Niat hati, merantau ke luar negeri untuk merubah nasib. Namun karena suatu kejadian, dua pemuda polos nan lugu itu malah terlibat dalam kehidupan asmara enam janda muda. Mampukah mereka lepas dari jeratan janda yang penuh pesona? Atau mereka terjerumus dalam larutnya dunia para janda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Binbin dan Yoyo
"Kenapa Binbin sangat membenci Daddy. Bukankah Daddy orang yang baik?"
"Daddy bukan daddy yang baik, Om. Daddy jahat."
"Mana mungkin Daddy jahat? Dia pasti sayang sama Binbin."
Binbin mendongak menatap Yoyo. "Kalau Daddy sayang sama Binbin, kenapa Daddy mukulin Mommy?"
Lagi lagi hanya tercengang yang Yoyo rasakan saat ini. Setiap mengucap kata Daddy, hanya hal yang menyakitkan yang diingat Binbin. Apa bocah kecil itu lupa kalau ayahnya juga sering berbuat baik kepadanya? Binbin lupa atau memang tidak ingin mengingat kebaikan ayahnya?
Yoyo belum ada jawaban dari pertanyaan anak kecil tersebut. Dia memegang kedua pipi Binbin lalu mengembangkan senyumnya. Binbin memang sangat menggemaskan. Bocah yang sudah terlihat tampan dari kecil itu menunjukan senyum lebarnya kepada pria yang memangkunya.
"Sekarang kita masuk? Kita main di kamar," ajak Yoyo tiba tiba.
"Tidak berlatih lagi?"
"Latihannya di lanjut nanti sore. Udaranya panas banget. Jadi latihannya udahan dulu ya?"
"Yah ... kirain habis ini latihan lagi?" ucap Binbin, wajahnya berubah menjadi lesu.
"Udaranya panas, Sayang. Nanti Binbin kepanasan terus sakit gimana? Malah nggak bisa berlatih lagi."
"Oh iya. Kalau sakit nanti Binbin nggak boleh ngapa ngapain ya, Om?"
"Nah, itu tahu. Maka itu sekarang kita masuk, main di dalam kamar, oke?"
"Oke! Tapi Om gendong Binbin ya?"
"Siap, bosku."
Yoyo langsung menyongsong tubuh Binbin ke dalam gendongannya. Lalu Yoyo berdiri dan beranjak masuk menuju kamar anak anak.
"Loh, ada Mommy!" seru Binbin saat melihat ibunya sedang keluar dari ruangan dengan jalan yang tertatih. Yoyo yang sedang menggendong Binbin pun langsung menghentikan langkah kakinya.
"Iya, Sayang. Udah latihannya?" tanya A win. Sedangkan Yoyo, dia berusaha untuk tidak memandang majikannya. Dirinya masih terlalu canggung dengan kejadian tadi pagi di kamar mandi A win.
"Udah, Mom. Binbin mau main di kamar bareng Om Yoyo, Mommy mau ikut?"
"Nanti Mommy nyusul ya? Kaki Mommy masih sakit jadi jalannya harus pelan pelan."
Binbin menoleh memandang wajah Yoyo. "Om Binbin turunin, Om Yoyo gendong Mommy aja ya? Biar Mommy kakinya nggak sakit?"
Deg!
Yoyo dan A win terkejut bersamaan. Sejenak mata mereka saling tatap lalu kembali memandang Binbin.
"Nggak usah, Sayang. Mommy masih bisa jalan kok," tolak A win dengan cepat. "Lagian tubuh Mommy kan berat, kasian nanti Om Yoyonya."
"Tapi kaki Mommy lagi sakit, nanti nggak sembuh sembuh kayak dulu waktu Mommy dipukul Daddy. Mommy sembuhnya lama."
"Eh, itu beda, Sayang," jawab A win agak terbata karena terkejut. Dia melirik Yoyo yang tetap terdiam dengan pandangan terus ke arah Binbin.
"Pokoknya Binbin tidak mau lihat Mommy sakit. Om, Binbin turunin!"
"Iya, iya," balas Yoyo dengan gemas. Pemuda itu memilih mengalah dan menurunkan Binbin dari gendongannya.
"Sekarang Om bantuin Mommy ya? Binbin tungguin di kamar, oke?" ucap Binbin. Tanpa menunggu balasan dari Yoyo, anak itu langsung saja pergi meninggalkan dua orang dewasa yang sedang diselimuti rasa canggung.
"Jangan lari lari, Sayang!" teriak A win tapi Binbin tidak menghiraukan. Dia terus berlari hingga tubuhnya hilang dari pandangan. Sedangkan Yoyo terdiam dengan perasaan yang tak menentu. Tragedi pagi hari benar benar membuat dirinya bingung harus melakukan apa.
"Kamu kenapa, Yo? Kok kayak panik gitu?" Yoyo tersentak mendengar pertanyaan A win. Ternyata dari tadi A win diam diam memperhatikan tingkahnya.
Eh, em ... siapa yang panik? Enggak kok, Miss," balas Yoyo dengan suara sedikit gugup. Tapi A win tahu kalau Yoyo berbohong.
"Ya udah, mau bantuin aku jalan nggak? Binbin sudah nunggguin loh," ucap A win dengan nada seperti orang yang menggoda.
Ucapan A win langsung saja membuat Yoyo bereaksi. "Ha, iya! Sini, Miss aku tuntun."
A win langsung melingkarkan tangannya di lengan kekar Yoyo dan mereka berdua segera berjalan secara perlahan. Tidak terbayangkan suasana hati Yoyo saat ini. A win yang bergelayut di tangan Yoyo, bener bener membuat dada pria itu bergemuruh penuh rasa campur aduk jadi satu.
"Aw!" pekik A win tiba tiba. Yoyo yang pikirannya sedang berkelana, sontak saja kaget dan langsung memandang wanita yang memegang lengan kekarnya.
"Kenapa, Miss?" tanya Yoyo panik sambil memperjatikan kaki kiri A win yang terbalut perban.
"Tidak apa apa, tadi agak pegal aja pas melangkah."
"Oh, sekarang gimana?"
"Udah mendingan."
"Syukurlah." mereka kembali melanjutkan langkah kakinya.
"Yo."
"Iya, Miss, ada apa?"
"Bagaimana rasanya tadi melihat dan menggendong tubuhku saat kakiku terkilir."
Deg!
...@@@@@...
semangat
author bikin cerita nya nalar dikit
canda aja thoor