Harus menyalahkan siapa keadaan Zahira saat ini yang divonis tidak akan pernah bisa melahirkan seorang anak bagi suami tercinta.
Apa yang akan dilakukan Zahira setelah mendapatkan vonis tersebut? Apa juga yang akan dilakukan suaminya serta mertuanya yang ikut tinggal bersama Zahira?.
"Zahira si wanita mandul"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Mama harus segera mencari cara jitu supaya Zahira segara pergi dari rumah itu paling lambat setelah acara tujuh bulanan Alisha.
Zahira memang bukan lagi sebagai menantu idaman bagi Mama. Karena selain mandul, tentunya sudah ada Alisha yang sanggup memberikan segalanya untuk Mas Bilal.
Dengan terang-terangan Alisha dan Mama bersatu untuk mengusir Zahira secepatnya dari hidup Mas Bilal.
"Jangan sampai gagal lagi." Ucap Mama pada Alisha saat mereka berada di kamar Mama.
"Iya Ma, aku dan bayiku juga sangat ingin perhatian dan kasih sayang dari Mas Bilal." Sahut Alisha menyetujui rencana yang telah mereka sepakati.
"Semuanya ada di tangan kamu, Alisha."
"Siap, Ma."
Keduanya tersenyum senang seakan rencana mereka akan berhasil sesuai harapan mereka berdua.
Sementara itu Zahira sudah tiba di rumah bersama Niken yang kemudian disusul oleh Mas Bilal.
Niken yang hendak masuk lift ditarik kuat oleh Alisha karena ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Zahira dan Mas Bilal. Karena wajah keduanya terlihat sangat tegang.
"Ayah Ibu kenapa?."
"Bertengkar." Jawab Niken jujur.
Alisha tersenyum puas, pasti sandiwaranya tidur bersama Mas Bilal berhasil membuat mereka ada dalam masalah. Memang iya, tapi ada hal lain yang lebih besar lagi daripada itu.
Zahira dan Mas Bilal sudah ada di dalam kamar mereka. Mas Bilal langsung mengucapkan kata maaf ketika Zahira belum juga bicara lagi padanya. Itu artinya Mas Bilal telah melakukan kesalahan namun untuk kesalahan yang mana?.
"Sayang, Mas minta maaf. Mas pergi ke Villa karena Mama."
"Sayang, tadi juga Mas marah karena Mas juga cemburu pada laki-laki itu." Kata Mas Bilal lagi.
Zahira terdiam sejenak setelah mengambil pakaian ganti untuk Mas Bilal. Lalu menatap Mas Bilal dan mengatakan apa yang ada di dalam kepalanya.
"Kita perlu waktu untuk sendiri, Mas. Zahira tidak ingin kita menyakiti satu sama lain. Jadi untuk sekarang, kita tenangkan pikiran dulu setelahnya baru kita bicara."
"Sayang..."
"Mas mandi dulu terus ganti pakaian. Sebentar lagi masuk waktu dzuhur. Zahira juga harus jemput Taufik." Zahira menyerahkan pakaian ganti itu pada Mas Bilal.
"Biar supir yang menjemput Taufik! Kita harus bicara dan secepatnya menyelesaikan masalah kita supaya tidak melebar kemana-mana." Mas Bilal menujukkan dirinya sebagai kepala keluarga yang tidak ingin dibantah oleh Zahira. Mas Bilal menaruh pakaian gantinya di atas sofa.
"Baik, apa yang bisa kita bicarakan saat kita sama-sama sedang diliputi emosi?. Apa yakin tidak akan saling menuduh atau menyakiti?. Apa masalah akan selesai? Mau dari mana kita bicara?." Dengan suara pelan Zahira melayangkan banyak tanya.
Mas Bilal membawa Zahira duduk di tepian ranjang sedangkan Mas Bilal sendiri berlutut sambil memegangi erat tangan Zahira.
Mas Bilal menceritakan secara detail kepergiannya ke villa berikut dengan malam yang dilewatinya hingga Mas Bilal harus terlibat adu mulut bersama Pak Mickey karena cemburu.
Zahira bisa menerima penjelasan dari Mas Bilal dan sangat mempercayainya. Meski gesekan-gesekan itu masih ada karena Pak Mickey yang mengakui menyukai Zahira.
"Mas minta kamu berhenti kerja!."
"Kenapa?."
"Mas tidak mau kamu dekat dengan laki-laki itu."
"Zahira yakin Pak Mickey tidak lah serius dengan ucapannya, Mas."
"Kenapa kamu enggak mau berhenti kerja?."
"Pasti Mas tahu alasannya apa?."
"Tapi Mas enggak tenang kamu dekat dengan laki-laki itu!."
"Zahira hanya bekerja, Mas. Hanya dengan bekerja Zahira bisa melupakan sedikit sekelumit hati yang tidak pernah kunjung tenang." Zahira memegang dadanya yang tidak pernah lagi merasa damai.
Kapan saja kebersamaan dan pernikahannya bersama Mas Bilal bisa selesai dan bisa karena banyak faktor juga.
Hati dan pikirannya tidak lagi bisa tenang hingga Zahira pada suatu titik ingin menyerah dan benar-benar pergi dari Mas Bilal yang tidak lagi sepenuhnya untuknya.
Mas Bilal mengusap kasar wajahnya, pria itu berpindah posisi menjadi duduk di samping Zahira. Mereka saling berhadapan
"Mas tahu hubungan kita sangat rentan setelah kejadian bodoh itu. Kita sama-sama tidak menginginkan berada dalam situasi ini. Kita sama-sama terluka karena ini, tapi Mas mohon tetap berada di sini bersama Mas."
Mas Bilal begitu tulus mengajukan permohonannya. Zahira bisa melihat dan merasakan hal itu.
"Mungkin Zahira tidak akan selamanya bisa menemani Mas Bilal, begitu juga sebaliknya. Sebaiknya kita sama-sama persiapkan diri untuk itu."
Mas Bilal segera menutup mulut Zahira dengan bibirnya, Mas Bilal tidak ingin mendengar hal buruk keluar dari sana. Cukup lama Bas Bilal menikmati itu hingga terdengar ketukan beberapa kali pada pintu kamarnya dan Zahira.
Tok...Tok...Tok...
"Ayah! Ayah! Ayah!." Teriak Niken terdengar sangat panik.
Mas Bilal dan Zahira segara bergegas keluar kamar. Benar saja Niken menangis sambil menunjuk kamar Alisha.
"Mama! Mama!."
"Mama kenapa, Niken?."
"Mas, kamu lihat mbak Alisha kenapa?."
Mas Bilal menggeleng, pria itu memilih menunggu Niken yang memberitahu mereka
Zahira mengusap wajah penuh keringat Niken. Zahira memeluknya guna menenangkan Niken yang berusaha melanjutkan kata-katanya lagi.
"Perut Mama sakit, kata Mama adik bayi seperti mau keluar." Secepat kilat Mas Bilal berlari ke kamar Alisha. Mas Bilal tidak ingin calon anaknya kenapa-napa. Karena sudah banyak yang tersakiti dalam posisi ini.
Zahira dan Niken menyusul ke dalam kamar Alisha, mereka langsung melihat Alisha yang sedang memeluk Mas Bilal sangat erat sambil menangis dan menahan rasa sakit.
Seketika Zahira merangkul Niken dan memintanya untuk keluar. Pada saat ini Mas Bilal tidak bisa berbuat banyak ketika Zahira harus lagi-lagi yang terluka karenanya.
"Mama akan baik-baik saja, sudah ada Ayah yang akan menjaganya." Ucap Zahira sambil berjalan keluar bersama Niken.
Sakit? Bukan lagi. Tapi itu resiko yang selalu dihadapi Zahira kalau masih berada di sisi Mas Bilal.
Walau Mas Bilal tidak membalas pelukan Alisha, tidak masalah asalkan Mas Bilal ada bersamanya dan calon anak mereka.
"Mas perut aku tiba-tiba sakit, tolong usap-usap." Pinta Alisha sangat manja pada Mas Bilal.
Mas Bilal mengangguk lalu menaruh tanganya di atas perut Alisha. Mengusapnya dengan penuh kasih sayang untuk calon anaknya kelak yang akan mengambilnya Ayah dan Zahira Ibu.
Alisha terhanyut perasaannya sendiri, hingga tanpa Mas Bilal sadari Alisha mengikis jarak dan berhasil mendaratkan kecupan singkat pada sebagian bibir Mas Bilal.
Alisha merasakan tidak ada penolakan dari Mas Bilal hingga Alisha berani menggerakkan bibirnya di sana untuk kembali menikmati rasa yang dulu sering didapatkannya dari Mas Bilal.
Zahira diam mematung di tempat ketika masuk ke kamar Alisha lagi bersama Mama mertua yang meminta Zahira menemaninya.
setiap baca Novel slalu Pelakornya di belain & hidup bahagia 🙄
heran deh... mertua toxickayak gitu entar kena stroke loh