Zalika Azzalea adalah gadis cantik yang berusia dua puluh dua tahun, dirinya memutuskan untuk menikah dengan sang kekasih Arga Pramana diusia muda dengan harapan sebuah kebahagiaan
Pil pahit harus ia telan, karena pernikahan tak berjalan seperti yang dirinya impikan. mimpi sederhana untuk biduk rumah tangga yang sempurna nyatanya harus ia kubur dalam-dalam
Pernikahan yang hanya berlangsung tiga hari itu berakhir dengan menyisakan trauma mendalam, mengubah gadis ceria menjadi seorang yang takut akan cinta
Akankah ada pria yang dikirim tuhan untuk menyembuhkan lukanya? lalu Cinta yang akan memberinya kebahagiaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana
"Bang Akbar?" Baru saja hendak bicara, penghuni kamar tersebut dikejutkan oleh kedatangan pemuda yang wajahnya mirip dengan salah satu penghuninya
Rayn mendengus, kedatangan saudara kembarnya terasa mengganggu. Ya, keduanya memang memiliki karakter yang jauh berbeda dan Rayn sedikit tidak suka jika urusannya dicampuri oleh saudara kembarnya ini
"Lo ngapain kesini? Balik sana!" Usirnya
"Ada apa bang Akbar kesini?" Lihatlah bagaimana dirinya membuat Rayn kesal, merasa diabaikan tentu membuat siapa saja kesal
"Lo juga duduk! Abang ada sesuatu yang mau diomongin!" Dengan santainya Ryan duduk disamping saudara kembarnya dan bersandar pada headboard guna menyimak apa yang akan kakak laki-laki mereka ini sampaikan
"Ada apa bang? Lo keliatan cemas!" Tebak Ryan
"Gue rasa, Arga bukan suami yang baik buat Zalika" Akbar mulai bicara
"Maksud Lo apa bang?" Tanya Rayn tidak mengerti
"Gue sempet ketemu dia di club saat malam pertama pernikahan dia sama Zalika. Setelah gue tanya, dia bilang lagi ngerayain ulang tahun temen nya!" Jawab Akbar
"Apa salahnya, dia cuma ngerayain ulang tahun temen kan?"
"Dasar bego!" Rayn mengumpat saat saudara kembarnya menyebutnya seperti itu "nggak ada suami yang ninggalin istrinya di malam pernikahan, Rayn"
"Ryan bener, terus paginya saat gue kerumah Zalika. Dia keliatan nggak baik-baik aja, ditambah ada luka dileher dan lebam di wajahnya!" Jelas Akbar
"Bangs__!" Umpat Rayn "Kita sikat sekarang aja!"
"Jangan gegabah Rayn, kita akan kerumahnya tapi dengan rencana. Jangan sampai masalah ini jadi Boomerang untuk kita!" Kata Akbar
"Tapi kak Zal. Gue nggak bisa diem aja saat tau kakak gue disakitin, bang" ucap Rayn. Kilat diwajahnya jelas menunjukkan kemarahan
"Gue ngerti, tapi ini masih kecurigaan gue aja. Makanya gue minta tolong sama kalian buat kita buktiin ini sama-sama" Ujar Akbar
"Terus kapan kita kesana bang?" Tanya Ryan
"Lusa"
"Itu kelamaan bang, kalau sampai kak Zal kenapa-napa gimana?"
"Kita mau nangkep basah Ray, kalau besok kemungkinan kak Arga lagi dikantor dan kak Zal pasti nggak ngaku" Ucap Ryan
"Ya kita bisa dateng sama ayah, kak Zal pasti nggak akan bisa bohong sama ayah!" Rayn memberi usul
"Ayah sama mama nggak boleh tau dulu masalah ini, biar kita dapet bukti dulu" ujar Akbar yang tentu saja membuat Rayn bingung
"Kenapa gitu?"
"Ini kan masih kecurigaan bang Akbar doang, bisa aja salah. Kalau ayah sampai terlibat, jelas kita bakal dapat masalah. Lo mau dikurung nya lebih lama!" Keduanya memang memiliki sifat yang jauh berbeda
Jika Ryan lebih tenang dan mampu berpikir jernih, maka berbeda dengan Rayn yang lebih mengutamakan emosinya, persis seperti sang ayah
"Oke, kalau gitu kita kesana pas weekend" Ucap Rayn pada akhirnya
"Oke! Tugas Lo, cari alasan yang paling masuk akal buat ngeyakinin ayah sama mama biar mereka nggak curiga!" Titahnya pada Rayn
"Dan Ryan, tugas Lo buat bikin ayah sama mama percaya sama alasannya Rayn"
"Siap bang" jawab keduanya bersamaan
Dikediamannya Zalika tengah meringkuk di atas tempat tidur, kasur yang empuk nyatanya tak bisa membuatnya tidur dengan nyenyak
Selama ini ia hanya ingin mendapatkan suami yang memperlakukan dirinya persis seperti yang dilakukan sang ayah pada mamanya
Namun nasib sial membawanya pada pria seperti Arga, bahkan ia merasa takut jika mendengar deru mesin mobil milik suaminya sendiri
"Ayah.." lirihnya, sudah dua hari ini ia tidak saling memberi kabar dengan keluarganya. Setelah pembicaraannya kemarin bersama Tari, Arga menyita ponsel miliknya dengan alasan takut jika wanitanya itu mengadu
"Kapan ayah akan jemput Zalika? Zalika takut disini! Zalika cuma mau sama ayah!" Tangis pilunya mengisi setiap sudut kamar, menggambarkan luka yang begitu pedihnya
***
Pagi ini sesuai rencana, Akbar datang pagi-pagi sekali untuk menjemput dua anak kembar itu
Setelah pelayan membukakan pintu, pria tampan itu melangkah dan berpapasan dengan seorang wanita cantik dengan senyum manisnya
"Akbar?"
"Mama" Akbar mendekat, lalu mencium punggung tangan wanita yang sudah ia anggap ibu tersebut
"Kita sarapan dulu!" Ajak Tari
"Bang.." dari lantai atas dua pemuda dengan wajah yang sama namun sifat yang jauh berbeda tengah berjalan beriringan
"Kalian mau pergi?" Tanya Tari melihat ketiga putranya secara bergantian
"Iya" jawab ketiganya
"Mau kemana lagi kamu, Rayn? kamu kan lagi dihukum sama ayah" Zayyan datang dan berdiri disamping istrinya
"Kita mau nge-gym!" Rayn dengan sejuta alasannya
"Nge-gym? Kok tumben?" Tanya Zayyan penuh selidik
"Iya, tanya aja sama Ryan kalau nggak percaya!" Ryan hanya bisa mengumpat dalam hati saat saudara kembarnya itu membuatnya mendapat tatapan penuh kecurigaan dari sang ayah
"Bener gitu, Ryan?"
"I-iya yah, bang Akbar nga-ngajakin kita nge-gym!" Seseorang yang tidak pernah berbohong memang tidak akan pernah bisa, lihatlah bagaimana wajah gugup Ryan saat ini
"Lo jangan gugup, kutu buku!" Bisik Rayn pada saudara kembarnya
"Berisik Lo!"
"Udalah mas, itu bagus kan! Lagian mereka perginya sama Akbar" Tiga pria itu terlihat menghela napas lega saat Tari bicara
"Iya, yah. Ini juga bagus supaya mereka nggak sering-sering berantem" Akbar ikut menimpali
"Bang Akbar bener, sekarang aja kita ngerasa nya udah akrab, iya kan Ryan!" Rayn merangkul pundak saudara kembarnya lalu keduanya tersenyum, tentu saja senyuman itu terpaksa
"Ya udah, kalian berangkat sana!" Ucap Zayyan pada akhirnya
"Kalian nggak mau sarapan dulu?"
"Nggak perlu mah, kita buru-buru soalnya" jawab Akbar
Ketiganya berpamitan, setelah itu mencium punggung tangan pasangan suami istri itu secara bergantian
"Udahlah, mending kita sarapan berdua aja!" Zayyan memeluk pinggang istri tercintanya itu
"Berasa sepi kalau sarapan nggak bareng anak-anak!"
"Kamu mau kita sarapan di taman belakang? Biar lebih romantis" Zayyan menawarkan, tak tega rasanya melihat raut wajah sedih wanita itu
"Kamu serius?" Zayyan mengangguk "Kalau gitu aku suruh pelayan buat siapin semua nya"
Jika kedua orang tuanya tengah melakukan sarapan pagi dengan romantis, berbeda dengan putri kesayangan mereka yang saat ini tengah meraung memohon ampun
"Berani sekali kamu melakukan itu, Zalika!" Pukulan demi pukulan Arga berikan pada tubuh mungil itu, bahkan ditangannya tengah menggenggam sebuah tongkat baseball
"Ampuni aku mas, aku janji nggak akan ngelakuin itu lagi" Zalika bersimpuh, tangannya gemetar memegang kaki suaminya
Arga merendahkan tubuhnya, dengan sebelah tangannya pria itu mencengkram kuat kedua pipi sang istri
"Harusnya kamu memikirkan akibatnya sebelum berusaha untuk melarikan diri, kelinci kecil yang manis" dengan sangat kasar Arga menghempas wajah cantik itu lalu mendaratkan satu tamparan keras hingga membuat sudut bibir Zalika sobek dan cairan merah segar keluar dari sana
semoga terkuak ya rahasianya