NovelToon NovelToon
Kontrak Jiwa Putri Palsu Duke

Kontrak Jiwa Putri Palsu Duke

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Anak Genius / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Akademi Sihir / Fantasi Wanita
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Celine Alexandra

Thalia La Sheridan adalah seorang putri dari Keluarga Duke Sheridan.

Alih-alih hidup dengan sendok berlian di mulutnya, hidupnya justru lebih buruk dari anjing jalanan sekalipun.

Akan tetapi...ada yang tidak biasa....



Dewi Alianora adalah seorang Dewi Perang haus darah yang dikutuk Surga.

Darah kering dan tangisan meronta-ronta selalu membasahi setiap jalan yang dilaluinya.

Akan tetapi...pada suatu saat, masa kejayaan yang berdarah itu harus pudar, dan Dewi Alianora pun jatuh tertidur dalam dunia bawah untuk selamanya...



Seribu tahun kemudian takdir keduanya akan bertemu. Apa yang akan terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Celine Alexandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 27 : Persiapan

Hari-hari berlalu, tak terasa hari Pesta Cahaya sudah semakin dekat. Para keluarga bangsawan Agris juga semakin sibuk saja, terutama keluarga Sheridan.

Pesta Cahaya nanti akan diselenggarakan selama tiga hari penuh, dan saat itu Kerajaan Agris akan membuka gerbangnya untuk mengundang tamu-tamu diplomatis; tuan putri, pangeran, tuan muda, nona muda, serta kaum bangsawan dari kerajaan lain akan berdatangan khususnya dari tiga kerajaan besar yang memiliki hubungan baik dengan Kerajaan Cahaya Agris. Tidak hanya itu, turis-turis dari berbagai macam ras juga bebas masuk untuk menikmati festival.

Otomatis, hal yang sangat perlu diperhatikan adalah keamanan, dan sejak keluarga Sheridan adalah simbol kekuatan Kerajaan Agris, tentu saja Duke Sheridan diperintahkan untuk ikut bertanggung jawab untuk hal ini. Selain keluarga Duke Sheridan, keluarga Duke Keilanstein yang dikenal sebagai 'tameng' kerajaan akan ikut ambil bagian juga.

Karena itu, akhir-akhir ini Duke Sheridan jarang terlihat. Alianora hanya sempat melihatnya disiang hari ketika sarapan pagi itu pun kadang-kadang. Kalau bukan mengikuti pertemuan dengan para kepala keluarga bangsawan lain, dia akan ada di area latihan bersama para ksatrianya. Malam hari setelah semua aktivitasnya selesai, barulah dia kembali ke ruangannya tapi tidak langsung istirahat, melainkan mengurusi tumpukan dokumen-dokumen penting yang tidak bisa dia selesaikan di siang harinya.

Selanjutnya, mari beralih pada Annabeth, si ibu angkat Thalia yang wajahnya selalu jelek ketika menatapnya. Memang, dari antara seluruh keluarga Sheridan, Duchess Annabeth ini paling jarang Alianora temui, namun belakangan ini Alianora menjadi sering melihatnya berkeliaran sekitar kastil bersama dengan pelayan pribadinya. Seperti biasa dia terlihat elegan dan arogan sekaligus, dan setiap kali pandangannya jatuh pada Alianora, wajahnya selalu menampilkan kerutan tajam. Sorot mata ungunya yang menusuk, memandang rendah Alianora.

Meski begitu, berbeda dengan apa yang terjadi di masa lalu Thalia, Annabeth sama sekali belum melakukan hal yang menurutnya begitu mengganggu. Memang, selain pandangannya pada Alianora yang seperti melihat semut di jalanan itu agak membuat Alianora jengkel, dia tidak banyak berinteraksi dengan Alianora. Setiap kali Alianora menyapanya, dia sering hanya melihat Alianora sekilas lalu berpaling seperti tidak melihat apa-apa. Alianora juga tidak terlalu memikirkan itu, malah dia merasa itu lebih bagus, dia juga tidak perlu lama-lama memaksakan senyum formalnya yang membuat pipinya ngilu.

Duchess Sheridan juga tidak terlalu banyak menghabiskan waktu di rumah, dia juga selalu menghadiri beragam acara formal seperti minum teh bersama, atau makan siang, atau sekedar mengobrol bersama kelompok ibu-ibu bangsawan lainnya.

Selain ayah dan ibu angkatnya, Alianora juga jarang bertemu adik tirinya.

Semenjak pertemuannya pada malam itu, Alianora tidak pernah bertemu dengan Estelle lagi, tidak lebih tepatnya, dia sudah tidak pernah berbincang-bincang dengannya. Memang kalau hanya sekedar melihat, Alianora masih sempat bertemu dengannya ketika sarapan pagi, siang, dan malam di ruang makan. Ada kalanya juga mereka saling berpapasan di koridor, tapi  mereka hanya sekedar saling menyapa singkat saja, tidak sampai mengobrol ini-itu.

Alianora juga sama sekali tidak merasa aneh, sebab memang selama dia merasuki tubuh Thalia ini dia juga belum terlalu dekat dengan Estelle. Mau dia dekat atau tidak, itu tidak berdampak apa-apa pada Alianora.

Lagipula, kalau dilihat dari sisi positifnya, sebenarnya cukup masuk akal juga sejak hari sudah semakin dekat pasti persiapan Estelle untuk mengikuti Acara Pembaptisan terutama seleksi, juga semakin padat. Estelle akan tampil dengan membawa serta nama keluarga di punggungnya, tentu saja dia harus mempersiapkan diri dengan matang.

Kalau diambil dari sisi negatif, sebenarnya sama-sama masuk akal sejak 'kegagalannya' tadi malam Estelle mungkin butuh waktu untuk mengendalikan emosinya jadi tidak mungkin dia mau melihat wajah orang yang membuatnya naik darah.

Sejak malam itu, penilaian Alianora tentang Estelle langsung berubah drastis, dan dia juga sudah memasukan nama Estelle ke dalam daftar, nama-nama orang yang ingin cari masalah dengannya. Namanya berada langsung dibawah 'Nelly' dan 'Dolores'.

Terima kasih kepada pengalamannya selama seribu tahun berinteraksi dengan macam-macam makhluk, matanya sudah sangat tajam dan bisa menebak arti sesungguhnya dari perkataan orang lain, Alianora jadi mampu menilai seberapa buruknya penghinaan yang diterima-nya kala itu.

Dilihat dari gaya bicaranya yang lihai, kelihatan sekali kalau Thalia dan adiknya ini selalu berinteraksi seperti ini. Mungkin penghinaan yang sudah didengar oleh Thalia lebih parah dari ini, tapi dia tidak pernah menyadari apa-apa bahkan selama dua kehidupan sekalipun.

Alianora harus akui, walaupun kecil-kecil seperti itu tingkat kelicikannya sudah mampu membuatnya terkesan. Anak sepuluh tahun yang harusnya polos dan masih tidak tahu apa-apa, bisa menyembunyikan kebencian mendalam dengan sangat sempurna hingga orang lain tidak mungkin menyadari ada yang aneh jika tidak diperhatikan dengan baik

Kebencian. Estelle memang membenci sekaligus jijik padanya setengah mati. Alianora menyadari semuanya malam itu dari sorot matanya, bahwa dia ingin menempatkan kakak angkatnya itu di bawah sol sepatunya selamanya. Dia ingin kakak angkatnya merasa lemah, terhina, tidak berdaya, dan membenci dirinya sendiri seumur hidupnya. 

Pantas saja sampai akhir, Alianora tidak pernah menganggap dirinya penting, tidak pernah menganggap dirinya bisa, dan hanya bisa menerima keadaanya apa adanya.

Oh, memang tubuhnya tidak punya kemampuan sihir. Jadi mau bagaimana lagi?

Mungkin sudah takdir hidupnya untuk dikucilkan seperti itu.

Dengan munculnya pemikiran-pemikiran pesimis seperti ini yang membuat Thalia tidak pernah tahu kalau ketidakmampuannya dalam menggunakan sihir bukanlah bawaan dari tubuhnya. Sampai akhir, Thalia tidak pernah tahu kalau takdirnya yang sial bukanlah miliknya sendiri melainkan di tempa oleh seseorang melalui kutukan kuno terlarang.

Omong-omong soal kutukan kuno, Alianora berharap dengan Acara pemberkatan nanti, dia bisa mendapat sedikit pencerahan tentang siapa pelaku yang menanamkan kutukan pada Thalia. Memang saat itulah yang paling cocok untuk bertanya-tanya, sebab tidak hanya bangsawan Agris saja yang akan berkumpul, melainkan bangsawan dan juga turis-turis asing dari luar kerajaan akan hadir.

Lucu juga, Estelle dan Annabeth adalah satu hal, ditambah orang misterius yang mengutuknya, Alianora tidak mengira kalau Thalia yang lugu dan polos seperti ini bisa dibenci oleh banyak orang.

Sudahlah, mari kembali pada topik!

Sekarang paling tidak Alianora sudah mendapat gambaran secara umum kalau Estelle, si adik lucunya, ini adalah si muka dua yang handal. Meski untuk sekarang, gadis kecil ini masih bisa diatasi, Alianora tidak boleh lengah. Dia perlu berhati-hati ketika berinteraksi dengan orang seperti ini, tapi lebih dari itu, kalau bisa dia tidak ingin berurusan dengannya, sebab dia tidak ingin repot-repot.

Kira-kira itu saja kegiatan sehari-hari keluarga Sheridan seminggu sebelum Pesta Cahaya. Alianora sendiri, selain sesi 'pemulihan mental'nya bersama Dokter Vons yang jelas berisi tentang mendengar ceramah-ceramah motivasi spiritual dan beberapa pengetahuan dasar tentang ilmu medis.

Bisa dibilang waktu Alianora cukup lowong.

Akan tetapi, Alianora merasa hanya mendengarkan orang bercerita itu susahnya minta ampun juga. Kupingnya terasa hangat dan berdengung mendengar ribuan kata yang masuk sekaligus selama berjam-jam.

Itu juga salah Alianora sebenarnya, seharusnya di hari pertama dia tidak berbincang tentang pengetahuan pas-pasannya dalam bidang ilmu magis penyembuhan, dan menyinggung-nyinggung soal ensiklopedia tanaman herbal langka miliknya yang merupakan koleksinya selama seribu tahun(oh tentu saja tidak semua koleksi dia tampilkan, kalau tidak bisa-bisa Dokter Vons akan memanggilnya utusan dewa sungguhan setelah ini).

Berkat itu, Dokter Vons mulai menyebutnya anak berbakat dan menyuruhnya untuk masuk jurusan medis ketika masuk akademi nanti.

"Aku tidak menyangka nona muda ternyata selama ini nona muda telah menyembunyikan kemampuannya! Jika Anda berkenan, saya bisa saja menulis surat rekomendasi ke akademi medis terbaik se-Agris, saya yakin mereka pasti akan menerima Anda! Tuan Duke dan Nyonya Duchess juga pasti bangga!"

Alianora membalasnya dengan tertawa kecil sambil berharap kalau Dokter cerewet ini tidak bilang macam-macam pada ayah angkatnya itu.

Oh ya, omong-omong, Dokter Vons juga sudah mendengar tentang berita anak misterius dengan otak encer yang sempat membuat geger di pasar Kota Sheridan beberapa hari lalu.

Dia tidak tahu latar belakang anak itu, namun dari cara dia melirik Alianora dan memancing Alianora berbicara, Alianora memiliki firasat kalau dia entah bagaimana, menduga kalau itu adalah Alianora. Ah, tidak, rasanya dia lebih berharap kalau itu adalah Alianora.

Alainora tidak mengira kalau akan ada orang yang bisa menghubungkan anak misterius itu dengan Alianora.

Kalisto itu satu hal, tapi harusnya tidak semudah itu tidak semudah itu bagi orang lain. Lagipula, ciri-ciri yang disebutkan tidak begitu spesifik, seperti rambut perak yang merupakan warna rambut yang tidak begitu langka di Kerajaan Agris.

(Rambut perak memang tidak langka, namun rambut perak kebiruan hanya dimiliki oleh Alianora saja. Orang-orang tidak terlalu memperhatikan dengan jelas penampilan Alianora saat itu dan hanya mengingat warna rambutnya yang bercahaya keperakan ketika terpapar sinar matahari, makanya mereka menyembutnya berambut perak.)

Alianora jelas senang ketika orang-orang mulai mengakui kehebatannya, namun saat ini dia tidak ingin atensi yang tiba-tiba melimpah seperti ini. Kalau bisa, perlahan saja tidak masalah, agar tidak menimbulkan kecurigaan. Gambaran Thalia di mata para bangsawan adalah sebagai gadis bodoh yang penakut dan canggung, tidak mungkin bisa berubah menjadi anak jenius pemberani hanya karena hilang ingatan saja.

Untuk itu, Alianora berharap berita tentangnya ini cepat padam, dan tidak menyebar luas seperti pandemi.

Ternyata, semuanya tidak terjadi seperti yang Alianora harapkan.

Berita itu bukannya tambah surut, melainkan bertambah besar bak gelombang pasang yang membanjiri Kerajaan Agris begitu cepat sampai ketika hari Pesta Cahaya pun tiba.

Selain orang-orang yang mengumbar-umbar tentang perasaan gembira dan antusiasnya dalam Pesta Cahaya tahun ini, topik tentang anak misterius itu masih panas dibicarakan, bahkan sampai di ibu kota. Dalam pergaulan kelas atas, para bangsawan juga sedang membicarakan ini, mengira-ngira kira-kira isentitas anak misterius itu dari keluarga siapa(para bangsawan meyakini kalau si anak misterius itu adalah putri seorang bangsawan).

Mereka juga tidak sabar untuk mengungkap kebenaran dibalik si anak misterius saat acara pemberkatan nanti.

Selain para bangsawan, banyak profesor-profesor di akademi-akademi terkenal mengincar anak itu juga. Mereka yang biasanya nongol untuk mencari benih-benih berbakat pada acara pemberkatan setiap tahunnya, kali ini sangat tidak sabar untuk bertemu dengan si anak jenius itu.

Tidak peduli bangsawan atau bukan, mereka ingin mengundang anak itu untuk menjadi murid akademi mereka masing-masing.

Akan tetapi mereka jelas tidak tahu kalau si anak jenius yang sangat ingin mereka temui saat ini sedang duduk di depan cermin rias dengan mata memerah dan setengah terbuka, jelas masih sangat mengantuk.

Mary dibelakangnya sedang menyisir rambut perak kebiruannya yang bersih dan lembut sehabis dikeringkan, berpikir untuk mengikatnya sebagian atau mengepangnya, ketika dia melihat wajah sayup-sayup nona mudanya dengan kepala yang hampir jatuh ke depan, dia segera menempatkan tangannya pada dahi nona mudanya, menyenderkan kepalanya pada perutnya dengan aman.

"Huh, Nona, Anda benar-benar menganggetkan saya." ujar Mary sambil mengelus dadanya. Dia membuka matanya untuk melihat Alianora yang menggosok sebelah matanya tanpa rasa bersalah, "Bangunlah, nona. Saya tahu Anda masih ngantuk, tapi Anda tidak boleh sampai tertidur. Bagaimana kalau itu tadi terjadi saat di Katedral nanti?"

"Uhh...," Alianora menarik kedua tangannya ke atas dengan puas, "mau bagaimana lagi? Siapa suruh acaranya dimulai sepagi ini, sudah jelas aku masih ngantuk! Dan lagi, kenapa juga harus jam enam pagi? Apa dewa tidak akan menurunkan berkat jika itu di mulai agak siang, misalnya jam sembilan begitu? Biar kuberitahu, para dewa-dewi itu bukanlah morning person seperti yang kalian bayangkan, jam segini jelas mereka masih memeluk guling mereka yang penuh iler."

"Nona, seperti yang sudah saya sampaikan kemarin, kalau acaranya memang dimulai pukul sembilan pagi namun para bangsawan diwajibkan untuk mengikuti misa pagi terlebih dahulu."

Mary menggelengkan kepalanya, akhirnya memutuskan untuk mengepang rambut Alianora membentuk bando melingkari kepalanya, dan mengambil pita-pita biru kecil untuk disematkan sebagai dekorasi. "Dan juga nona, Anda tidak boleh berbicara begitu tentang dewa-dewi di depan umum."

Alianora memutar bola matanya, dan mengangguk seadanya. Dalam hati dia menggerutu, hmph, aku hanya bicara fakta. Memang mereka itu tidak ada bagus-bagusnya, juga!

Belakangan ini, setelah Alianora menetapkan kemauannya untuk mengikuti acara pembaptisan, Mary sempat memperkenalkan secara singkat tentang surga dan juga dewa-dewi yang dikenal dan dihormati oleh bangsa manusia.

Ringkasnya, selain Dewa cahaya Ilios, ternyata masih ada tiga dewa-dewi lain yang dihormati oleh penduduk bumi ini. Sama seperti Kerajaan Agris, tiga dewa-dewi itu dipercaya sebagai pelindung dari tiga kerajaan terbesar yang mewakili bagian utara, selatan, dan timur. Selain itu, ada juga beberapa dewa-dewi kecil atau minor god yang masih disembah tersendiri berdampingan dengan dewa-dewi utama atau major god mereka.

Intinya, tidak ada satu pun makhluk surga yang tidak memiliki penggemar disini. Paling tidak satu atau dua orang penggemar untuk satu dewa/dewi, tidak peduli apakah dia terkenal atau tidak.

Mendengar omongan Alianora yang jelas melecehkan para dewa itu pasti tidak diterima baik oleh orang-orang, terutama para kaum bangsawan yang terkenal sangat 'religius'. Mary khawatir, karena kesalahan kecil ini, nona mudanya bisa semakin dikucilkan ditengah kaum elit.

"Nona, jika Anda berada diluar nanti, Anda harus lebih berhati-hati. Perhatikan selalu sikap dan perkataan Anda, sebab para bangsawan sangat memperhatikan hal itu."

Tidak boleh lengah ketika sedang menghadapi para bangsawan, sebab diantara para bangsawan yang ada dalam kelompok masyarakat kelas atas pada dasarnya saling bersaing dan mengkalkulasi setiap pergerakan satu sama lain. Semuanya egois, lebih mementingkan diri sendiri, dan juga memiliki sifat bersaing yang tinggi.

Jika mereka melihat ada kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka masing-masing, mereka akan mengambil itu apapun yang terjadi.

Kalau melihat ada yang lengah dan bisa ditumbangkan, mereka akan melakukannya tanpa ampun.

Jadi jangan pernah mengartikan omongan para bangsawan lurus-lurus, karena maksud mereka tidak pernah selurus apa yang diucap oleh mulut manis mereka.

Alianora menggerakan kepalanya ke kanan dan kekiri untuk melihat hasil kepangan diatas kepalanya yang sempurna, sambil menyahut, "Aku tahu, tenanglah."

Setelah semua dandanannya selesai, Alianora bangkit berdiri untuk merapikan gaunnya.

Pagi ini, gaun yang dikenakan Alianora merupakan gaun baru yang dia beli beberapa hari lalu, sudah dia siapkan dan pisahkan dari gaun-gaun baru lainnya.

Gaun itu adalah gaun tanpa kerah dengan bagian pundak setengah terbuka, lengannya pendek dengan renda-renda putih yang berkibar bebas, masing-masing dihiasi oleh pita biru tua kecil pada ujungnya.

Bagian pinggangnya dililit oleh pita biru sedang yang tidak terlalu mencolok namun cukup menarik perhatian, roknya terdiri dari dua susun, mengembang berwarna sebiru lautan dengan aksen ukiran keemasan yang simpel namun elegan pada lekuk-lekukannya, jatuh dengan sempurna pada lututnya.

Dia menggunakan aksesoris kalung perak bertatahkan permata biru muda selaras dengan warna netranya, serta aksesoris pita yang melilit kepangan pada rambut peraknya yang kinclong diakhiri oleh jepit bunga mawar biru tua yang indah.

Rambutnya yang sebahu setengah terurai, setengahnya lagi dikepang berbentuk bando disekeliling kepalanya, kulit putih bersih dan lembut itu membuat wajah yang sudah cantik itu tambah bercahaya.

Alianora menggerakan sepasang manik biru peraknya yang jernih mengkristal, memeriksa bayangannya dicermin apa ada yang kurang atau tidak, namun semuanya mantap. Dia sudah berhasil menyulap dirinya sendiri menjadi seorang putri bangsawan dengan penampilan yang tidak kalah modis, tidak berlebihan, pastinya cukup formal dan elegan. Cocok untuk acara-acara sakral seperti sekarang.

"Nona, Anda cantik sekali."

Dari pantulan cermin, Mary menatap sosok Alianora dengan pandangan berbinar-binar sambil tersenyum.

Melihat tatapan kagum dari pelayan pribadinya itu, Alianora hanya balas mengangguk lalu mengangkat bahu, jelas mengatakan kalau itu sudah pasti!

"Oke sekarang semuanya sudah beres, aku berangkat."

Mary yang sudah selesai membersihkan peralatan dandan dan menyimpan kotak-kotak aksesoris dengan rapi, mengangguk dan menuntun nona mudanya keluar kamar.

Sembari berjalan, Mary tidak ada henti-hentinya menasehati Alianora untuk selalu berhati-hati, dan mendoakan nona mudanya agar tidak sampai terjebak masalah. Lebih tepatnya dia harus bisa mengontrol emosinya agar tidak sampai dapat masalah.

"Nona, ingatlah Anda tidak boleh termakan oleh omongan mereka. Tidak boleh bertindak kasar dengan anak bangsawan lain, tidak peduli apa yang mereka katakan. Nona harus bersabar."

"Mary, aku curiga apakah saat ini kau sedang mengkhawatirkanku atau mengkhawatirkan anak-anak bangsawan yang mungkin cari masalah denganku nanti?"

Alianora berjalan menyusuri koridor sambil melirik Mary dan mendengus.

Tanpa berpikir sejenak, Mary langsung menjawab dengan wajah serius.

"Tentu saja aku mengkhawatirkan anak-anak bangsawan itu."

Alianora, "...."

Sebenarnya kau ini pelayan pribadiku atau bukan?!

"Oh tapi nona, saya mengkhawatirkan itu karena saya takut Anda mendapat masalah lebih besar nanti. Para bangsawan tidak akan tinggal diam ketika melihat anak mereka terluka barang sedikitpun."

Melihat dari tingkah Alianora semenjak dia sembuh dari sakit jiwanya, Mary perlahan-lahan dapat menarik kesimpulan tentang sifat baru nona mudanya. Pertama dirinya sendiri, lalu Dolores dan juga para pelayan senior, yang terakhir adalah pedagang kaki lima yang mereka temui di pasar kota beberapa hari lalu, nona mudanya memberi mereka pelajaran satu-persatu karena sudah meremehkannya dan itu jelas bukan main-main.

Jika ada orang lain yang berani menghinanya, mengganggunya, atau mempermalukannya, Mary yakin nona mudanya tidak akan menahan diri untuk mengatasi itu semua sendirian dengan cara yang paling brutal.

Alianora mengerti alasan Mary, tapi tetap saja mendengar secara langsung dari mulut pelayan pribadinya sendiri kalau dia lebih takut Alianora mengapa-apakan anak orang lain ketimbang sebaliknya, Alianora tidak bisa untuk tidak tercengang sesaat.

Memangnya gambaran Alianora dalam kepala Mary itu seperti apa? Monster yang siap mengamuk kapan saja?

"Mary, kau tahu kan aku tidak bisa menggunakan sihir, sedangkan anak bangsawan lain yang seumuran denganku semuanya bisa." Kalau seandainya Alianora melawan mereka, kira-kira ssiapa yang akan terlihat lebih teraniaya?

Mary nampak terkejut sedikit dan mulai berpikir sejenak dengan wajah serius. Alianora berpikir kalau dia berhasil menyadarkan otak pelayan pribadinya yang konslet sebelum dia mendengar jawaban selanjutnya.

"Hm, ini pertanyaan yang sulit. Meski begitu, aku memiliki firasat bahwa nona yang akan menang."

Alianora melongo, "...."

Wahai pelayan pribadiku yang baik dan tidak sombong, kalau kau ingin menyamakanku seperti monster itu tidak masalah tapi tolong, logikamu jangan dibuang, oke?

Saat Alianora ingin mengatakan satu-dua oatah kata pada Mary untuk mencerahkan kembali akal sehat pelayannya itu, tiba-tiba dia mendengar suara langkah kaki yang cepat dari arah depan, bersamaan dengan sebuah suara yang menggema, "pelan-pelan, nona!"

"Huh? Nelly, bagaimana bisa aku pelan-pelan?! Sebentar lagi akan berangkat, dan aku belum menyapa kakakku. Itu semua salahmu karena tidak membangunkanku lebih awal, hmph!"

Suara girang dan ringan yang keluar setelah itu menggema semakin dekat, dan tanpa butuh mendengarnya dua kali Alianora sudah bisa menebak pemiliknya.

Dari ujung belokan, tampaklah sudut rok putih yang setiap lapisannya dikelilingi oleh renda-renda perak yang mengkilat. Alianora memperhatikan sosok itu semakin mendekat sampai seluruh tubuhnya kelihatan.

Seorang anak kecil yang sepantaran dengannya mengenakan gaun putih-merah muda berenda yang menjuntai sampai ke lututnya.

Bagian bahunya sedikit terbuka dihiasi oleh pita merah besar ditengahnya, dan juga beberapa pita merah kecil mengapitnya, lengannya pendek tersusun oleh renda-renda rapi yang lucu, dan roknya berlapis-lapis dihiasi oleh motif bunga-bunga mawar putih timbul yang timbul dengan permata kunzite yang indah.

Sungguh gaun yang sangat lucu dan menarik perhatian, apalagi dipadukan oleh wajah berseri dan senyuman manis dari sang pemilik, dengan rambut pirang yang diurai dihiasi rantai-rantai kristal berkilauan itu, sosok adik angkat yang saat ini tengah berdiri lurus dihadapannya jelas terlihat seperti putri dari sebuah kerajaan saja.

"Selamat pagi kak! Wah kakak hari ini cantik sekali!"

sahut Estelle sambil mengatupkan kedua tangannya dengan kagum.

Alianora masih sedikit terkejut ketika mendapati Estelle yang perlahan mendekatinya sambil tersenyum ramah. Tidak sampai beberapa saat kemudian, barulah Alianora mendapatkan kembali ketenangannya dan balas tersenyum, "Ah, makasih Elle. Elle juga cantik sekali hari ini."

Setelah sekian hari hanya sebatas bertegur sapa dengan formal, baru kali ini Estelle datang sendiri dan berperilaku seperti tidak terjadi apa-apa. Alianora tidak tahu apa yang ada dalam kepala kecilnya itu, apa dia pikir Alianora sudah melupakan kejadian malam itu sepenuhnya?

Dibelakangnya, Mary berpaling melihat Nelly yang berdiri dibelakang Estelle dengan patuh, tanpa sadar pandangan mereka berdua bertemu.

Mary mengangkat kedua alisnya, sama sekali tidak menyangka kalau Nelly juga melihatnya, namun keninganya segera mengkerut ketika mendapati Nelly sedang tersenyum mengejek, bukan hanya kepadanya bahkan juga kepada nona mudanya yang sedang tidak memperhatikan.

Dalam hati Mary ingin sekali menampar wajah Nelly saat itu juga karena sudah berani memberikan tatapan tidak sopan pada nonanya.

"Kebetulan sekali kak, aku tadi datang untuk menjemput kakak. Kalau begitu ayo kak kita jalan bersama!"

Estelle meraih tangan Alianora dan menggenggamnya sembari berjalan disamping Alianora.

Saat berjalan, Alianora dan Estelle sama sekali tidak berbicara sepatah katapun. Alianora saat itu juga tidak lagi memikirkan Estelle di sampingnya, melainkan tentang apa yang akan terjadi di acara pemberkatan nanti, atau kalau saat misa nanti apa dia juga ikut menyanyikan puji-pujian kepada si Dewa Cahaya Ilios itu atau tidak.

Uh...dia berharap itu tidak akan terjadi, jika tidak, dia pasti akan kehilangan wajah di surga, bumi, dan juga dunia roh!

"Kak?" Alianora tersadar lalu menoleh kesamping mendapati adik tirnya yang tengah tersenyum tapi sama sekali tidak melihatnya.

"Ada apa?"

"Kejadian malam itu...aku sungguh minta maaf."

??

Maksudnya apa ini?

Alianora menyipitkan matanya, "huh? kenapa Elle minta maaf?"

Estelle menunduk dengan sudut bibir yang menurun, "malam itu Elle memberikan sekotak jepit rambut pada kakak tanpa tahu kalau kakak ternyata sudah punya banyak. Elle tahu, pasti kakak berpikir kalau Elle sengaja melakukannya untuk menghina kakak tapi Elle sama sekali tidak bermaksud yang aneh-aneh. Tidak apa-apa, Elle paham, disini Elle yang salah jadi kakak maafkan Elle ya?"

Alianora menatap manik biru tua yang berair serta kedua alis yang menurun, orang-orang yang melihat wajah ini pasti tidak tahan untuk mememeluk dan memaafkan apapun kesalahan yang diperbuat oleh malaikat kecil ini tapi Alianora tentu tidak tersentuh. Otaknya malah berputar mencoba mencari apa isi pikiran anak perempuan licik didepannya ini.

Alianora tersenyum tipis, "tidak, Elle tidak bersalah apapun. Kakak juga tidak marah, malah kakak yang harus minta maaf karena tidak bisa menerima hadiah yang sudah Elle siapkan dengan susah payah iya kan?"

Elle tersenyum lebar, "begitu ya. Makasih kak, kakak sangat baik pada Elle."

Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai didepan ruang makan.

"Kak, berita yang kakak maksud malam itu, Elle sudah tahu."

Alianora mengangkat sebelah alisnya, "Oh?"

"Iya, gadis kecil misterius berambut perak yang memenangkan hadiah uang lima juta sol itu...kakak kan? Lagipula orang berambut perak yang aku tahu cuma kakak."

"Tidak juga Elle. Rambut perak di Kerajaan Agris itu banyak."

"Ya, setidaknya yang ada di Kota Sheridan ini cuma satu. Sudahlah kakak tidak perlu menutupinya lagi dari Elle, Elle sudah tahu."

Alianora tidak menjawab, jelas tidak peduli.

"Tapi kak, Elle jadi ingat perkataan kakak. Kakak memang sudah berubah."

"Dulu, kakak tidak mungkin berani tampil didepan banyak orang seperti itu, apalagi adu pengetahuan seperti itu. Kakak yang kukenal sama sekali...tidak memiliki kemampuan seperti itu."

Alianora menoleh pada Estelle, namun Estelle terus menunduk sehingga Alianora tidak bisa melihat dengan jelas ekspresi pada wajahnya saat itu selain senyum tipis pada bibirnya.

"Perubahannya jauh sekali, sampai Elle sendiri masih tidak percaya sampai sekarang. Apa mungkin sifat orang yang lupa ingatan dapat berbeda jauh dari sebelumnya?"

"Atau mungkin sifat kakak yang kukenal dulu bukan sifat kakak yang asli?"

"Lalu, bagaimana dengan pengetahuan tentang inti kehidupan monster itu? Elle ingat kakak tidak pernah menyentuh buku-buku ilmu pengetahuan sebelumnya, terus kakak...tahu dari mana? Apa mungkin karena hilang ingatan itu...bisa menambah pengetahuan yang harusnya tidak ada? Atau kakak menyembunyikan pengetahuan kakak ini dari awal?"

Estelle melirik wajah Alianora yang terpaku menatapnya datar dan hanya sedikit mengernyit, tidak bicara apapun jelas menunggunya selesai bicara, melihat ini dia membuka mulutnya kembali.

"Ah, tidak mungkin. Elle adalah orang yang paling dekat dengan kakak. Elle tahu betul tentang kakak, dan Elle tidak mungkin salah mengenal kakak. Sama seperti sekarang, iya kan kak?"

Alianora membalas dengan serius, "apa yang mau kau katakan?"

"Oh tidak ada, kak. Elle hanya mau memastikan kalau Elle masih mengenal kakak, dan kakak masih tetap kakak Elle yang dulu atau tidak. Itu saja."

Alianora tidak bicara, dan terus memandangi wajah Estelle yang tersenyum seperti biasa padanya. Akan tetapi, jantung Alianora mulai sedikit berdegup lebih cepat, pikirannya penuh dengan kemungkinan kalau Estelle sudah mengetahui kalau yang dalam tubuh ini bukan kakaknya lagi.

Dia sedikit meragukan kemungkinan itu, karena penyamarannya ini tergolong mulus, apalagi seorang anak kecil sepuluh tahun yang masih tidak tahu apa-apa. Lagipula, tidak ada mantra yang bisa membuat roh orang lain mengambil alih tubuh seseorang, bahkan dirinya sendiri sebagai dewi perang sempat kaget dengan situasinya sendiri.

Alianora tidak sadar kalau dia masih melamun dengan ekspresi serius itu untuk beberapa saat, sampai Estelle tiba dihadapannya dan mendekatkan wajahnya kearahanya. Senyuman di wajahnya melebar, namun manik biru tuanya sama sekali gelap dan tajam.

"Kak, kita sudah sampai di ruang makan sekarang. Ayo masuk, atau kita akan terlambat."

1
Karlina Lia
Thorr, itu mereka ngapain ada crot, crat nya, kasih penjelasan dongg, jadi penasaran 😭
Karlina Lia
gilaaa, keren banget tata bahasanya 😍
Amelia
pasti panas sekali 😕😕
1vhy
keren thor pengenalan di sini sangat ringan, gasken
1vhy
fighting, tulisanmu sangat bersinar


don't forget to feedback ❤❤❤✨
PRIYN_027
ceritanya menarik sekali thor😆

mampir juga di karyaku ya thor
Syiffitria
kaaa aku mampir nih /Smile/ mampir juga yuk di karya aku :))
angel
udah mampir nih.. ke aku juga
Arvilia_Agustin
Sudah mampir ni ka, Mampir juga ya di karyaku "Wanita Tangguh"
1vhy
feedback ya thor, makasih
Ai
sudah mampir.
mampir di karyaku juga
Amelia
semangat terus ❤️❤️❤️
Amelia
❤️❤️❤️👍👍😊
Amelia
semangat terus ❤️❤️❤️😊
Amelia
semangat ❤️❤️❤️❤️
Amelia
❤️❤️❤️❤️❤️👍👍👍
Amelia
❤️❤️❤️❤️👍
Ryaici Saristi
semngat
Lala tsu
thor mau lapor like dan comend Uda parkir,kalau ada waktu yuk saling dukung.
Dan Jak
World building, karakter 0 to hero, ini bakal menarik nih.

Gas terus Thor!

Jangan lupa berkunjung juga ke naskah saya. Saling dukung kita!
Pena Fantasy: haloo, mencari novel serupa dengan Mc zero to hero? di sini juga ada, silahkan mampir:)🙏🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!