Kinanti Azania, Gadis berusia 19 tahun yang berteman air mata semenjak Ayah nya jatuh sakit.
Hingga akhir nya ia di jual oleh Ibu tirinya kepada mucikari.
Bagaimana nasib Kinan selanjut nya? Ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisnu Keandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjalanan Kinan 27
Kinan meringis merasakan pipi nya yang sakit dan panas karena tamparan Bian.
"Kita nggak akan pisah." Tegas Bian.
"Aku nggak kuat Mas, aku selalu kamu abaikan, 1 bulan kamu nggak nyentuh aku Mas, karena kamu asik sama istri ke dua kamu, kamu bilang kerja, lembur, ke luar kota oke aku sabar nunggu, tapi nyatanya apa Mas. Bahkan aku pergi pun nggak kamu cari." Air mata Kinan sudah tumpah.
"Aku nyari kamu, aku khawatir sama kamu dan Nasywa." Elak Bian.
"Iya di malem pertama aku pergi kamu cari aku, terus yang selanjutnya sampai sekarang, nggak kan."
"Tasya morning sickness parah, aku nggak bisa ninggalin dia lama-lama."
Lagi-lagi Hati Kinan teriris.
"Kemarin aku ketemu dia di toko buah, dia baik-baik aja Mas."
"Jangan ngada-ngada Bun, oke aku temenin kamu malem ini, tapi jangan fitnah Tasya."
"Nggak apa-apa kalo kamu pingin jaga Anak kamu di kandungan Tasya, itu wajar Mas, tapi cara kamu salah, kamu terlalu nyepelein aku Mas, aku terabaikan, kamu terlalu di manfaatin sama Tasya Mas!!"
"Jaga bicara kamu Nan." Bian menunjuk wajah Kinan.
"Memang itu nyata nya!!" Pekik Kinan.
"Kinan!!" Bian mengangkat tangan nya.
"Tampar Mas, tampar lagi !!"
Kinan yang sudah lelah berdebat memutuskan pergi.
"Kinan, aku belum selesai ngomong." Teriak Bian.
Melihat Kinan pergi Bian segera menelepon Rafa agar mengikuti Kinan, Rafa yang memang berada ada di acara pernikahan Anggun langsung menunggu Kinan di dekat gerbang, karena cukup ramai orang berlalu lalang di kediaman Artama.
🍃🍃🍃
Kinan jalan dengan tergesa-gesa, ia tidak ingin orang melihat nya yang sudah bermandi air mata.
Rafa yang melihat Kinan langsung mengikuti kemana langkah Kinan.
Kinan terus melangkah menuju mobil yang memang terparkir agak jauh.
"Aku kecewa banget sama kamu Mas, apa yang aku harapin di pertemuan kita ternyata nggak sesuai expetasi."
"Kenapa kamu bisa di bohongin sama Tasya, jelas-jelas dia baik-baik aja."
Kinan terus menghapus air mata nya yang sangat susah berhenti mengalir Kinan terlalu kecewa dengan Bian, baru saja Bian mengatakan jika dirinya mencintai nya, secepat itu kah hatinya berpaling ?.
Tanpa Kinan sadari dirinya hampir tertabrak motor.
"Kinan!!"
Pekik 3 orang pria bersamaan, mereka saling melirik heran karena punya satu tujuan.
Mereka adalah Rafa, Frans, dan Wisnu.
Frans langsung berlari menghampiri Kinan yang kaget, sementara Rafa dan Wisnu, ikut menyusul, saat Frans hampir sampai di dekat Kinan tiba-tiba tubuh Kinan ambruk, dan dengan sigap Frans menangkap nya.
"Kinan... Kinan..."
Frans mencoba membangunkan Kinan, Wisnu yang melihat Kinan pingsan meminta Rafa untuk menyiapkan mobil agar membawa Kinan menuju RS.
Baru saja Rafa akan pergi Mang Rohmat datang dan mereka memutuskan untuk membawa Kinan dengan mobil yang di bawa Mang Rohmat.
Kini Kinan berada di pangkuan Wisnu, Frans memutuskan untuk membawa mobil nya sendiri sementara Rafa duduk di depan.
"Kinan habis debat sama Abang lo." Ucap Rafa sembari melirik Wisnu.
"Breng**k."
Umpat Wisnu kesal, Rafa melirik Wisnu lalu menyeringai tipis, entah apa yang di fikiran Rafa saat ini.
Mereka sudah sampai di RS, tak lama Frans juga sampai. Dokter segera menangani Kinan.
Tak lama Dokter keluar dan meminta salah satu dari mereka masuk.
Rafa mengkode agar Wisnu ikut dengan Dokter.
"Apa Istri anda sering pingsan seperti ini Pak?" Tanya Dokter itu, membuat Wisnu salah tingkah sendiri.
"Mm... Ini yang kedua kali nya Dok."
"Dugaan saya Istri anda terkena kasusVasovagal syncope yaitu ketika bagian dari sistem saraf yang mengatur detak jantung dan tekanan darah tidak berfungsi, ini bisa terjadi karena Ibu hamil terkena paparan panas atau ketakutan.
Terlalu sering pingsan di trimester pertama kehamilan juga bisa menyebabkan kelahiran dini atau kelahiran sebelum usia 37 minggu. Saya harap ini yang terakhir terjadi, buat Istri anda jadi lebih nyaman dan jangan biarkan dia terlalu sering ketakutan, jadikan istri anda sebagai ratu apa lagi masih mengandung, yang artinya akan memberi anda keturunan."
"Iya Dok, saya usahakan."
Dokter itu pergi lalu Wisnu mendekati ranjang Kinan, Wisnu menatap Wajah Kinan.
Suster datang meminta izin Wisnu untuk memasang infus di tangan Kinan.
Wisnu tiba-tiba teringat Frans, dia memutuskan untuk menghampiri Frans terlebih dahulu.
"Frans, lo kenal sama ipar gue ?" Tanya Wisnu.
"Iya, bahkan mungkin sebelum lo kenal sama dia."
Lalu Frans menceritakan awal perkenalan nya dengan Kinan.
"Kinan nggak bilang kalo dia Istri Bian, entahlah kenapa."
"Karena Kinan tadi nya cuma simpanan Bian."
Frans mendongakkan kepala nya menatap Wisnu serius.
"Serius Bang."
"Maaf untuk cerita lebih jauh mungkin gue nggak berhak karena ini persoalan rumah tangga orang lain."
Frans mengangguk mengerti, ya Frans adalah Adik bungsu Alfat yang sedang menyelesaikan gelar Dokter nya.
"Gue tadinya udah punya harapan tinggi ke Kinan, berharap bisa punya hubungan ke jenjang lebih jauh malah di kasih kejutan luar biasa."
Wisnu tersenyum mendengar nya.
"Lebih baik lo pulang, acara pasti belum selesai, biar gue sama Rafa disini."
"Oke gue balik."
Ucap Frans sembari berdiri ,Wisnu mengangguk lalu Frans melangkah pergi.
Wisnu dan Rafa masuk ke ruangan untuk melihat Kinan.
"Telfon Bian Bro, ini kewajiban dia." Pinta Wisnu kepada Rafa.
"Yakin."
Wisnu mengangguk.
Rafa segera menelfon Bian mengabari keadaan Kinan.
"Hallo Tuan."
"Ada apa !!"
"Istri anda......"
Bian segera bergegas menuju RS tanpa memberi tahu orang rumah takut acara Kakak nya akan terganggu.
Kini Bian sudah berada di dekat Kinan, Di usap nya dengan sayang kepala Istri nya, jika melihat Istri nya terbaring lemah seperti ini ia jadi menyesal sudah menampar Kinan.
"Kenapa kamu keras kepala sih." Gumam nya.
"Gue balik, nggak enak sama tamu yang dateng kalo kita nggak ada semua di sana."
Bian mengangguk, lalu Bian melihat mata Kinan yang mulai terbuka.
"Dengerin aku yank, kalo aku nggak ngasih perhatian extra Tasya bisa nekat, aku sayang sama kamu, aku cinta, tapi aku juga khawatir sama janin di perut Tasya, Anak aku juga yank, Tasya bisa nekat kalo aku nggak nurutin kemauan dia, seenggaknya sampai Anak itu lahir, kasih aku waktu."
Kinan hanya diam tidak menjawab.
"Aku capek Mas, aku mau istirahat, kamu temenin aku disini kan?"
Kinan tidak menghiraukan ucapan Bian.
"Iya aku temenin."
Bian menggenggam erat tangan Kinan.
"Aku cuma kecewa sama kamu Mas, harus nya kamu sadar kalo aku juga butuh kamu."
"Maaf."
"Aku udah bosen Mas denger kamu minta maaf, tapi masih kamu ngulangin aja."
"Jangan memperkeruh suasana dong Bun."
Bian mulai meninggikan suara nya.
Kinan diam lalu menghapus air mata nya, tiba-tiba ponsel Bian berdering.
"Hallo..."
"..............."
"Iya iya..."
Bian mematikan telfon itu lalu melihat Kinan.
"Tasya butuh aku, maaf aku harus pergi."
Kinan menahan tangan Bian.
"Kamu udah janji." Ucap Kinan lemah.
"Sebentar aja, nanti aku ke sini lagi, plis.."
Kinan memalingkan wajah nya, Bian menggeleng lalu pergi meninggalkan Kinan.
Kinan menatap nanar pintu yang tertutup.
"Insya Allah keputusan ku tepat!"
Ucap Kinan tegas.