Sekuel dari novel Cintaku Dari Zaman Kuno
Azzura hidup dalam kemewahan yang tak terhingga. Ia adalah putri dari keluarga Azlan, keluarga terkaya dan paling berpengaruh di negara Elarion. Namun, dunia tidak tahu siapa dia sebenarnya. Azzura menyamar sebagai gadis cupu dan sederhana semua demi kekasihnya, Kenzo.
Namun, tepat saat perkemahan kampus tak sengaja Azzura menemukan sang kekasih berselingkuh karena keputusasaan Azzura berlari ke hutan tak tentu arah. Hingga, mengantarkannya ke seorang pria tampan yang terluka, yang memiliki banyak misteri yaitu Xavier.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persaingan
Pagi itu, udara segar menyelimuti halaman depan mansion keluarga Azlan. Burung-burung bernyanyi riang, seolah menyambut datangnya hari baru yang damai. Tapi ketenangan itu hanya bertahan beberapa menit, sebelum riak-riaknya muncul tepat di depan pintu utama.
Azzura melangkah santai, mengenakan almamater kampus dan tas ransel kecil di punggungnya. Rambutnya diikat setengah, dan wajahnya tampak cerah meski masih menguap sesekali.
Saat dia membuka pintu utama, suara dalam langsung menyambutnya.
“Biar Daddy saja yang antar kamu ke kampus,” ujar Zion tegas, mengenakan setelan jas rapi meski belum berangkat ke kantor.
Belum sempat Azzura menjawab, suara lain menyusul, sama tegasnya.
“Gak perlu, Dad. Rion aja yang antar,” potong Zorion yang muncul dari sisi ruang tamu, lengkap dengan kunci mobil sportnya di tangan.
"Tidak perlu, Rion. Biar Daddy aja," kata Zion lagi tak ingin dibantah.
Azzura langsung mengerutkan alis. “Hah? Kak Ion dan Daddy kenapa jadi rebutan begini sih?”
Zion dan Zorion saling tatap, aura ketegangan mulai memanas di antara ayah dan anak itu.
Namun belum ada yang sempat melanjutkan debat, suara deru motor sport yang khas terdengar masuk ke halaman depan. Suara mesinnya halus tapi sangar. Dan detik berikutnya…
“Suara motor siapa itu?!” seru Zion merasa tidak enak, sorot matanya langsung melotot tajam.
Motor sport hitam dengan lis merah mengkilap itu berhenti elegan tepat di depan anak tangga mansion. Sang pengendara membuka helmnya dengan gerakan pelan tapi percaya diri. Rambut hitam acak, senyum tipis, dan mata yang memancarkan ketenangan. Xavier Valen.
“Pagi, Tuan Zion, Nyonya Zanaya,” sapa Xavier sambil turun dari motor, kemudian menunduk sopan.
Zanaya yang baru muncul dari ruang tengah langsung tersenyum lebar. “Oh! Xavier! Kamu mau jemput Azzura ya?”
Xavier mengangguk tenang. “Iya, kalau tidak keberatan.”
“Kami Keberatan!” potong Zion cepat, dengan suara dingin.
“Iya, berat banget,” sambung Zorion. “Aku aja yang antar.”
Zion menatap motor Xavier dengan jijik. “Dan itu motor ... motor macam apa itu?! Lihat saja, bagian duduk penumpangnya naik ke atas. Memancing! Seolah sengaja biar putriku bisa meluk dari belakang!”
Zanaya langsung memijit pelipisnya sambil menghela napas panjang. “Astaga, itu desainnya memang begitu, Zion.”
“Enggak. Itu motor mesum!” Zion mendesis.
“Daddy!!” Azzura hampir tertawa mendengar tuduhan absurd itu.
Zanaya mengangkat alis, kini menatap kedua pria Azlan dengan tajam. “Zion, Zorion, cukup. Dia cuma mengantar Azzura ke kampus, bukan ngajak kabur.”
“Tapi Mom—” Zorion mencoba membela diri.
Tatapan tajam Zanaya langsung menghentikannya. “Azzura, pergilah bersama Xavier.”
Azzura menoleh pada Xavier yang masih berdiri tenang di samping motornya, lalu menatap ayah dan kakaknya yang wajahnya kini sama-sama masam.
“Ya udah deh .…” gumam Azzura pelan sambil meringis. “Daddy, Mommy, Kak Ion, Zura berangkat, ya.”
Zion dan Zorion hanya diam dengan tangan terlipat, wajah mereka tak bisa disembunyikan lagi kekesalannya.
Azzura melangkah cepat dan duduk di belakang Xavier. Dengan helm terpasang, ia memeluk pinggang pria itu, membuat Zion langsung menoleh ke arah lain sambil mendesis.
“Lihat kan! Meluk! Bener kan aku?!”
Zanaya hanya menggeleng pelan sambil menutup pintu. Beberapa detik setelah motor melaju keluar gerbang.
Zion bersungut, “Anak itu, gak cocok buat Azzura. Gayanya sok cool. Aku bisa liat, dia pasti buaya!”
Zorion mengangguk. “Sepakat. Dan dia suka pakai jaket kulit. Semua cowok jaket kulit itu berbahaya.”
Zanaya mendengus, duduk di sofa sambil menyeruput teh. “Kalian ini, paranoid banget.”
“Paranoid itu lebih baik daripada nyesel!” ujar Zion penuh semangat.
Tapi Zanaya menatap mereka dengan ekspresi tajam, penuh keyakinan.
“Xavier itu anak baik.”
***
Pagi itu kampus Asteria sudah mulai ramai. Para mahasiswa berdatangan dengan kendaraan mewah masing-masing, seperti biasa kampus elit itu selalu jadi ajang pamer kekayaan dan status sosial.
Sebuah motor sport hitam mengkilap melaju anggun ke arah parkiran utama, menarik perhatian banyak mahasiswa. Di atasnya, dua sosok yang tak asing Xavier dan Azzura.
Begitu motor berhenti, Azzura melepaskan helmnya dan turun dengan langkah anggun. Wajahnya terlihat tenang, meski di dalam hati dia sedikit khawatir pada siapa saja yang mungkin memperhatikannya.
Tak jauh dari sana, sebuah mobil putih mewah berhenti. Sania keluar dengan kaca mata hitam dan senyum cerah. Begitu melihat Azzura, ia langsung melambai ceria.
“Azzura!” serunya sambil berlari kecil mendekat.
Azzura tersenyum dan membalas lambaian sang sepupu. “Kamu bareng siapa?” tanyanya.
“Biasa, sopir!” jawab Sania santai. “Eh, kamu bareng si mister tampan itu ya?” Mata Sania melirik Xavier yang baru saja turun dari motor dan merapikan jaket kulitnya. "Alex mana?" tanya Sania mencari asisten Xavier.
Azzura meringis, tangannya spontan mencubit pinggang sepupunya yang suka ceplos. “Jangan bikin suara keras-keras gitu dong. Ngapain juga cari asistennya Xavier.”
Sania hanya terkekeh sambil meringis pelan mengusap bekas cubitan sang sepupu.
Tiba-tiba suasana yang hangat itu berubah drastis. Dari arah seberang, seorang pemuda berdiri kaku sambil mengepalkan tangan. Kenzo.
Matanya menatap tajam pada Azzura dan Xavier. Dadanya naik turun menahan emosi. Kecemburuan dan amarah memenuhi isi kepalanya.
"Dia beneran dijemput cowok itu."
Dalam hati, Kenzo mulai merasa rencananya untuk mendekati Azzura dan menjadi bagian dari keluarga Azlan makin jauh dari kenyataan.
"Sial. Kalau dia makin dekat sama Xavier, aku gak akan pernah jadi menantu keluarga Azlan. Semua mimpiku buat hidup enak bakal lenyap!"
Dalam pikirannya, semua bayangan indah masa depan sebagai menantu keluarga Azlan dan Dixon runtuh satu persatu. Rumah mewah, mobil mewah, bisnis perusahaan keluarga Azlan dan Dixon yang ada di mana-mana serta nama besar. Semua seperti kabut yang lenyap di pagi hati.
Giginya bergemeletuk.
"Enggak. Ini gak bisa dibiarkan. Xavier harus disingkirkan dari Azzura. Dia penghalang segalanya!"
Kenzo melangkah maju, tapi sebelum ia sempat mendekat, Sania tiba-tiba menatap ke arahnya dan berkata cukup keras, “Tuh, ada yang kepanasan lihat orang bahagia. Makanya jadi cowok jangan sok kecakepan. Giliran ada yang lebih wah dari dia, nyeselkan?”
Azzura menoleh dan ikut melihat ke arah Kenzo, wajahnya langsung berubah dingin. Xavier pun melirik sekilas, namun tetap tenang.
Kenzo hanya diam, tapi sorot matanya penuh kebencian. Dia berbalik, tapi dalam hati sudah mulai menyusun langkah baru untuk menyingkirkan Xavier dari kehidupan Azzura.
Tapi sebelum Xavier benar-benar dia singkirkan, sepertinya Kenzo harus menyingkirkan Sania. Sudah lama Kenzo sangat dendam pada gadis itu.
Mulutnya yang beracun benar-benar membuat Kenzo sangat malu.
Bersiaplah kau Sania. Setelah ini, hidupmu tidak akan lagi bahagia
Kenzo anak vampir..?? apa Stela pernah berhubungan ama Vampir..?? 🙄🙄🤔🤔
ini ada misteri apa ini kok bisa kenzo anak si vampir🤔