Love Melody

Sinar mentari pagi berhasil menerobos masuk jendela kamar yang di tempati oleh Sefa. Terlihat seorang gadis yang masih begitu nyenyak dalam tidurnya di tambah kali ini ia tidur dalam hangatnya pelukan seorang pria yang begitu di cintai nya.

Alan yang telah membuka matanya terlebih dulu perlahan melepaskan tangan Sefa dan membenarkan kepalanya ke atas bantal yang semula tidur di atas dada nya. Pria itu segera beranjak dan bergegas ke kamar mandi.

Tidak lama ponsel Sefa berdering, sebuah panggilan masuk dari sang mama. Gadis itu meraba meja yang berada di samping ranjangnya untuk mengambil ponsel yang sedari tadi berdering. Dengan mata yang masih tertutup Sefa menerima panggilan tersebut dan berbincang beberapa patah kata.

Selesai menerima panggilan dari mama nya, Sefa kembali menaruh ponselnya dan melihat sekeliling kamar untuk mencari sosok pria yang semalam menemaninya. Walau tadi malam tidak terjadi apapun diantara keduanya namun itu menjadikan pengalaman indah untuk Sefa karena pertama kalinya ia tidur di temani oleh pria yang di cintai serta di kagumi nya itu.

Gadis itu meregangkan tubuhnya, rasanya malas untuk pergi ke sekolah hari ini. Di tengah sedang meregangkan tubuhnya seseorang membuka pintu dan terlihat sosok pria yang di carinya berdiri disana dengan pakaian yang telah rapi.

"Kau sudah bangun?" Tanya Alan menghampiri Sefa.

Ia mengangguk menyahuti pertanyaan Alan. "Mandi lah, aku udah siapkan sarapan untukmu." Ucap Alan seraya mengusap kepala Sefa.

Sefa langsung beranjak menuju kamar mandi, sementara dengan Alan menunggunya di ruang makan. Hanya butuh waktu 30 menit Sefa menyelesaikan semuanya ia pun langsung keluar dan menemui Alan.

Pria itu menatap heran Sefa ketika ia melihat gadis nya tidak mengenakan seragam sekolah sampai akhirnya Sefa membuka mulutnya dan mengatakan bahwa hari ini dia izin untuk tidak pergi ke sekolah dengan alasan ingin menemui mama papanya.

"Baiklah jika seperti itu, aku akan mengantar mu pulang."

"Bukankah kau harus mengajar? Aku bisa ke rumah naik bus."

"Tidak, aku akan mengantarkan mu pulang masalah di sekolah aku bisa mengurusnya." Sahut Alan yang bersikeras ingin mengantar Sefa pulang.

Bukan karena hal lain melainkan ia takut jika Aidan mengusirnya kembali setidaknya ada orang yang akan membelanya karena ia tau posisi Merry yang selaku seorang ibu cukuplah serba salah.

Tidak ada alasan untuk menolaknya lagi akhirnya Sefa hanya bisa pasrah. Selesai dengan sarapannya mereka bergegas melakukan perjalanan menuju rumah Aidan. Dengan rasa yang cukup ragu Sefa menekan bell namun tidak ada sahutan dari dalam.

Sudah cukup lama ia berdiri di depan rumah itu tetapi tidak ada satu orangpun yang keluar dari sana. Sefa sedikit menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan rasa sedihnya dari Alan, ia pun memutuskan untuk kembali ke rumah tanpa ingin menunggu lebih lama lagi.

Siapa sangka disaat Sefa dan Alan melangkah menuju mobil terlihat dua orang yang berjalan menuju rumah Aidan dengan dua kantong keresek di tangannya. Sefa langsung memanggil Merry dengan sebutan "ma" hingga Merry dan Aidan menghentikan langkahnya dan melirik ke arah Sefa.

"Untuk apa dia berada disini?!" Ucap Aidan yang masih berdiam diri di tempat.

"Haishh.. apa kau sudah benar-benar memecat dia sebagai putri mu?" Sahut Merry yang berdecak kesal pada sikap suaminya.

Wanita yang tidak lagi muda itu bergegas menghampiri Sefa dan juga Alan, ia segera mengajak mereka untuk masuk kedalam rumah sampai Merry melupakan suaminya yang masih terdiam di luar.

Di dalam ruang tamu tidak hentinya Merry bertanya pada Sefa dan juga Alan mulai dari kabar sampai hubungan mereka saat ini. Walau status putrinya masih anak SMA tetapi impian Merry untuk mendapatkan seorang menantu dan juga cucu sangatlah tinggi. Bahkan jika perlu ia siap menikahkan putri semata wayangnya itu dengan Alan secepat mungkin.

"Berani sekali kau menginjakkan kaki di rumah ini." Ucap Aidan yang baru saja masuk dan memotong pembicaraan mereka.

"Pa, apa aku lupa jika aku ini putri kecil mu?" Sahut Sefa yang mencoba membuka pembicaraan dengan Aidan.

"Aku tidak punya putri kecil lagi disaat dia lebih memilih mimpinya yang tidak penting daripada menjadi seorang guru." Sahut Aidan yang ternyata masih marah pada Sefa.

"Ohh paman, lama tidak bertemu apa kau ingin minum teh?" Ucap Alan yang mencoba memecahkan suasana tegang di rumah itu.

Bukan mendapatkan respon yang baik tetapi juga Alan mendapatkan omelan yang keluar dari mulut Aidan. Sefa kembali membujuk papa nya dengan berbagai cara mulai dari menawari makanan kesukaan papa nya sampai mengajak nya liburan ke beberapa tempat, namun tidak ada satupun dari yang di tawarkan Sefa diterima oleh papanya.

Aidan lebih memilih untuk masuk kedalam kamar daripada harus berdebat lagi dengan putrinya. Melihat raut wajah Sefa yang kecewa, Merry segera menyambutnya dengan pelukan hangat seorang ibu.

"Mama janji akan membujuk papa kamu, percayalah suatu saat nanti ketika kamu berada di atas panggung yang megah suara tepuk tangan papa kamu yang akan terdengar begitu keras dengan teriakkan yang bangga akan putri nya." Merry membujuk Sefa agar tidak menganggap sikap papa nya itu dan memberi dukungan penuh untuk kesuksesan putrinya.

Sefa mengangguk dan duduk di samping mama nya, sementara Aidan yang mondar-mandir di dalam kamarnya sebenarnya ingin memeluk putri nya untuk melepas rasa rindu yang di pendam nya selama ini namun karena gengsi nya ia menahan semua itu dan memilih untuk diam.

Aidan membuka pintu sedikit dan mengintip mereka dari celah yang ada. Sebenarnya ia tidak benar-benar marah hanya saja masih sedikit kesal dengan Sefa yang keras kepala. Terdengar suara canda tawa dan senda gurau dari ruangan yang tidak begitu luas itu. Aidan yang mendengar nya pun ikut tersenyum dari balik pintu.

Sampai tidak sengaja Merry membuka pintu dan mendapati suaminya yang masih mengintip disana. Tentu saja hal itu di jadikan bahan tertawaan untuk Merry sendiri dan bahan gosip dengan putrinya.

"Sudah ku bilang hilangkan gengsi mu, sudah jelas kau merindukan dia masih saja sok jual mahal." Ucap Merry yang masuk kedalam kamar.

"Tidak ada yang merindukannya, aku hanya takut kalian membicarakan ku di belakang." Sahut Aidan yang langsung naik ke atas ranjang dan menarik selimutnya.

Padahal ini siang hari namun tingkah aneh nya itu sudah jelas bahwa dia sendiri mu karena ketahuan mengintip dan menguping oleh istrinya. "Panas hati begini pakai selimut ada-ada saja." Gumam Merry seraya tertawa kecil dan kembali keluar.

Tentu saja Merry akan menceritakan tingkah konyol suaminya itu pada Sefa agar putri nya mengerti bahwa Aidan tidak benar-benar terhadapnya. Mendengarkan cerita mama nya, Sefa tidak bisa menahan tawa lagi dengan sengaja ia tertawa lepas dan bicara agak sedikit kencang agar terdengar oleh Aidan sampai akhirnya ia pamit bersama dengan Alan.

"Paman percaya sama kamu Kalandra." Gumam Aidan yang melihat putrinya dari jendela kamar.

***