Jingga, Anak dari seorang konglomerat. Meninggalkan keluarganya demi menikah
dengan pria yang di cintainya.
Bukannya mendapatkan kebahagiaan setelah menikah, ia justru hidup dalam penderitaan.
Akankah Jingga kembali ke kehidupannya yang dulu atau bertahan dengan pria yang menjadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah dan Papa
Semenjak hari itu Aditya tak mau lagi kehilangan sosok putrinya, ia pun menahan malu dan memasang muka temboknya. Ia datang setiap pulang bekerja ke rumah Jingga, Jingga memang sudah mengizinkan dia untuk datang kapan saja untuk menemui Nabila seperti hari ini.
Awalnya Nabila tak mau pergi dengannya. Namun, ia bersama dengan bibi pengasuh bermain di taman, perlahan-lahan Nabila pun mulai ingin bermain dengan Aditya walau ia belum mau digendong, begitupun dengan hari kedua, ketiga dan bahkan kini sudah dua minggu berlalu akhirnya Aditya pun berhasil.
Kini Nabila mau digendong olehnya setiap ia bermain, mereka sekarang ini hanya berdua saja di taman, tak ada lagi bibi yang menemaninya seperti biasa. Jingga tak mau ikut menemani Nabila jika ia bermain dengan ayahnya.
Minggu ketiga, bukan hanya Aditya yang datang, tapi Ambar juga mulai mendekatkan diri. Memang itulah rencana mereka jika Nabila sudah dekat dengan Aditya, Ambar juga akan mulai mendekatkan diri menggunakan trik, ia membawa banyak mainan, ia juga tak mendekati Nabila sama seperti dulu, yang langsung dan dengan cara memaksa, kini ia perlahan mendekatinya.
Ambar berusaha sabar saat Nabila terus memeluk Aditya dan tak mau pergi dengannya. Namun, ia sama sekali tidak keberangkatan akan hal itu, melihat senyuman di wajah putranya sudah membuatnya bahagia.
Sebulan kini telah berlalu, waktu-waktu yang dilalui Nabila lebih banyak bersama dengan Aditya dan juga Ambar dibanding kebersamaan Jingga, Nabila dan juga Gantara.
Di saat Nabila bermain dengan ayah dan neneknya, Gantara mengambil kesempatan itu untuk membawa Jingga berjalan-jalan seperti saat ini.
Gantara berusaha untuk mendekati Jingga dengan membawanya ke wahana bermain layaknya seorang yang berpacaran, awalnya mereka tak tahu harus ke mana, Jingga yang merasa sudah lama tak melepaskan penat dengan berteriak lepas, memutuskan untuk bermain di wahana bermain tersebut.
Setelah memainkan beberapa permainan yang menguji adrenalin, akhirnya Jingga dan Gantara pun duduk di salah satu bangku, mereka memesan jus dan melihat yang lainnya masih bermain.
"Apa kamu bahagia?" tanya Gantara membuat Jingga pun mengangguk.
"Apa kamu tak masalah Nabila sedekat itu dengan mereka? Maksudku Aditya dan juga neneknya?"
"Aku sama sekali tak keberatan, malahan itu lebih baik, walau bagaimanapun tak ada mantan anak, Aditya berhak atas Nabila dan aku yakin walaupun Nabila menyayangi papanya, ia juga tak akan melupakanku sebagai ayahnya."
"Jika masalah itu sudah pasti Nabila akan menomor satukan kamu dibanding Aditya."
"Awalnya aku juga takut jika mereka terlalu dekat, tapi setelah aku pikir-pikir tak ada salahnya karena mereka juga keluarga Nabila, Ayah kandungnya. Aku pikir malahan itu lebih baik untuk kedepanmya, jadi saat besar nanti Nabila tak akan merasa jika ayahnya tak mengurusnya, sekarang dia punya dua ayah dan aku yakin walau Nabila sudah dekat dengan Aditya, tapi dia juga tetap menganggapmu sebagai ayahnya."
Mendengar penjelasan itu Gantara pun mengangguk, memang benar sebaiknya ia tak menyangkut pautkan masalah mereka pada anak itu, Nabila sama sekali tak tahu masalah tentang mereka dan biarkan lah ia tak tahu akan hal itu, biarkan Nabila menganggap ayah dan ibunya adalah orang yang terbaik di dalam hidupnya.
"Bagaimana? Apa kamu benar-benar sudah siap untuk menikah denganku? Menjalani rumah tangga bersamaku?"
"Iya, tentu saja. Aku ingin memulai semuanya dari awal, aku ingin kamu mengajariku mencintaimu dan aku akan berusaha untuk membuka hatiku untuk memberikan cinta yang tulus untukmu, menjadi istri yang baik dan pengertian, berusaha untuk menjadi seperti yang kamu inginkan."
"Pasti. Aku akan melakukan hal yang sama, aku akan memberikan yang terbaik untukmu, menjadi suami yang seperti yang kau impikan," ucap Gantara memberanikan diri menggenggam tangan Jingga, kemudian keduanya pun tersenyum dengan penuh kebahagiaan.
Hari-hari mereka lalui bersama, Jingga semakin dekat dengan Gantara begitupun dengan Nabila yang semakin dekat dengan ayahnya. Saat Aditya tak sempat datang, kesempatan itu diambil oleh Gantara yang memang sudah dekat dengan Nabila. Jingga mengajar Nabila memanggil Andre dengan sebutan ayah sedangkan memanggil Aditya dengan sebutan papa, hal itu diajarkan oleh Jingga agar Nabila bisa membedakan keduanya.