Dilarang boom like dan plagiat !!!
Silvia Maharani, seorang wanita yang sudah menyandang status seorang istri, bahkan juga ibu harus menelan pil pahit pengkhianatan dari suami yang sangat dia cintai.
kebahagiaan dan cinta yang setiap hari dia rasakan, ternyata hanya bualan semata. Suaminya ternyata sedang bermain api dengan wanita lain.
Hancur, itu sudah pasti. Kecewa, jangan ditanya lagi. Setelah dia menata hati dan menemukan arah hidup, Silvia memilih untuk melepaskan sang suami.
Tapi, lagi-lagi takdir tidak berpihak padanya. Masalah demi masalah terus membelitnya hingga tidak bisa melepaskan diri.
Bagaimana kisah Silvia selanjutnya?
Bisakah dia melepaskan diri dari sang suami?
Yuk, ikuti kisah mereka yang penuh dengan air mata!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27. Bertemu Dengan Pengacara.
Kini keputusan Via sudah tidak bisa lagi diganggu gugat, apapun yang terjadi dia akan tetap bercerai dengan Mahen walaupun ada yang menentang keputusannya itu.
Setelah pergi dari rumah kedua orangtuanya, Via segara melajukan mobilnya ke rumah Riani. Dia harus meminta bantuan pada wanita itu untuk menyelesaikan semua urusan perceraian, lebih cepat maka akan lebih baik untuk semua orang.
Pada saat yang sama, di ruangan presdir dari perusahaan R Group terlihat sedang ada sedikit perdebatan antara Ayah dan anak.
"Pokoknya aku tidak mau, aku sudah pernah mengatakan pada Papa kalau aku akan menetap di London!" Untuk yang kesekian kalinya Vano menolak apa yang Papanya inginkan, dia tidak mau bekerja di perusahaan keluarganya karna ingin membangun usahanya sendiri.
"Papa tidak mau lagi ada penolakan darimu, Vano! Seharusnya kau membantu Papa untuk membangun perusahaan keluarga kita, karna Papa tidak bisa mengandalkan Mahen!"
Vano mendessah frustasi, dia bukannya tidak mau membantu karna selama ini dia juga sudah membantu semuanya melalui Mahen. Kakaknya itu selalu menelponnya jika ada kendala dengan klien, atau dengan proyek yang sedang dijalankan. Dan dia selalu memberi masukan untuk menyelesaikan setiap permasalahan.
"Papa tidak perlu khawatir, aku selalu memantau perusahaan Papa dari sana. Bukannya Papa juga tau itu?"
Ya, Papa Adrian tau kalau selama ini Vano membantu perusahaan melalui Mahen. Tapi akan lebih bagus lagi jika Vano langsung yang memimpin perusahaan itu, karna kepintaran putranya itu dalam mengelola perusahaan benar-benar sangat hebat.
"Papa tau, dan Papa ingin kalau kau lah yang memimpin perusahaan menggantikan Papa!"
Deg. Vano menatap Papanya dengan tidak percaya, bagaimana mungkin Papanya menyerahkan perusahaan padanya, sementara masih ada Mahen? Apa Papanya itu ingin memantik api di antara dia dan kakaknya?
"tidak, Papa tidak bisa melakukan semua itu! Kak Mahen jauh lebih berhak untuk memimpin perusahaan dibanding aku, dia sudah mengabdikan diri pada perusahaan ini sejak dia lahir!" tolaknya mentah-mentahnya.
"Seorang pemimpin itu dilihat dari kelayakan dan kemampuannya, Vano! Bukan dilihat dari haknya, dan kau juga berhak atas perusahaan ini! Papa tidak bisa percaya pada Mahen, dia saja sanggup mengkhianati istrinya, bagaimana mungkin bisa memimpin perusahaan!"
Papa Adrian merasa ragu dengan sikap Mahen, dia takut suatu saat nanti Mahen akan menghancurkan perusahaan karna tidak teguh pendirian dan mudah goyah.
"Jangan menyamakan hal pribadi dengan urusan pekerjaan, Pa! Itu sangat berbeda, dan selama ini Kakak tidak pernah merugikan perusahaan!"
Vano tau sekeras apa usaha Mahen untuk mengembangkan perusahaan, walau kakaknya itu tidak sepintar dirinya.
"Sudahlah, Vano! Papa tidak mau lagi mendengar penolakanmu, yang jelas kau harus ada di sini dan mengelola perusahaan kita!" Papa Adrian menepuk bahu Vano lalu beranjak keluar dari ruangan itu.
"Hah!" Vano menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa, dia benar-benar merasa frustasi dengan paksaan dari Papa nya itu. "Tapi baiklah, aku akan tetap di sini sampai perusahaanku selesai dibangun. Setidaknya butuh waktu beberapa bulan untuk semua persiapannya, setelah itu aku akan benar-benar menetap di London!"
Sementara itu, di tempat lain terlihat Via dan Riani sedang bertemu dengan seorang lelaki di sebuah restoran. Laki-laki itu adalah seorang pengacara yang akan membantu Via untuk menyelesaikan proses perceraiannya, tentu saja atas bantuan dari Riani yang meminta pada kekasihnya untuk mencarikan seorang pengacara nomor 1 di kota ini.
"jadi, bisa tolong ceritakan semua masalah anda, Nona!" ucap pengacara bernama Nanda.
Via meremmas tangannya sendiri karna merasa ragu untuk menceritakan masalah rumah tangganya pada orang lain.
"tidak apa-apa, Vi! Kau harus menceritakan semuanya pada pengacaramu, supaya dia bisa membantumu untuk menyelesaikan semuanya,"
"Yang dikatakan Nona Riani itu benar, saya tidak akan mungkin bisa membantu anda jika tidak tau tentang masalah rumah tangga yang sedang anda hadapi!"
Via menganggukkan kepalanya, dia menarik napas panjang sebelum menceritakan semua masalah yang menimpa rumah tangganya.
Nanda yang sudah terbiasa menangani setiap kasus rumah tangga hanya diam dan khyusuk mendengarkan, terkadang dia akan mencatat hal-hal yang sangat penting agar tidak terlewat begitu saja.
"tapi suami saya tidak mau bercerai, dan dia mengancam akan merebut hak asuh putri kami jika perceraian benar-benar terjadi!" ucap Via setelah selesai menceritakan semuanya.
"Anda tidak perlu khawatir, Nona! Walau suami anda tidak setuju untuk bercerai, tapi jika pengadilan sudah menjatuhkan keputusan, maka dia juga tidak bisa melakukan apa-apa! Dan soal hak asuh putri anda, dia akan jatuh ke tangan anda karna masih berusia 3 tahun. Sesuai dengan hukum yang sudah ditentukan dalam undang-undang, setiap anak yang masih di bawah umur akan jatuh ke tangan ibu kandung!"
Via langsung bernapas lega saat mendengar penjelasan dari pengacara itu, dia merasa tenang karna Yara akan tetap bersamanya walaupun sudah bercerai dari Mahen.
"Tapi, saya ingin sedikit memberi saran untuk anda! Jika mungkin, anda harus bisa mencari pekerjaan sebelum proses sidang berlangsung. Karna dipersidangan nanti, finansial anda pasti akan dibahas oleh pihak lawan. Apalagi suami anda orang yang berada, dia bisa memakai uangnya untuk melakukan segala cara!"
Via langsung mencengkram lengan Riani saat mendengar ucapan Nanda, dia mulai khawatir dengan ancaman yang pernah Mahen katakan padanya.
"Kau tenang saja, Vi! Ada aku di sini, kau bisa bekerja padaku. Jadi suamimu itu tidak akan mempermasalahkan keuanganmu, padahal dia sendiri yang melarangmu untuk bekerja!" Riani menjadi kesal sendiri jadinya.
"Memang seperti itu yang sering terjadi, seorang suami melarang istrinya untuk bekerja dan hanya disuruh untuk mengurus rumah." Tiba-tiba Nanda buka suara.
"Seiring berjalannya waktu, dia merasa bosan. Dia merasa istrinya hanya wanita biasa yang bisanya cuma mengurus rumah, dan mulai tertarik dengan wanita pekerja keras karna merasa wanita itu hebat. Setelahnya terjadi perceraian, dan mereka mengambil hak asuh anak dengan alasan kalau mantan istrinya itu tidak punya penghasilan untuk menghidupi anak mereka!"
•
•
•
Tbc.
vano kenapa kamu gk wa sj via utk jgn telp dl krn msh rapat klo sdh selesai di hub.lg....klo spt itu pasti via tdk mikir kemana- mana