Dilahirkan dari pasangan suami istri yang tak pernah menghendakinya, Rafael tumbuh bukan dalam pangkuan kasih orang tuanya, melainkan dalam asuhan Sang Nini yang menjadi satu-satunya pelita hidupnya.
Sementara itu, saudara kembarnya, Rafa, dibesarkan dalam limpahan cinta Bram dan Dina, ayah dan ibu yang menganggapnya sebagai satu-satunya putra sejati.
"Anak kita hanya satu. Walau mereka kembar, darah daging kita hanyalah Rafa," ucap Bram, nada suaranya dingin bagai angin gunung yang membekukan jiwa.
Tujuh belas tahun berlalu, Rafael tetap bernaung di bawah kasih sang nenek. Namun vidhi tak selalu menyulam benang luka di jalannya.
Sejak kanak, Rafael telah terbiasa mangalah dalam setiap perkara, Hingga suatu hari, kabar bak petir datang sang kakak, Rafa, akan menikahi wanita yang ia puja sepenuh hati namun kecelakaan besar terjadi yang mengharuskan Rafael mengantikan posisi sang kakak
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jatuh cinta pada kakak ipar
Di bangku taman yang dingin, Farel, Rafael, dan Marsel duduk berderet. Botol-botol minuman beralkohol berserakan di sekitar kaki mereka, asap rokok melayang pelan ke udara, dan ketiganya menatap langit malam yang bertabur bintang. Rafael tersenyum samar, seolah tengah menyimpan rahasia. Ada secercah harapan dalam dirinya bahwa esok hari akan kembali normal—seperti dulu. Namun, di balik senyum itu, hatinya terasa ganjil. Terlalu banyak waktu ia habiskan bersama Viola, terlalu banyak kenangan yang ia biarkan mengendap, dan kini, mendadak ia harus menjauh.
Rafael melirik kedua temannya yang sudah terkapar karena mabuk. Helai rambut Marsel menutupi wajahnya, sementara Farel mendengkur pelan dengan mulut sedikit terbuka. Udara malam makin menggigit tulang. Rafael akhirnya berdiri, merapatkan jaketnya, lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Begitu pintu ia tutup, ia berbalik dan pandangannya langsung jatuh pada sosok Viola.
Gadis itu bersandar lemah di kusen kamar mandi dengan pintu yang setengah terbuka. Wajahnya pucat, tubuhnya terhuyung, dan muntah masih mengotori ujung gaun tidurnya. Rafael tertegun sejenak, kemudian melangkah cepat mendekat.
“Viola… kau muntah?” suara Rafael lirih, berat, matanya sayu dan bengkak. Ada gurat merah di pipinya, entah karena alkohol atau udara dingin yang menusuk.
Viola menoleh sekilas, lalu cepat mengedarkan pandangan ke sekeliling. Wajah nya terlihat kaget, takut kalau ada orang lain yang melihat keadaan mereka. Ia lalu mengangkat tangannya, menyentuh pipi Rafael yang panas. Hidungnya mengerut, sebab tubuh Rafael berbau campuran alkohol dan asap rokok yang begitu pekat hingga membuatnya mual. Ekspresinya jelas tak nyaman, keningnya berkerut, bibirnya menggertak pelan menahan rasa eneg.
“Rafael… kau harus bersihkan diri dulu,” ucap Viola dengan suara bergetar.
Ia membantu Rafael masuk ke kamar mandi, membimbing tangannya, membersihkan wajah dan mulutnya, lalu menggiringnya untuk menggosok gigi. Rafael, meski mabuk, hanya menatap Viola dengan mata setengah terpejam. Ada senyum tipis yang terselip, senyum yang tak pernah benar-benar bisa ia sembunyikan setiap kali menatap gadis itu.
Namun sebelum Viola berhasil membawa Rafael ke kamarnya, suara pintu depan berderak. Farel dan Marsel masuk dengan langkah sempoyongan, wajah merah padam, napas berat karena dingin.
“Hmm… siapa di kamar mandi?” tanya Farel dengan nada berat, langkahnya goyah menuju arah suara.
Viola sontak panik. Dengan sigap ia menutup pintu kamarnya rapat-rapat, lalu bersuara dari dalam, “Aku… ini aku, Viola.”
Farel yang setengah mabuk hanya tersenyum konyol. “Kakak ipar…” ucapnya, lalu berbalik menuju kamarnya sendiri.
Rafael membuka matanya sedikit, memandang wajah Viola dari jarak dekat. Senyumnya kabur, suaranya melantur, tapi tulus. “Viola… ini kau? Benarkah ini nyata? Gadis cantik dari SMA kami… Viola.”
Wajah Viola terlihat kaku. Bibirnya bergetar, matanya berkaca-kaca. Ia berusaha kuat, memapah tubuh Rafael keluar dari kamar mandi dan membawanya ke ranjang.
“Aku jatuh cinta pada orang… yang takkan pernah bisa kumiliki,” bisik Rafael, wajahnya tenggelam di bahu Viola. “Semua yang ku punya ini… hanyalah bayangan dari impiannya.”
Viola menggigit bibirnya, menahan tangis. Hatinya seakan diremas. Ia sudah cukup terluka hanya dengan mencintai Rafael dalam diam. Sejak dulu hidup Rafael memang berantakan, tapi tak pernah sekalipun perasaannya surut. Baginya, Rafael tetaplah pria yang sama pria yang menjadi kelemahannya.
Viola menopang Rafael hingga masuk kedalam kamar nya, melihat Rafael yang terbaring, membuat viola merasa tidak ingin jauh dari nya, apakah vidio Rafael memang selalu berantakan? padahal ia punya sahabat yang selalu ada di samping nya, tetapi ia tetap terlihat seperti pohon yang goyang saat angin kencang walau akar nya udah menancap kencang ke tahan,
...🌻🌻🌻...
Keesokan paginya, sinar matahari menembus tirai tipis. Suasana rumah jauh lebih tenang. Rafael dan Farel berdiri tegak dengan seragam pilot mereka, rapi, gagah, dan berwibawa. Ada panggilan penerbangan pagi ini. Kebetulan, Rafa dan Viola juga harus kembali hari ini, meski jadwal penerbangan mereka berbeda.
Mereka berempat berangkat ke bandara bersama. Anehnya, tidak ada kecanggungan yang berarti. Rafael telah menjelaskan semuanya kepada Rafa, dan sang kakak menerimanya sebagai bentuk kasih sayang seorang adik, bukan sebagai pengkhianatan. Semua bisnis keluarga kini berjalan lancar, karena Rafael siap menggantikan peran itu.
“Aku dan Farel akan menuju pesawat sekarang. Kakak, kakak ipar, hati-hati. Kabari aku jika sudah tiba,” ucap Rafael dengan senyum hangat.
Rafa menepuk bahu adiknya, senyum tipis di wajahnya menyingkirkan segala dendam masa lalu. “Baiklah, aku akan memberi kabar, kau juga saat sudah landas nanti, balas pesan ku, ” balasnya tulus.
Rafael menoleh pada Viola. Pandangannya dalam, penuh arti seakan ingin mengabadikan momen terakhir. Mungkin ini tatapan perpisahan. Jika empat tahun yang lalu mereka sudah berpisah begitu lama, kini entah berapa lama lagi. Sepuluh tahun? Dua puluh? Atau selamanya? Ia sadar, dalam kisah ini, dirinya hanyalah tokoh sampingan.
“Selamat tinggal… kakak ipar, semoga perjalanan kalian menyenangkan” ucap Rafael akhirnya.
Rafa menoleh ke arah viola, mengandeng tanggan nya, lalu tersenyum " harus nya pertemuan kalian tidak seperti ini, maaf karena aku terlambat mempertemukan kalian ".
Rafael tertawa kecil, memang sudah tidak ada beban lagi yang ia rasakan, semua kejadian ia anggap angin lalu, sama sekali tidak ada bekas atau tanda-tanda mereka pernah bersama dan menghabiskan malam bersama " kau tenang saja kak, aku dan kakak ipar akan menjalin hubungan baik, walau pertemuan kami tidak menyenangkan "
Deg.
Viola terhentak. Kata itu menusuk dadanya lebih dalam daripada yang ia kira. Selama ini Rafael selalu memanggil namanya. Tapi kali ini, untuk pertama kalinya, ia menyebutnya “kakak ipar” sebuah panggilan yang menyadarkan Viola tentang realitas yang tak bisa ia ubah.
Wajahnya menegang, bibirnya kaku, ada getir yang ia sembunyikan di balik senyumnya. “Ya…, hubungan akan terjalin karena kita adalah keluarga, mana mungkin dengan semua yang Rafael lakukan, aku akan melupakan nya dan membuat hubungan kami menjadi canggung "
Rafael tersenyum, ia berbalik bersama dengan farel, mereka bercanda tawa, enam bulan lalu seperti tidak terjadi apa-apa, mudah baginya melepaskan namun tidak mudah untuk melupakan, kenangan yang mendalam akan selalu punya tempat tersendiri, ekspresi wajah Rafael memang datar, tapi apakah isi hati nya juga sama datar nya dengan wajah nya? Itu hanya Rafael yang tahu, .
Hati viola berbisik lain. ia tak pernah bisa menyebut Rafael sebagai adik iparnya. Baginya, Rafael tetaplah Rafael pilot gagah dan tampan yang menjadi masalah terbesar dalam hidupnya, sekaligus satu-satunya nama yang enggan ia lupakan, kedua nya sedang bermain-main dengan karya yang sedang takdir tulis, apakah takdir akan memberikan mereka kesempatan untuk bersama bahkan sekali saja?
Jangan lupa beri bintang lima, like dan komen ya teman-teman
Bersambung...........
Hai teman-teman, yuk bantu like, komen dan masukkan cerita aku kedalam favorit kalian, ini karya pertama aku dalam menulis, mohon bantuan nya ya teman-teman terimakasih........