Gadis yang harus terpaksa menikah dengan CEO muda kaya, karena Ayahnya terlilit hutang yang banyak. Namun, apa jadinya ketika dia baru tahu setelah menikah. Suami nya itu adalah seorang psikopat pembunuh berdarah dingin.
Tubuh Zizi bergetar hebat karena Kenzo mengarahkan pisau itu ke mulut mungilnya.
"Sssttt … jangan banyak bicara, apa kamu mau mulutmu yang kecil cerewet ini disobek?"
Kenzo semakin mendekatkan pisau itu ke mulut Zizi. "Sepertinya aku ingin melukis di atas kulitmu yang mulus ini, tapi aku tidak mempunyai tinta."
Zizi yang masih gemetaran memberanikan diri untuk bersuara.
"Tuan maafkan saya karena saya tadi begitu lancang."
Namun, Kenzo tidak menghiraukan Zizi. "Bagaimana kalau pisau ini sebagai kuas untuk melukis, sepertinya akan sangat indah."
Mau tahu kelanjutannya cuss ...Dibaca saja!!
Warning … . bisa membuat KECANDUAN.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Keajaiban
Zizi masih berbaring ia melihat Kenzo dan Jesi sedang menggendong bayinya.
"Sayang, liat anak kita hidungnya lebih mirip dengan kamu."
Zizi tersenyum. "Bawa sini aku juga mau melihat mereka."
Kebahagiaan Zizi rasanya sudah lengkap dengan hadirnya dua sosok malaikat yang dapat mengubah segalanya.
"Nyonya mereka sangat tampan."
"Pasti, kamu lihat sendiri kan Mommy sama Deddy nya." Zizi menjawab dengan nada pelan.
"Apa papa benar-benar sibuk, makanya membatalkan keberangkatannya untuk kesini?" kata Zizi sambil menatap Kenzo.
Kenzo sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Sayang sudah, diluar ada ayah dan ibu tiri kamu. Ayo Jesi kita keluar dulu biarkan mereka masuk."
"Kenapa harus keluar?" tanya Zizi.
"Cuma dua orang yang bisa masuk sayang, kamu tenang saja aku tunggu di luar oke."
"Gak mau, suruh saja mereka pulang. Aku tidak mau dijenguk mereka." pekik Zizi langsung.
Zizi tidak habis pikir, kenapa pak Hardian datang setelah Zizi melahirkan. Selama ini kemana saja tidak pernah bertanya sekedar keadaan Zizi.
"Bukankah kamu dulu yang mengatakan dendam itu tidak baik."
"Huh … sebentar saja tidak usah lama-lama." Zizi cemberut sambil mengatakan itu.
"Iya sayang, jangan gitu senyum dong."
—-----
Pak Hardian masuk bersama Eliza.
"Zizi selamat ya, Nak. Kamu sudah menjadi seorang Ibu."
Pak Hardian begitu tulus mengatakan itu pada Zizi.
"Terimakasih Ayah sudah mau datang kesini." Tanpa melihat ke arah Pak Hardian.
"Ayah tidak menyangka telah memiliki cucu kembar sekaligus."
"Sudah Mas, kita keluar sekarang."
Eliza tidak tahan berlama-lama di dalam karena Zizi tidak melirik mereka sedikitpun.
"Ayah pulang saja, Zizi akan baik-baik saja."
"Ayo Mas!"
"Ayah pulang dulu kalau begitu."
Zizi melihat Ayahnya yang begitu nurut sama Ibu tirinya itu.
"Pergilah Ayah, besok kalau Ayah sudah tidak mampu untuk melangkah lagi baru datang kepada Zizi."
Pak Hardian menatap mata Zizi yang berkaca-kaca.
"Ada apa, kenapa kamu bicara begitu."
"Apakah Ayah buta perempuan ini hanya ingin harta saja, Zizi sudah beberapa kali menemukan nya dengan laki-laki yang jauh lebih muda dibandingkan usianya."
Eliza yang tidak terima mendekati Zizi.
"Omong kosong apa yang telah kamu ucapkan, bukankah kamu tidak pernah menyukai ku sebagai ibu sambung mu, makanya kamu membuat rumor yang berlebihan."
Zizi memberikan Pak Hardian polsennya namun, Eliza dengan cepat menyambarnya.
"Ini editan Mas, jangan percaya sama anak yang selalu membenci ku ini."
Dengan wajah mengiba Eliza berhasil membuat Pak Hardian percaya.
"Zizi sudah bicara sesuai dengan fakta dan apa yang telah Zizi lihat, Ayah kali ini percaya sama Zizi."
Zizi terus saja berusaha meyakinkan Ayahnya tapi sayang Pak Hardian lebih percaya pada istrinya.
"Zizi kamu boleh membenci Ibu tirimu tapi jangan sampai keterlaluan begini."
"Sudah ada bukti tapi Ayah masih saja membelanya."
Eliza tidak mau Pak Hardian sampai tahu semuanya. Ia lalu menarik tangan Pak Hardian untuk segera keluar.
"Dasar wanita gatal, tunggu saja aku akan segera membongkar kebusukan mu."
Entah mengapa Zizi sangat membenci ibu tiri yang selalu membuat ayah nya tunduk.
***
Kenzo sekarang sedang berada di pemakaman papanya, ingatanya kembali pada di saat ia menangis histeris di pemakaman almarhum mamanya.
"Apa itu murni kecelakaan? lalu dimana sopirnya kenapa tidak ada di dalam mobil."
Niko juga tidak tahu karena menurut hasil penyelidikan polisi, sopirnya bisa jadi lompat sebelum mobil itu meledak.
"Saya masih menyelidikinya Tuan, karena dari platnya mobil itu mirip dengan yang ada di mansion."
"Siapa yang mau mengusik hidupku lagi Niko apa kamu tahu?"
"Saya tidak tahu Tuan, tapi saya akan menemukan bukti yang akurat."
Kenzo duduk sambil menangis ia bukan laki-laki lemah tetapi, ia merasa sangat bersalah karena selama ini dia selalu melawan dan menentang kehendak papanya.
"Akan ku lenyapkan orang itu Niko, dia sekarang sedang berurusan dengan orang yang salah."
Setelah acara pemakaman selesai Kenzo dan Niko kembali ke rumah sakit, ia sengaja menyembunyikan kematian papanya dari publik.
—-----
Zizi berteriak histeris karena anaknya telah dinyatakan meninggal oleh Dokter.
"Tidak Dokter Anda mungkin salah, bayi saya begitu sehat lalu kenapa sekarang dinyatakan meninggal."
"Bayi Anda yang kedua mengalami kelainan jantung Nyonya maka dari itu, ia tidak bisa bertahan untuk hidup."
Karana Zizi tidak bisa mengontrol dirinya Dokter itu terpaksa menyuntik obat tidur pada Zizi.
"Bayi ku Jesi, selamatkan dia bagaimanapun caranya."
Jesi sama seperti Zizi ia merasakan sakit, apalagi dia dulu pernah membunuh darah dagingnya sendiri dengan sangat keji.
"Jesi katakan bayi ku masih hi–"
"Nyonya tenang kan diri Anda."
Saat Zizi akan mencopot impusnya obat tidur itu bereaksi Zizi kembali tertidur.
Kenzo yang baru datang menarik kerah baju Dokter itu, karena Kenzo sempat mendengar beberapa perawat membicarakan bayinya yang sudah meninggal.
"Jangan mempermainkan saya Dokter, anak saya tidak mungkin meninggal."
Dokter itu hanya bisa menghela nafas
"Anda bisa ikut saya Tuan."
Kenzo menumpahkan air matanya lagi di saat ia melihat bayi duplikat persis seperti dirinya.
Tubuh kecil itu terlihat pucat, beberapa suster keluar membiarkan Kenzo.
"Kenapa kamu ninggalin Deddy dan Mommy sayang."
Kenzo benar-benar hancur saat ini.
"Sudah Tuan, Anda saat ini sedang di uji."
Niko datang menepuk-nepuk bahu Kenzo.
"Apa ini sebagai balasan ku, telah membunuh banyak orang."
"Tidak Tuan ini namanya takdir."
Kenzo mengambil tubuh kecil itu memeluknya dengan sangat erat. Ia berharap keajaiban itu akan datang.
"Bangun sayang jangan tinggal kan Daddy, kenapa dunia tidak adil begini kepada ku Niko."
Niko diam-diam mengusap air matanya, bukankah dia juga pernah merasakan kehilangan anaknya di saat ia belum melihat wajahnya dan lahir kedunia ini.
"Erlan Almo Alvaro." Kenzo berbisik di telinga bayi yang masih terlihat merah sudah tidak bernyawa itu.
"Kapan kita akan menguburkan nya Tuan?"
"Biarkan mommy nya melihatnya dulu untuk terakhir kalinya."
Kenzo meletakkan bayi yang dia beri nama Erlan itu. Ia kemudian berjalan ke arah box bayi yang satunya. Yang sedang tertidur pulas.
"Erlon Almer Alvaro, apakah menurutmu namanya cocok Niko??
"Iya Tuan nama bayi Anda sangat bagus."
Kenzo tidak sanggup lagi berada di ruangan itu. Tanpa ia sadari Erlan yang dinyatakan telah meninggal menggerakkan tangan mungilnya.
"Tuan … lihatlah, bayi itu bergerak."
Kenzo merasa Niko ingin menghibur dirinya yang sedang merasakan sedih yang teramat dalam.
"Niko kamu jangan bercanda tidak lucu. Mungkin ini sudah garis jalan hidupku begini."
Namun, takdir tidak akan pernah ada yang tahu bukan. Bayi itu menangis suaranya menggema di ruangan itu. Erlon yang tadi tidur pulas ikut menangis.
Kenzo tidak tahu harus berbuat apa. Antara sedih dan senang bercampur menjadi satu.
"Cepat panggil dokter Niko!"
Beberapa saat dokter itu berlari setelah Niko memberitahu nya.
"Ini sebuah keajaiban Tuan."
Sambil memasang alat bantu pernapasan pada Erlan, Dokter itu terus saja mengucapkan puji Tuhan.
"Takdir tidak pernah ada yang tahu Tuan, Anda masih diberi kepercayaan untuk merawat dan membesarkan mereka."
"Iya Dok, saya sempat putus asa tadi, sebelum keajaiban itu datang."
Di ruang lain seseorang sedang memukul meja hingga tangannya berdarah.
"Dia tidak boleh bahagia, akan ku pastikan Zizi akan ku rebut kembali."
Setelah mengatakan itu Darel menggunakan masker dan pakaian perawat lengkap menuju keruangan Zizi.
gak cocok jdi psikopat😂😂
jawabannya satu karena darel adalah PEBINOR hanya begitu dispesialkan disetiap novel yang novelisnya wanita,
kak tp q blm puas bgt mngkanya di bikin lg cerita anak2 mereka ya kak si arlon briana sm arlan aurora pasti g kalah seru dan bucin2.