enggak laku-laku, daripada udah laku, tapi masih jual diri," sinis Santi diiringi tawanya yang lepas begitu saja.

Yang lain pada diam, tapi mereka pada akhirnya juga ikut tertawa karena melihat wajah Riri yang kesal.

Riri pergi begitu saja karena merasa malu dengan ucapan Santi, omongan Santi yang menohok itu membuatnya harus gigit jari.

"Hus, kamu ngomongnya jangan keras-keras. Kalau Arman dengar, bisa ngamuk dia," tegur Esih.

"Mbak tenang aja, perempuan begituan mah enggak apa-apa kalau sama aku. Riri itu bukan lawan yang tepat untuk aku, Mbak. Kalau soal adu mulut, dia bakal kalah sama Santi," ucap Esih dengan bangganya, "soal bang Arman, aku enggak peduli. Dia itu contoh laki-laki yang takut sama istri, suami enggak guna. Mungkin dia pikir kalau sudah nikah, maka surganya berpindah dan berada di bawah telapak kaki istrinya," sambungnya lagi.

Esih seumuran dengan Riri, dan Santi lebih muda dua tahun dari mereka. Namun anehnya, Santi malah berani bicara seperti bersama teman seumuran, dengan Riri. Sedangkan dengan Esih dia malah memanggilnya dengan sebutan mbak Esih.

Esih segera menggamit tangan Santi dan mengajaknya masuk ke dalam. "Kebanyakan ngoceh kamu."

Rian dan Ayu mengikuti langkah mereka dari belakang, Rian ikut membantu sebisanya di dapur, dan Ayu kembali menemui Hanna untuk menghibur gadis itu.

 ----

 ----

Keadaan yang tadinya ramai kini kembali sepi setelah acara tahlilan selesai.

Semua orang kembali ke rumahnya masing-masing, kini yang tinggal hanya Arman, Riri, Andi, dan Mei.

Hanna tidak ingin berkumpul bersama mereka, dia lebih memilih duduk menyendiri di kamarnya

Imran pulang lebih dulu karena kedua anaknya ditinggal di rumah, dan mereka masih belum sehat sepenuhnya. Sedangkan Yuni, ia tidak langsung pulang karena ingin menemani adiknya yang masih dalam keadaan terguncang.

"Hann, ayo makan!" ajak Yuni, dia membawa sepiring nasi untuk Hanna.

Hanna menoleh sebentar, lalu ia kembali menatap foto ibunya.

"Han, makan dulu! Nanti kamu sakit," ucap Yuni.

"Kak, gimana perasaan kamu sekarang? Tanpa ibu apa kamu merasa ada yang kurang?" tanya Hanna.

"Hanna, walaupun aku sudah menikah, tapi tetap saja ibu sangat berarti bagi aku. Selama ini setiap kali aku sakit, ibu selalu ngejagain aku, mana mungkin aku tidak merasa kehilangan."

"Tapi tetap aja, Kak. Rasa kehilangan kamu beda sama aku, kamu sudah menikah, mempunyai keluarga sendiri dan tentunya rasa kehilangan kamu berbeda sama yang aku rasakan." Hanna mengusap air matanya yang kembali jatuh.

"Hanna, maafkan kakak ya. Andaikan malam it---"

"Cukup, Kak," potong Hanna, "ini sudah takdir, jangan lagi nyalahin diri Kakak sendiri. Setidaknya kamu sudah mencoba untuk memberikan aku uangnya, namun dihalangi sama bang Imran. Aku masih bisa terima, alasannya juga masuk akal. Hanya saja, rasa kecewa ini enggak bisa aku hilangkan, Kak. Rasanya malam itu tidak ada yang peduli sama ibu."

Yuni meletakkan piring nasi itu ke atas nakas, dia beralih memeluk sang adik, berharap Hanna bisa jadi lebih tenang.

"Kalau ngomongin soal kecewa, aku juga kecewa sama sikap kamu, Hann. Kenapa enggak ngabarin kami kalau kamu tidak mendapatkan uangnya."

"Aku sudah pasrah, Kak. Rasanya percuma aja, apa pandangan bang Imran sama keluarga kita nantinya. Aku sudah minta bantuan bang Andi, tapi alasannya juga enggak punya uang, dan dia bilang kalau ibu enggak bakal kenapa-kenapa. Kalau bang Arman, dia lebih milih mendengarkan omongan istrinya. Kalau aku mau, aku juga bisa minta pinjaman sama tetangga kita. Cuma aku tidak ingin mereka menilai buruk terhadap kalian, apa pandangan mereka nantinya sama kalian semua," ucap Hanna, dan semua yang dikatakannya adalah benar.

Tentunya semua orang akan memandang buruk terhadap keluarga mereka. Bu Erni memiliki kebun sawit yang cukup luas, beliau juga punya anak-anak yang kehidupan ekonominya bisa dibilang cukup baik, tapi kenapa di saat dibutuhkan tak ada satu pun yang mau menolong?

"Ya udah, kasih aja hak kita!"

"Ri, ibu baru aja meninggal. Kita masih dalam keadaan berkabung, kenapa kamu malah ngungkit soal harta warisan?"

Suara ribut dan teriakan terdengar menggema sampai ke kamar Hanna.

"Mereka ribut lagi, Kak." Hanna menatap Yuni dengan sepasang mata yang sudah memerah.

"Kamu mau ke mana, Hann?" tanya Yuni, saat itu Hanna sudah berdiri dari duduknya, dan ia membawa gelas kosong di tangannya sambil berjalan keluar kamar.

"Membuat mereka diam," jawab Hanna.

Yuni mengejar Hanna yang berjalan begitu cepat, perasaannya sudah tidak enak.

Prang!

Hanna menjatuhkan gelas itu dari lantai dua, Semua terkejut dan terdiam.

"Kalian semua keluar dari rumahku!"

1
* bunda alin *
dan indah pada waktu nya 🥰
P 417 0
semoga kita semua selalu di berikan kesehatan ,kebhagiaan dan keberkahan/Pray//Pray/
P 417 0
hmmm.bner2 di tamatin/Sleep//Sleep/
P 417 0
perasaan yg mbulet/Drowsy/
* bunda alin *
tap tap tap ..
P 417 0
tamat/Sleep/
* bunda alin *
tegang bgt ,, 😱
P 417 0
/Drowsy//Drowsy/tuh kan akibatnya klo terlalu baik
P 417 0
/Proud//Proud//Proud/hmmm bner2 polos
P 417 0: ntah/Silent/
🥑⃟Riana~: apanya yg polos/Sweat/
total 2 replies
P 417 0
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/rekomendasi yg bgus
P 417 0
ajaran yg baik bkl jdi baik hasilnya/Smile/
* bunda alin *
malang nya Hanna,,, selalu di hinggapi hal yg tdk terduga
ayo donk .. kapan Hanna bisa bahagia ... 💜
P 417 0
hmmmm .berarti ada dalng lain juga/Speechless/
🥑⃟Riana~: Anda/Shame/
P 417 0: sapa🙄
total 4 replies
P 417 0
oooo.ternyata bgas /Sleep//Sleep/
🥑⃟Riana~: hooh 🤧
total 1 replies
P 417 0
sapa sih sebnernya/Drowsy//Drowsy/
P 417 0
ooh tk kira abis gitu aja/Facepalm//Facepalm/
P 417 0
sepertinya obrolan di atas sedikit kurang mnurt aku/Silent/
🥑⃟Riana~: Harus ditambah lagi? kamu aja yg nambah kk/Sweat/
total 1 replies
* bunda alin *
tq sdh up ,, next thor
P 417 0
kita udah berapa tahun ya🤣🤣🤣🤣
P 417 0
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/klo ngliat di reel mngkin lbh seru kali ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!