Vira, seorang anak perempuan yang polos dan cantik selalu dikurung oleh ayahnya untuk menghasilkan uang dengan menjual tubuhnya.
Hingga suatu malam itu Vira mendapatkan pelanggan yang sangat berbeda dan cukup unik, berbicara lembut padanya dan bahkan memakaikan baju untuknya.
Namun, Vira tidak menduga bahwa pertemuannya itu justru mengubah nasibnya di masa depan nanti.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? dan takdir nasib apa yang tengah menunggunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sofiatun anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
tanpa mereka sadari, seseorang tengah mengamati kejadian itu dari atas atap rumah yang lebih tinggi. Dari bagaimana Vira memancarkan cahaya hijau dari tubuhnya sampai menumbuhkan sebuah pohon yang terlihat sempurna, dan itu mengingatkannya dengan semua mimpi-mimpi yang selama ini menghantuinya.
Dan dengan kepala matanya sendiri ia menyadari bahwa selama ini ia memang salah menilai, membuka mata keegoisannya yang keras kepala.
"Kau sudah mendapat buktinya Vin, kau puas sekarang..." gumamnya bermonolog.
***
Setelah memastikan kondisi wanita itu yang sudah baik-baik saja, Sen membaringkannya di kamar rumah itu yang masih layak dipakai.
Setiap kali ia melihat wanita itu yang kini pulih total membuatnya semakin memikirkan kejadian sepuluh menit yang lalu. Sen beralih ke Vira yang berdiri di sampingnya.
"Penyelamat... Terima kasih banyak..." orang-orang yang kini ikut masuk ke kamar pun saling memuji dan berterima kasih pada Vira.
"Jadi, apa ada yang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Sen pada mereka meminta penjelasan.
"Maaf tuan... Kami tidak bermaksud untuk tidak menolong, tapi..." salah seorang berusaha menjelaskan dan justru menggantungkan kalimatnya, dengan ragu-ragu seperti tidak ingin mengatakan yang sebenarnya.
Sen menatap yang lainnya berharap ada yang bisa melanjutkan, tapi semua orang tetap terdiam sambil menatap satu sama lain.
"Kenapa hanya diam saja? Apa kalian tidak dengar dia butuh penjelasan dari kalian?" ucap seseorang memaksa mereka untuk bicara.
Mendengar suara itu Sen tahu kalau itu adalah Vin, entah dimana keberadaannya yang tidak terlihat di kerumunan orang-orang ini, tapi ia jelas-jelas ada diantara mereka sekarang.
Orang-orang itu pun mulai berbisik berusaha meyakinkan diri. Hingga salah seorang dari mereka maju dan mulai menjelaskan apa yang terjadi.
"Sebenarnya... Kejadian seperti ini sudah lama terjadi, semua orang yang punya kelemahan terhadap sihir tiba-tiba terserang sihir jahat yang membuat mereka menyakiti orang lain dan diri mereka sendiri"
"Sudah berapa lama kejadian ini terjadi? Apa pihak istana sudah tahu?" tanya Sen lagi.
Orang yang tadi menjelaskan semakin ragu untuk menjawab, tapi semua orang meyakinkannya dengan berkata bahwa semua ini sudah berakhir sekarang.
"Sekitar... 3 tahun ini. Pihak istana juga sudah menyikapi kejadian ini sejak 3 tahun terakhir, tapi... Tidak ada satupun penyihir yang bisa mengatasinya dan akhirnya..." ia pun kembali menggantungkan ucapannya.
Sen menatap semua orang meminta kejelasan dengan tatapan serius.
"Tuan... Kami juga tidak tahu harus bagaimana menyikapi kejadian ini, kami hanya orang biasa yang mungkin juga akan jadi korban selanjutnya" seseorang berargumen seakan meminta pengampunan.
"Saya bertanya apa yang sudah dilakukan pihak istana selama ini?" Sen kembali menekankan pertanyaannya.
"Tu tuan... Mereka semua yang terkena sihir jahat tidak bisa di sembuhkan apalagi dikendalikan, maka dari itu... Pihak istana membuat segel untuk menahan mereka hingga beberapa dari mereka akhirnya meninggal dengan sendirinya" terangnya kini membuat Sen terdiam karena terkejut dengan apa yang didengarnya itu.
Bahkan semua orang pun juga ikut terdiam karena mereka sendiri juga merasa bersalah atas kejadian ini. Kalau bukan karena mereka adalah korban dari sihir jahat mungkin mereka tidak akan tinggal diam seperti ini.
Sen kembali menatap wanita paruh baya yang masih tertidur di ranjangnya dengan ditemani putrinya yang kini tak lagi menangis dan ikut tidur di samping ibunya sambil memeluknya erat.
"Vira... Apa anda masih baik-baik saja?" tanya Sen khawatir pada Vira mengingat Vira yang terlihat sedikit lelah pagi tadi.
Vira menatap Sen dan mengangguk, membuat Sen lega dan tersenyum lembut padanya.
"Apa anda tahu apa yang terjadi pada ibu ini?" tanya Sen beralih topik.
"Ba... La... San..." ucap Vira dengan sedikit gagap yang tanpa ia sadari mengatakannya dengan suara yang cukup jelas untuk bisa di dengar oleh Sen.
"Balasan?" beo Sen tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Vira tentang yang terjadi pada wanita itu.
Vira memalingkan wajahnya dan menatap orang-orang disekitarnya seperti mencari seseorang, Sen ikut melihat apa yang Vira lakukan dan mengikuti arah pandangnya penasaran.
Hingga tertuju pada satu titik yang sama, di tengah kerumunan orang-orang itu terlihat sosok laki-laki yang tengah menatap mereka dengan sorot mata tajam, namun saat tatapan mata mereka saling bertemu, laki-laki itu mulai menyunggingkan senyum nya yang penuh dengan makna tersendiri.
Dan akhirnya sosok itu hilang saat kembali tertutupi oleh kerumunan orang-orang.
***
Sore hari menjelang malam semua orang kembali ke rumah masing-masing dan menutup pintu dan jendela rapat-rapat seperti yang selama ini mereka lakukan selama beberapa tahun ini. tidak ada kegiatan ataupun berjalan-jalan di malam hari yang mungkin bisa membuat mereka menjadi korban selanjutnya dari sihir jahat.
Dengan susah payah Vira memanjat tembok perbatasan yang tingginya mencapai 5 lantai, karena disanalah seseorang tengah duduk sendirian.
"Kau suka sekali ya memanjat tembok dan rumah" ucap Vin ketus, orang yang menjadi alasan Vira memanjat tembok perbatasan.
Hingga akhirnya Vira sampai di atas tembok dan duduk dengan nyaman di samping Vin tanpa berkata atau melakukan apapun yang mengganggu.
"Aku sama sekali tidak habis pikir dengan apa yang kau pikirkan selama ini, apa semua orang yang punya takdir singkat itu memang selalu bertingkah aneh seperti itu?" ucap Vin sedikit kesal.
Vira tak menjawab atau merespon dan hanya menatap pemandangan matahari terbenam di depannya dengan pandangan kosong.
Vin cukup kesal melihat hal itu, tapi ia juga tidak peduli jika memang tak ada respon darinya, lagipula ia tidak mengharapkannya juga.
"Aku sudah melihat semuanya" ucap Vin beralih topik sambil mendengus kesal.
"Yang kau lakukan pada wanita itu... Semuanya sama persis seperti dalam mimpi. Kau sudah membuktikannya dengan jelas, dan sekarang aku percaya padamu, apa kau puas sekarang?" ucap Vin sambil memalingkan wajahnya yang sedikit panas saat mengatakan hal itu.
Dan kali ini pun Vira akhirnya merespon dan balik menatap Vin di sampingnya dengan mata yang melebar. Vin yang sekilas melihat itu pun semakin tidak bisa menatapnya langsung.
"Yah... Kau tahu, semua orang yang terpilih sebagai pemilik sihir khusus mendapatkan mimpi yang sama tentang anak dalam ramalan yang membuat mereka juga bisa mengetahui sosoknya yang tidak bisa dilihat oleh orang biasa" ujar Vin menjelaskan.
Vira semakin antusias mendengar keterangan Vin dengan mata besarnya yang terlihat berseri-seri, yang justru membuat Vin semakin tidak tahan karenanya.
"Tapi itu tidak berlaku untukku ya, aku tidak pernah memimpikan apapun atau melihat sosokmu yang sebenarnya" Vin segera mengelak dengan salah tingkah.
"Itu... Aku tahu semua itu karena adikku... Dia selalu memimpikan anak dalam ramalan dan menceritakan semuanya padaku. I itu sebabnya aku tahu kalau kau memang adalah anak dalam ramalan yang sebenarnya" Vin semakin salah tingkah dan memalingkan wajahnya jauh hingga membelakangi Vira.
"Saya sudah tahu itu... bahkan lebih tahu dari siapapun..." batin Vira saat ia berusaha menggapai tangan Vin untuk di sentuhnya, berharap bisa menyampaikan perasaannya saat ini, tapi kembali teringat dengan siapa sosoknya saat ini membuat ya kembali menarik tangannya dan berpaling ke matahari terbenam yang berada di ujung hutan kegelapan yang seperti menelan nya dalam kegelapan yang dalam.
"Hutan... Yang cantik..."
***