CINTA Yang Tak DIRESTUI

"Nabila!"

Lalu orang yang di panggil pun berbalik dan membuat Vina terkejut.

"Iya, Mbak manggil saya?"

"Eh, maaf saya salah orang. Saya kira kamu orang yang saya cari," Ucap Vina.

"Oh iya, tidak apa-apa. Maaf ya saya mau lanjut kerja," ucap Rani.

"Iya, sekali lagi saya minta maaf," lalu Vina meninggalkan dapur dengan rasa kecewa.

"Aduh Rani, kamu hampir buat jantung aku copot loh. Aku kira tadi Nabila, entah apa yang perempuan itu mau dari Nabila," ucap Doris.

"Gimana? Bagus kan rencana aku. Biar dia nggak kesini lagi dan mencari Nabila. Untung tadi Ani kasih tau aku kalau ada yang nyari Nabila."

"Gokil banget, tadi aku kira beneran Nabila loh."

Fisik Rani dan Nabila yang nyaris sama membuat Rani mempunyai ide untuk menyerupai Nabila, hanya merubah gaya rambut saja Rani sudah terlihat mirip Nabila jika dilihat dari belakang.

"Baiklah, aku akan panggil Nabila dulu!" lalu Doris ke kamar belakang untuk memangil Nabila.

"Gimana sudah aman, kan?" tanya Nabila

"Aman, kamu tenang saja. Semoga perempuan tadi tidak akan datang lagi."

Lalu Nabila dan Doris berjalan beriringan menuju kafe. Setelah itu mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Sudah 3 bulan Nabila bekerja di kafe milik Meta. Waktu sungguh tak terasa, karena Nabila merasa nyaman dan bahagia berada di tempat ini. Teman-temannya semua baik, juga pemilik kafe tersebut. Tidak ada rasa iri dengki di tempat ini.

Semua baik bagaikan keluarga. Kerena nasib meraka tidak berbeda jauh. Mereka sama-sama orang yang kurang beruntung, jadi mereka dapat merasakan perasaan satu sama lain.

Sementara Aldi masih saja sibuk dengan pekerjaannya. Sifatnya yang cuek dan terkesan dingin membuatnya tidak memiliki teman dekat, apa lagi perempuan. Hari-harinya dihabiskan dengan bekerja dan bekerja, hanya ada Rio sang asisten yang selalu ada di sisinya.

Dan Aditya masih saja mencari kebenaran Nabila di sela-sela kesibukannya. Aditya sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya, karena dia mendapat dukungan penuh dari Vina. Vina selalu ada untuk membantu Aditya.

***

Pada suatu hari, Nuri bertekad untuk langsung bicara pada kakaknya mengenai Nabila. Nuri datang ke kantor Aldi tanpa memberi kabar lebih dulu.

"Kak Aldi ada di dalam?" tanya Nuri pada sekertaris yang ada di depan ruangan Aldi.

"Ada Mbak, langsung masuk saja, tadi pak Aldi baru selesai rapat," ucap Susi ramah karena sudah mengenal Nuri.

"Oke, terimakasih ya!"

Lalu Nuri mengetuk pintu sebelum masuk. Saat melihat siapa yang datang, Aldi merasa terkejut.

"Ada perlu apa kamu kesini?" tanya Aldi yang masih sibuk dengan berkas-berkas ditangannya.

"Kok gitu sih Kak, kayaknya nggak suka banget di kunjungi adiknya," protes Nuri.

"Kan nggak biasanya kamu kesini. Jujur saja kamu mau apa?"

"Ish, jutek banget punya Kakak."

"Kalau nggak ada perlu pulang saja, aku masih sibuk."

"Iya iya, aku kesini mau ngomong sesuatu sama Kak Aldi."

"Ngomong apa?"

"Ini tentang Nabila."

Lalu Aldi langsung meletakkan berkas ditangannya dan memperhatikan Nuri.

"Nabila yang kerja di kafenya Meta?" tanya Aldi.

"Iya Kak."

"Dia kenapa?" tanya Aldi yang mulai tertarik dengan apa yang dibicarakan Nuri.

"Nabila itu seperti kita, yatim piatu. Yang lebih menyedihkan lagi adalah dia tidak mempunyai keluarga satupun di dunia ini. Kita lebih beruntung karena masih punya saudara dan harta peninggalan orang tua, sedangkan Nabila tidak mempunyai apapun dan siapapun," ucap Nuri panjang lebar.

"Terus, tujuan kamu cerita ke aku untuk apa? Kan dia sudah punya pekerjaan, lagian di sini nggak ada lowongan pekerjaan."

"Astaga, kenapa Kak Aldi nggak peka sih?" geram Nuri.

"Lalu aku harus bagaimana?"

"Jadikan dia kakak ipar aku Kak."

"Ngaco kamu, memangnya dia mau dengan ku?"

"Makanya deketin Kak, aku nggak mau nikah duluan sebelum Kak Aldi!"

"Oh, jadi kerena itu? Aku nggak masalah kok kalau kamu nikah duluan."

"Bukan gitu juga Kak, aku mau pastikan Kakak bahagia dulu. Baru aku menikah."

"Aku selalu bahagia kalau kamu bahagia," ucap Aldi.

"Kakak selalu memastikan kebahagiaanku lebih dulu. Sekarang giliran ku untuk memastikan Kak Aldi bahagia. Pokoknya aku nggak mau nikah sebelum Kak Aldi nikah."

"Kamu jangan keras kepala, menikah itu bukan hal main-main. Untuk saat ini aku belum berpikir untuk menikah, tapi kalau kamu sudah siap kamu boleh menikah dulu, aku percaya Doni bisa membahagiakanmu."

"Aku hanya ingin melihat Kak Aldi bahagia. Nabila perempuan yang baik, aku yakin Kak Aldi akan bahagia bila bersamanya."

"Sudahlah, lihat saja nanti."

"Pokoknya mulai sekarang dekati Nabila. Kak Aldi juga harus melindungi Nabila, entah kenapa aku sangat menyukainya dan merasa dekat dengannya."

"Sudahlah aku masih sibuk, sebaiknya pulang sekarang!"

"Baiklah, aku pulang. Tapi pikirkan semua kata-kataku tadi."

Lalu Nuri segera pulang, karena sebentar lagi dia ada janji makan siang dengan Doni.

Setelah Nuri pergi, Aldi memikirkan apa yang dikatakan oleh Nuri. Sebenarnya Aldi juga merasa ada sesuatu dengan Nabila, Aldi sangat yakin pernah melihat Nabila, tapi dia lupa kapan dan dimana.

Saat jam makan siang Aldi memutuskan pergi ke kafe Meta. Tujuannya tentu saja untuk bertemu Nabila.

Saat baru masuk ke dalam kafe, terlihat kafe sedang sangat ramai, mungkin karena jam makan siang.

Aldi mencari tempat kosong, dan segera duduk setelah menemukannya.

Tak lama Lina menghampirinya.

"Mas Aldi mau pesan apa?" tanya Lina.

"Aku mau cappucino dingin," ucap Aldi.

"Makanannya apa?"

"Itu saja dulu."

"Baiklah, tunggu sebentar ya Mas."

Setelah Lina pergi, Aldi terus saja memperhatikan Nabila yang sedang sibuk melayani pelanggan. Aldi masih saja bertanya-tanya dimana dia pernah melihat Nabila.

"Lihatnya gitu banget Mas," tegur Lina sambil meletakkan pesanan Aldi.

"Hmm, nggak kok." elak Aldi.

"Kalau memang iya juga nggak apa-apa kok Mas, mumpung masih jomblo," ucap Lina.

"Maksud kamu apa?"

"Ya maksudnya mumpung Nabila masih jomblo boleh di lihatin, tapi kalau sudah punya pasangan ya jangan ,Mas."

"Maksud kamu apa sih?"

"Maksud saya, Nabila sekarang lagi ada yang deketin. Jadi bisa saja setelah ini dia nggak jomblo lagi. Ya sudah saya permisi," ucap Lina sambil menahan senyum, karena dia hanya mengarang cerita. Lina tau kalau selama ini Aldi sering memperhatikan Nabila.

Aldi yang percaya dengan ucapan Lina merasa tidak terima dan marah. Entahlah, sebenarnya seperti apa perasaannya pada Nabila.

Tak lama seseorang yang Aldi kenali datang menghampirinya.

"Hai bro, apa kabar? Sendirian aja nih?" sapa Roy, tunangan Meta.

"Aku baik, kamu sendiri bagaimana?"

"Aku juga baik, sebentar aku hubungi Meta dulu."

Lalu Roy menghubungi meta.

"Sayang, aku di depan bersama Aldi."

"-

"Baiklah," lalu Roy menyimpan ponselnya. Tak lama Meta keluar dari ruangannya.

"Kok kalian bisa barengan," tanya Meta.

"Nggak kok, tadi Aldi sudah di sini saat aku datang," ucap Roy.

"Kok kamu nggak ngabarin aku, Al?"

"Aku hanya mampir saja kok," ucap Aldi

"Ya sudah, kita makan siang bareng ya," ucap Meta. Lalu mereka segera memesan makanan.

Rencana Aldi untuk bertemu dengan Nabila gagal kali ini. Mungkin Aldi datang di waktu yang tidak tepat, karena Nabila sangat sibuk saat jam makan siang.