Shafa dan Juna. Dua manusia yang menamai hubungan mereka sebatas kata "teman".
Namun jauh di lubuk hati terdalam mereka, ada rasa lain yang tumbuh seiring berjalannya waktu dan segala macam ujian kehidupan.
cerita pertama aku..semoga kalian suka yah. see yaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bintang Arsyila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 32
Ketika Shafa turun dari lantai atas cafe, ia melihat Laras sedang bercengkrama dengan Rossa dan Irfan di meja kasir. baru kali ini Laras mencoba berinteraksi dengan pegawai cafe Faiz, sebelumnya ia hanya akan berdiam diri menemani Faiz di kantornya atau sibuk "melayani"?.
Shafa tersenyum sopan pada Laras ketika melewatinya dan berjalan lurus ke arah pantry.
"udah ketemu bos?" tanya rossa menghentikan langkah kaki Shafa
"he em" Shafa mengangguk sekilas
"jadi mau resign?" lanjut Rossa yang seketika membuat Irfan dan Laras ikut menoleh ke arah Shafa
"hah? Resign?" kaget Irfan yang sekarang mendekat pada Shafa
"hehehe iya.."
"kenapa?" lanjut Irfan
"mau pindah ke tempat teman kak..sorry" ucap Shafa merasa tidak enak
"bukan karena...." Irfan melirik Laras dengan ekor matanya
"bukan..!!" tegas Shafa namun matanya masih mencoba menatap ke arah lain. Dan itu membuat Irfan serta Rossa saling lirik.
kejadian itu tertangkap oleh Laras, dia mencoba mendekat karena rasa ingin tahunya.
"ada apa?" tanya Laras seramah mungkin
"oh...ini mau resign katanya" Rossa menunjuk Shafa dengan dagunya
"lho kenapa?"
"gak kenapa napa kak. hmm...aku ke pantry lagi ya." pamit Shafa enggan melanjutkan perbincangannya.
Masuk ke pantry, Shafa di sambut tatapan tanya Dea yang saat itu sedang mencuci piring di wastafel
"harus nunggu ada yang baru dulu baru boleh keluar" ujar Shafa seakan tahu maksud dari tatapan Dea.
"paling semingguan..biasanya sih gak bakal lama" ujar Dea
"semoga aja deh.."
"keliatan kaya pengen cepet keluar banget dari sini? Udah gak betah ya?" Dea menatap Shafa sembari mengelap tangannya yang basah
"ih nggak gitu kak..aku nyaman banget sama kalian. Cuma ya..." Shafa menggantung kalimatnya dengan tertunduk
"kalem aja. Semua orang punya privasi sendiri." ujar Dea menepuk pelan bahu Shafa
"tapi beneran kak..kalian semua buat aku nyaman banget di tempat ini. Serius" Shafa meyakinkan Dea
"iya. Percaya. Udah, lanjut kerja lagi."
**********
"Juna..tunggu,!!" Nadia berlari kecil menghampiri Juna yang saat itu akan pulang ke kosan. Juna menghentikan langkahnya dan menunggu Nadia yang saat itu terlihat bersama teman perempuannya.
"udah mau pulang?"
Juna mengangguk sekilas.
"makan dulu yuk..nanti pasti lama cari bajunya" tawar Nadia.
"eh iya kenalin, teman aku. Anya. Nya, ini Juna. Tunangan aku" Nadia memperkenalkan keduanya
"hai..ternyata ini tunangannya Nadia? Dia sering ceritain elo lho. Kecintaan banget kayaknya" ujar Anya mencoba menggoda Nadia yang saat itu menampakkan senyum malunya
"hm" hanya gumaman dan sedikit senyum tipis yang Juna berikan
"Anya, gue sama Juna ya."
"oke..bye" Anya pergi dari hadapan keduanya.
"gimana? Makan dulu yuk.." ajak Nadia
"udah makan tadi di kantin"
"yahhh padahal aku mau makan bereng sama kamu.." Nadia sedikit merajuk
"aku temenin"
"bener? Yey...." girang Nadia yang secara cepat menggandeng lengan Juna.
selesai menemani makan, Juna dan Nadia melanjutkan perjalanan menuju hotel tempat menginap orang tua Nadia. Seperti rencana awal, hari ini mereka melakukan fitting baju untuk acara pertunangan yang sebentar lagi akan diselenggarakan.
"gimana menurut kamu Jun?" tanya ibu Nadia ketika Nadia keluar dari ruang ganti menggunakan dress putih selutut dengan aksen pita berukuran sedang dan pundak yang terbuka
"bagus" Juna menatap Nadia
"cantik kan?" lanjut ibu Nadia
"iya Tan.."
"lebih cocok yang ini apa dress yang pertama?" tanya Nadia ingin tahu pendapat Juna. Sebelumnya Nadia mencoba dress panjang namun terdapat belahan yang mengekspos kaki jenjang kanannya sampai ke bagian tengah paha.
Juna sejenak berpikir, jika Shafa yang memakai dress ini pasti akan lebih terlihat imut. Membayangkan itu, membuatnya tersenyum tanpa sadar. Namun, Nadia salah menanggapi. ia pikir Juna tersenyum kepadanya. baru kali ini ia melihat senyum Juna yang terlihat hangat ditunjukkan kepadanya.
"hmmm?" gumam Nadia mantap tanya Juna yang segera mungkin tersadar dari lamunannya.
"yang pertama" jawab Juna kemudian
Nadia mengangkat alis mendengar jawaban Juna, ia pikir Juna senang melihat ia dengan dress ini.
"gimana nad? Ikut kata Juna apa mau yang ini?" tanya ibu Nadia
"yang pertama aja"
**********
"gimana besok? barengan kan kesananya?" tanya Maya sembari menyendokkan es krim ke mulutnya.
Saat ini Maya, David serta Shafa sedang berkumpul di taman dekat tempat sekolah lama mereka.
"hmmm gak tau." lesu Shafa dengan eskrim cone di tangannya dan sedikit mengayunkan ayunan yang berada di taman itu.
"masa ke acara penting "teman" gak datang sih? mau jadi "teman" durhaka Lo.!!" sindir David yang duduk mengampar di rumput depan mereka.
"sialan..!!" ujar Shafa mencebikkan bibir ke arah David yang tersenyum mengejek. Maya sudah tahu tentang hubungan Shafa dan Juna. Jadi dia hanya ikut tersenyum mendengan olokan kekasihnya pada temannya.
"sekalian jalan jalan. Mumpung gue masih ada waktu sebelum pergi ke Aussie" lanjut David
"besok gue kerja" ucap Shafa
"gak bisa minta cuti dulu?"
"gak tau. Belum pernah minta cuti."
"bolos aja kalau gak di ijinin. lagian Lo udah mau keluar ini kan?" saran David
"emang udah tau mau cari kerja dimana?" Maya bertanya karena David belum menceritakan tentang tawaran kerjaan untuk Shafa dari teman David.
"aku belum cerita ya? Aku udah nawarin Shafa kerja di tempat teman aku. Tapi Lo udah bilang mau resign kan sama bos Lo?" ucap David pada Maya dan beralih pada Shafa
"udah. Tapi harus nunggu pengganti gue dulu. Katanya seminggu? Dua Minggu? Bisa juga sebulan..." ujar Shafa sembari menghela nafas.
"lha..terus kerjaan dari teman gue gimana?"
"bisa nawar gak sih ke teman Lo, buka loker nya sebulan atau dua bulanan? Atau sebelum gue ngelamar, jangan ada yang kerja disana.." tanya Shafa sedikit memelas meminta bantuan David
"dihhh siapa elo?? lagian, in this economy, bukan cuma Lo aja yang butuh kerjaan. Di luaran sana juga banyak pengangguran yang nyari kerja." ujar David yang sesekali minta disuapi es krim oleh Maya
"tapi gue kan teman Lo..gak bisa di "spesialin" gitu? Hmmm??"
"martabak kali ah spesial pake telor dinosaurus!!!" Maya tertawa mendengar jawaban pacarnya itu.
"kamu lucu banget sih kalau lagi debat sama dia" ucapnya masih tertawa.
"bikin kamu tambah cinta ya kan?" David menggombali Maya yang menganggukan kepalanya masih dengan tawa yang terdengar.
Shafa menatap datar keduanya dengan bibir sedikit mencebik.
"iri ya?? Kasian gak bisa pacaran kaya kita. Mana mau ditinggal tunangan lagi...huhuhu sedihnya" David mengejek Shafa dengan menampilkan wajah sedih yang dibuat buat dan memeluk kaki Maya didepannya.
"anj...." Shafa tidak melanjutkan kata katanya namun menendang kaki David yang ada di depannya.
"adohh...kasar banget Lo jadi cewek. Aneh banget si Juna bisa suka sama cewek modelan kayak gini. Heran gue..!!"
"sayang, udah ih..." Maya membelai rambut David
"hehehe...sorry."
"jadi gimana?" Shafa masih dengan nada sewotnya
"apanya?" tanya David
"kerjaan gue..."
"hhhhh...ngerepotin banget si Lo!! Tar gue telpon dulu." ucap David sembari berdiri dan mengeluarkan ponselnya dan sedikit menjauh dari kedua cewek tersebut.
Shafa dan Maya menatap serius David yang sekarang sedang menelpon temannya,
"Lo yakin sama hubungan lo sama si Juna?" tanya Maya tiba tiba yang kini menoleh ke arahnya
"kalau soal perasaan, gue yakin Juna pasti lebih milih Lo. Cuma situasi sekarang kan beda Shafa, besok dia bakal jadi tunangan cewek lain. gimana kalau cewek itu tahu? Lebih parahnya kalau ibunya si Juna tahu?" sambung Maya dengan nada khawatir
"gak tau gue juga May. Si Juna baik banget sama gue. Lagian gue udah ngerasa nyaman banget sama perhatian yang dia kasih ke gue. Mungkin itu yang buat gue mau nerima dia."
"gak ada salahnya kan gue coba menikmati masa remaja gue dengan pacaran sama dia. Kalau urusan ketahuan, ya paling di jambak sama si Nadia..hehe" lanjut Shafa sedikit bercanda
"salah. soalnya sekalinya pacaran, Lo jadi pelakor." David ikut menimpali dan bergabung kembali dengan mereka.
"eh tapi, yang jadi pacar pertamanya si Juna kan gue, jadi gue gak termasuk pelakor dong. Orang gue yang di duain. Yak kan?" ujar Shafa
"oke. Si Nadia pelakor. Tapi dengan restu dua keluarga. Gimana tuh?" jawab David
"hhhhh gak usah bahas itu dulu. Gimana tadi?" ujar Shafa
"kata teman gue, dia cuma bisa keep sekitar dua mingguan paling. Kalau Lo lebih dari dua Minggu belum ngelamar, ya bakal nerima yang lain"
"haduh jadi bingung gue. Gimana pas ada yang gantiin posisi gue, terus lamaran di tempat teman Lo juga udah tutup? Nasib gue gimana dong???" keluh Shafa yang sekarang beranjak ke bawah dan ikut duduk di rumput taman.
"kita coba bantu lagi sebisa kita. Oke" Maya mencoba menenangkan Shafa yang sekarang menopang dagunya dengan kedua lututnya.
"hmmm. thank you...teman"
"besok gimana?" kembali ke topik pertama tentang rencana besok
"tar sore gue coba ijin deh sama bos gue."
"Lo gimana sekarang sama bos Lo? Canggung gak atau ngarep di kokop lagi?" tanya David sembari menyandarkan punggungnya di kaki Maya.
"anj...... Kagak lah.!! Eh sekarang dia bawa cewek terus ke cafe. Hamil pula.."
"hah? Udah nikah dia?" Maya terkejut mendengar ucapan Shafa
"kayaknya..??? Gak tau juga.."
"wah...pantes aja dokrinannya sama Lo mantap banget. orang udah pengalaman..!!" ujar David menimpali
"lo cuma ciuman aja kan sama dia? Gak sampe yang aneh aneh?" tanya Maya kembali
"ciuman doang. Makanya gue beneran pengen cepet cepet pindah kerjaan. Tambah gak nyaman dan ngerasa bersalah pas tau ada ceweknya."
"Emang bener sih harus keluar...Gak beres sama tuh laki, ceweknya lagi hamil malah coba ngegoda cewek lain. Kalau keterusan, bisa bisa Lo jadi pelakor beneran. pengalaman hidup Lo mantap banget di pikir pikir. di tempat kerja jadi pelakor, eh sama pacar sendiri mau dijadiin cadangan..hahaha" ucap David yang kembali mendapat pukulan dari Shafa.
"mulut Lo yee...." gerakan Shafa yang akan menjambak rambut David terhenti karena dering telpon yang terdengar di ponselnya.
"hallo Jun..." ucap Shafa dengan ponsel di telinganya
"lagi apa?"
"lagi jalan sama David Maya."
"besok kita berangkatnya agak pagian. Mau jalan jalan dulu bentar." ujar David yang sengaja merebut ponsel Shafa dan mengaktifkan speaker
"oke. Tar gue jemput. Shafa gimana? Ikut?"
"hmmm..aku usahain. Mau coba ijin kerja."
"jagain Shafa yang Dav, may"
"ckkk kayak bayi aja harus dijagain" ujar David
"kita bakal jagain dia. Tenang aja Jun..." Maya ikut menimpali, mencoba menenangkan Juna yang terdengar khawatir dengan keadaan Shafa.
"thanks May"
satu lagi bertarung dengan masa lalu tuh berat karena hampir semua masa lalu pemenang nya