NovelToon NovelToon
Bukan Sebatas Istri Gelap

Bukan Sebatas Istri Gelap

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Tamat
Popularitas:29.7k
Nilai: 5
Nama Author: Asti Amanda

Hidup yatim piatu dan dibesarkan oleh ayah angkatnya. Jia Grietha sangat berharap bisa hidup dengan baik, tetapi pria pemabuk dan kasar itu membawanya ke meja perjudian.


Dari parasnya yang cantik dan bodinya yang seksi, membuat semua orang selalu terpikat. Terutama Gara Harveyd langsung tertarik pada pandangan pertama. Pewaris yang sombong dari keluarga Harveyd yang terkenal kaya raya di kota.


Saat melihat Jia, Gara pun secepatnya membawa pulang gadis itu dengan harga satu milyar. Awalnya, Jia mengira Gara adalah penolongnya, akan tetapi ia makin jatuh ke dalam jurang yang berduri.


Bukannya diberi kebebasan, Jia dijadikan istri rahasia untuk pemu4s naffsunya semata. Setiap saat harus patuh apabila Gara meminta jatahnya. Jia benar-benar tidak tahu lagi langkah apa yang harus diambil untuk mengakhiri hubungannya dengan Gara yang ingin menikahi wanita lain juga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asti Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Pas Ditubuh Jia

Sore ini, Jia pun bersiap pulang. Dalam perjalanan pulang dan fokus meroda sepedanya, ia sesekali memikirkan Gara.

"Kira-kira, tuan Gara pulang ke rumah? Atau ke istrinya?" gumam Jia lalu berhenti di sebuah kedai makanan.

"Aku beli sate dulu deh, siapa tahu kalau tuan pulang ke rumah, aku bisa memberikan ini kepadanya," senyum Jia berharap satenya bisa meredakan amarah Gara, kalau pria itu mengungkit Zen lagi.

Saat masuk ke dalam, tidak sengaja ia bertemu Zen yang sedang makan. "Loh, Jia, kebetulan ya bisa ketemu di sini," ucap Zen menunjuk. Jia sedikit mundur tapi melihat raut wajah Zen yang bahagia, ia pun maju mendekatinya.

"Hahaha, kau selalu ada di mana-mana ya, Zen," tawa Jia dan merasa bersalah karena Gara yang sudah mengancamnya.

"Hei Jia, aku ini polisi tahu," bisik Zen.

"Polisi? Serius?" kaget Jia langsung duduk di depannya.

"Haha, bercanda kok," tawa Zen lucu melihat reaksi Jia.

"Aku kirain polisi sungguhan," lesu Jia menunduk.

"Kalau polisi, memangnya kenapa?" tanya Zen sambil melahap sate-satenya di piring.

"Hehe, mau minta foto," cengir Jia garuk-garuk kepala.

"Pfft, hahahaha… mukamu polos banget sih, Jia," tawa Zen pecah.

"Ihhh, kenapa tertawa terus!" celetuk Jia.

"Kirain mau ngajak pacaran," ucap Zen membuat Jia melongo.

"Ya tidaklah! Mana ada aku pikir begitu!" cetus Jia agak kesal lalu menunduk. 'Ya, aku memang tidak bisa pacaran ke orang lain.' Batin Jia sedih karena sudah tidak perawan. Ia sadar sudah tidak ada yang berharga dalam dirinya.

"Haha, jangan marah dong, aku bercanda kok," senyum Zen melebar lalu melahap habis satenya. "Oh ya, mau duduk terus di situ atau mau beli sate nih?" Tunjuk Zen ke penjual.

"Eh, astaga! Aku lupa!" sentak Jia berdiri lalu pergi ke penjual. Zen geleng-geleng kepala melihat tingkah lucu Jia. Ia pun ingin mendekatinya, namun tiba-tiba mendapat telepon. Ekspresi Zen yang selalu konyol berubah menjadi serius dan dingin.

"Kami sudah menemukannya, tuan,"

"Kerja bagus, sekarang tunggu aku di sana."

Zen memutuskan panggilannya lalu menepuk bahu Jia.

"Hei, tadi aku mau ngajak kau jalan-jalan sore, tapi lain kali deh," senyum Zen.

"Eh, mau kemana?" tanya Jia yang sedang menunggu satenya.

"Biasa, anak cowok selalu ada urusan," jawab Zen lalu pergi.

'Oh, apa jangan-jangan dia sungguhan polisi?' batin Jia.

'Eh, tapi kayaknya bukan deh, Zen tidak ada mirip-miripnya sama polisi. Tingkahnya malah seperti anak berandalan! Hahaha,' Tawa Jia dalam hati lalu pergi setelah membayar satenya. 

Jam enam malam, Jia baru sampai di rumah. Setelah menepikan sepedanya, ia pun mengendap-ngendap ke pintu rumah dan deg-degan sendirian.

"Duh, aku takut nih, siapa tahu di dalam sudah ada tuan Gara," desis Jia berdiri di depan pintunya lalu mengintip-intip seperti maling.

"Sepertinya rumah masih sepi, kalau begitu tuan Gara belum pulang, kan?" Jia mengelus dada dan memegang knop pintu. Baru juga mau memutarnya, tiba-tiba seseorang memanggil dari belakang.

"Hei, kenapa kau seperti itu!"

Deg! Jia melompat kaget dan langsung teriak-teriak. "Ah ampun, Pak! Saya bukan maling kok!"

"Hei, bodoh! Siapa juga yang menuduhmu maling!" balas Gara teriak di sebelahnya. Jia tersentak lalu berbalik badan.

"Eh, tuan Gara?" 

"Kau lagi kesurupan ya?" tanya Gara memegang dahi Jia.

"Hm, tidak panas, berarti tidak ada setan," ucap Gara membuat pipi Jia merah. Antara marah dan malu. Namun seketika, ia tersadar dan celingak-celinguk ke bawah.

"Waduh, sateku, sateku, mana?" 

Gara menahan tawa melihat tingkah Jia yang menggemaskan. Ia pun menarik tangan Jia lalu meletakkan kantong berisi satenya ke telapak tangan gadis itu.

"Nih, satemu, dan, lain kali pegang yang erat!" kata Gara tadi cepat menangkap sate Jia yang terbang ke atas.

"Syukurlah, tidak terlempar," cium Jia ke kresek satenya, tapi Gara segera merebut satenya lagi dan menatap marah.

"Maaf, kenapa tuan melotot begitu?" tanya Jia ketakutan.

"Kau ini, jangan cium sembarangan dong!" bentak Gara.

"Eh, tapi itu cuma plastik," ucap Jia mundur.

"Cuma plastik? Jadi kalau ada pria di luar sana yang bibirnya plastik, kau bisa cium itu juga? Begitu?" tatap Gara maju mendekat, membuat Jia makin mundur hingga keduanya melewati pintu.

"Bu-bukan begitu konsepnya juga, tuan," geleng Jia lalu terkejut pintu rumah ditutup Gara. 'Waduh, apa ini yang namanya sedang difase cemburu?' pikir Jia deg-degan.

'Tidak, tuan Gara mana mungkin cemburu gara-gara cuma plastik!' batin Jia yakin kalau Gara itu marah tanpa sebab.

"Cih, lain kali jangan cium apapun itu! Mau plastik, daun, hantu, atau binatang sekalipun!" kata Gara tegas.

"Terus aku cium apa nanti?" tanya Jia gemetar. Gara menekan rahang Jia lalu mengecup bibir yang mencuat itu. Jia membelalak dan merona habis-habisan. "Cuma boleh cium aku seorang!" seringai Gara kembali mencium Jia dan tidak lupa menarik pinggul gadis itu ke pelukannya. Jia mulai sesak nafas lalu mendorong dada Gara.

"Kau sudah mengertikan?" tatap Gara mengusap bibirnya.

"Mengerti, tuan." Jia menunduk malu-malu.

"Bagus, sekarang pergi mandi, malam ini temani aku pergi," ucap Gara menunjuk ke kamar mandi.

"Mau kemana?" tanya Jia.

"Kau akan tahu sendiri, Jiaku sayang," jawab Gara tiba-tiba memanggil mesra. 

Jia sontak saja lari, tidak mau Gara mendengar jantungnya yang berdebar-debar terus. Gara tertawa kecil, tahu Jia sedang tersipu, ia pun duduk di kursi dan menyantap satenya.

'Apa ini? Apa tuan Gara sedang menggodaku?' Tepuk Jia ke dadanya yang bergejolak lalu melirik Gara yang menyetir mobil. Malam ini, Jia dan Gara memakai setelan mahal, entah mau kemana lagi pria itu membawa Jia. Yang jelas, Jia benar-benar cantik memakai dress hitam yang anggun itu, cocok sekali menjadi pasangan Gara malam ini. 'Mungkin kah kondisi hati tuan Gara sedang bahagia?' pikir Jia tidak bisa duduk tenang sekarang. Sedangkan Gara, ia juga sesekali melirik Jia dan bersemu sedikit, sebab baju yang dia beli pas ditubuh Jia.

"Pilihanku selalu cocok, dia bukan gadis compang-camping lagi."

1
Murniyati
baru mulaii
Retno Elisabeth
lanjut thor
Retno Elisabeth
kasian jia
Retno Elisabeth
bagus ceritanya
Nengah Oka
blm terlalu maksud cerita ya,.
Rika Khoiriyah
mungkinkah pacarnya Celin dibunuh ayahnya Celin supaya Celin bisa nikah sama Gara karena ayahnya yang terlalu terobsesi ingin masuk kedalam keluarganya Gara 🤔🤔🤔
Rika Khoiriyah
bagus kok ceritanya 👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!