NovelToon NovelToon
Dia Suamiku

Dia Suamiku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Badboy / Patahhati
Popularitas:6.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Yutantia 10

Sejatinya, pernikahan adalah suatu ibadah dan kebahagiaan yang harus dikabarkan. Tapi tidak bagi Mila dan Elgar. Pernikahan siri mereka hanya diketahui oleh mereka berdua dan orang tua Mila dikampung.



"Ingat, pernikahan kita atas dasar saling membutuhkan. Aku membutuhkan kepuasan, dan kamu membutuhkan uang. Jadi jika salah satu diantara kita sudah merasa tidak butuh, kita berakhir." Itulah kata kata yang selalu Elgar ucapkan.

"Lebih dari uang yang aku butuhkan, aku butuh cintamu." Kata kata yang hanya mampu Mila ucapkan dalam hati, tapi tak pernah bisa dia lafalkan.

Saat berdua, mereka adalah suami istri. Tapi saat ada orang lain, mareka adalah dua orang asing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CINTAI DIRI SENDIRI

TINNN TINN TINN

Suara klakson yang sengaja ditekan berkali kali memancing Mila untuk menoleh. Biarpun ada ribuan mobil berwarna hitam di Jakarta, tapi dia tahu pasti siapa pemilik mobil yang membunyikan klakson tersebut. Mobil itu lalu berhenti didekatnya.

"Tante cantik." Seru seorang bocah saat kaca mobil bagian depan terbuka. Siapa lagi kalau bukan Pink.

"Hay sayang." Sahut Mila sambil berjalan mendekat kearah mobil. "Pagi Pak." Sapanya pada Devan yang sedang duduk dikursi kemudi.

Devan menjawab dengan anggukan kepala disertai senyuman yang bisa membuat kaum hawa melting.

"Tante kok jalan kaki?"

"Tante lagi pengen olahraga saja. Jadi jalan kaki deh."

Devan seketika mengernyit. Yang benar saja jalan kaki, bukankah tempat kos Mila sangat jauh dari sini, batin Devan.

Menyadari tatapan aneh dari Devan, Mila seketika sadar jika dulu dia sudah berbohong tentang alamatnya.

"Em...tadi tante naik ojek. Terus ban abangnya bocor. Karena udah deket, jadi tante jalan kaki deh." Hais, terpaksa berbohong lagi. Gara gara satu kebohongan, pulahan kebohongan berikutnya akan terus menyusul.

"Bareng Pink aja yuk." Tawar Pink seraya membuka pintu mobilnya.

"Gak, gak usah sayang. Tante jalan kaki saja." Tolak Mila.

"Biar kakinya sekalian bengkak kayak matanya." Celetuk Devan yang seketika membuat Mila menunduk sambil menggigit bibir bawahnya.Sudah pasti dia sangat malu saat ini.

Menangis semalaman membuat matanya bengkak pagi ini. Dia yang hanya seorang og, rasanya malu jika harus ke kantor pakai kacamata hitam. Jadi mau tak mau, dia harus berani tampil dengan mata bengkak.

"Ayuk tante."

"Em....tente duduk dibelakang saja."

"Yah...padahal Pink pengen dipangku tante." Ujar Pink sambil menunduk lesu. Kalau sudah seperti ini, mana tega Mila menolak. Akhirnya dia masuk dan duduk di bangku depan sambil memangku Pink.

Mila melirik Devan, dan disaat bersamaan, Devan juga sedang meliriknya. Keduanya langsung salting dan pura pura melihat kearah lain. Devan mengatur detak jantungnya yang mendadak berpacu lebih cepat. Sebisa mungkin dia fokus pada jalan dan tak melirik ke samping lagi.

"Em..pink gak sekolah?" Mila mengajak ngobrol Pink untuk mengurangi kecanggungannya.

"Hari ini sekolah libur tante. Kata Bu Guru, sekolahnya mau dipakai kegiatan. Tapi Pink gak ngerti kegiatan apa."

"Oh ..."

Mila dan Pink lalu mengobrol ngalor ngidul. Sebenarnya bukan mengobrol, lebih tepatnya, Pink terus berceloteh tentang sekolah dan teman temannya. Membuat Devan yang fokus kejalanan sesekali tersenyum.

Setelah istrinya meninggal, Devan tak pernah dekat dengan perempuan manapun. Sehingga Pink tak pernah dekat yang wanita selain oma dan asisten rumah tangga.

Mumpung hari ini libur, Devan mengajak Pink ke kantor. Dia ingin lebih dekat dengan putrinya. Membayar 2 tahun mereka yang hilang karena Devan bekerja di luar negeri.

Dia juga sekalian ingin mengajak Pink ke butik hari ini. Dia ingin membelikan Pink gaun untuk acara aniv perusahaan sekaligus pertunangan Elgar.

Saat sudah dekat dengan kantor, Mila makin gugup. Dia tak mau jadi gosip seperti dulu lagi. Lebih tepatnya, tak mau memperkuat gosip tentang kedekatannya dengan Devan.

"Saya turun disini saja pak." Ujar Mila sambil menoleh kearah Devan.

"Kenapa?" Tanya Devan sambil menoleh ke arah Mila.

"Saya gak enak. Takut jadi gosip seperti kemarin."

"Gosip apa? saya kok gak tahu ya?"

Mila bingung mau menjelaskan. Ditambah lagi sedang ada anak kecil. Pink termasuk anak yang kritis, bisa bisa dia banyak bertanya nanti.

Devan menepikan mobilnya. Dia tak mau memaksa jika memang Mila tak nyaman turun didepan lobi.

"Tante turun sini ya sayang."

"Kenapa gak didalam saja?"

"Tante Mila masih mau beli sarapan di sana." Tutur Devan sambil menunjuk penjual makanan yang tak jauh dari area kantor.

"Oh..." Pink hanya ber oh ria lalu turun dari pangkuan Mila.

"Terimakasih Pak." Ujar Mila lalu keluar dari mobil.

"Dada cantik." Mila melambaikan tangan ke arah Pink.

"Dada...."Sahut Pink.

Setelah mobil Devan memasuki halaman kantor, Mila segera berjalan. Setidaknya, seperti ini lebih baik. Daripada jadi bahan gosip lagi.

Mila pikir Devan sudah sampai diruangannya, tapi ternyata, pria itu masih mengobrol dengan seseorang di lobi.

"Tante Mila." Panggil Pink sambil berlari kearah Mila lalu memeluk kedua kaki Mila. Hal tersebut sontak menarik perhatian banyak orang. Mereka menatap Mila sambil berbisik bisik.

Tak mau makin menarik perhatian, Mila segera menguraikan tangan Pink yang melingkar di pahanya.

"Tente duluan ya sayang. Tante sedang buru buru."

Pink melihat ke arah papanya. Ternyata papanya masih saja asyik mengobrol.

"Ya udah deh tante." Pink akhirnya kembali ke tempat papanya.

Mila buru buru berjalan ke arah Lift. Dia harus cepat cepat menghindar daripada jadi bahan ghibah sekantor. Sayangnya, dijam ini, lift sangat ramai. Sehingga dia masih harus mengantri.

"Tante." Mila terkejut saat seseorang tiba tiba menggenggam tangannya. Ternyata Pink dan Devan ada disebelahnya. Mereka sedang menunggu lift vip terbuka.

Ting

Mila lega mendengar bunyi itu. Tapi ternyata bukan lift didepan Mila yang terbuka, melainkan lift vip. Dan Pink, bocah itu malah menarik tangan Mila.

"Masuk sini aja tante, disana antri." Pink terus menarik tangannya. Tentu saja hal itu menjadi pusat perhatian. Kenapa harus terjebak disituasi seperti ini. Mila terus menggeleng sambil berusaha mempertahankan dirinya supaya tak tertarik Pink. Tapi bocah itu seakan tak patah arang untuk terus menarik tangan Mila.

"Papa." Teriak Pink. Bocah seperti sedang meminta pertolongan pada papanya.

"Ayo."

Seketika semua mata melotot. Devan terang terangan mengajak Mila masuk lift vip. Wajah Mila merona karena malu. Tak mau makin jadi perhatian. Dia akhirnya ikut masuk ke lift vip.

"Lainnya juga boleh masuk." Tanpa diduga, Devan mempersilakan yang lainnya juga. Dia paham apa yang dirasakan Mila. Setidaknya, dengan begitu, Mila tak akan makin terpojok karena gosip miring.

Mila tersenyum lega. Devan memang bijak, batinnya. Setidaknya pria itu memberi solusi untuk masalahnya.

Beberapa staf yang ingin cepat cepat, buruan ikut masuk. Kapan lagi coba mereka bisa masuk kesana.

...******...

Setelah merapikan dapur, Mila dan Reni membuatkan minuman sesuai request masing masing staf. Setelah mengantar ke tempat masing masing, Mila membuatkan kopi untuk Elgar. Setelah siap, dia segera membawa kopi tersebut menuju ruangan Elgar.

"Pak Elgar gak ada." Ujar Tari saat Mila hendak mengetuk pintu ruangan Elgar.

"Belum datang ya?"

"Tadi pagi dia mengabari kalau hari ini tak datang ke kantor. Dia sedang ada di Singapura."

Mila memandang kopi yang dibawa sambil tersenyum pahit. Sepahit kopi yang baru dia buat. Tangannya bergetar karena menahan tangis. Lucu sekali, sebagai istri, dia justru tak tahu jika suaminya ada di Singapura.

Elgar sempat mengabari Tari, tapi tidak padanya. Bahkan chat yang dia kirim sejak kemarin masing centang satu. Dan yang terdengar hanya suara operator saat dia coba menghubungi Elgar.

Tari tersenyum miring. Dia merasa kecurigaannya selama ini hanya sia sia belaka. Buktinya Mila tak tahu apapun tentang Elgar. Itu artinya, tak ada sesuatu yang spesial diantara mereka. Lagian, mana mungkin Elgar mau dengan seorang ob, batinnya.

"Mila."

Seketika Mila menghapus air matanya saat seseorang memanggilnya. Tapi hal itu masih sempat terlihat oleh Devan.

"Kopi untuk siapa?"

"Untuk Pak Elgar, tapi dia tidak masuk."

"Ya sudah, kalau begitu buat saya saja. Bawa keruangan saya." Titah Devan lalu berjalan lebih dulu menuju ruangannya.

Mila pikir ada Pink didalam, tapi ternyata hanya ada Devan disana. Mila meletakkan kopi tersebut diatas meja Devan dan berniat segera pamit.

"Patah hati." Celetukan Devan membuat Mila yang hendak pamit mengurungkan niatnya.

"Semoga saja tebakan saya salah." Lanjutnya sambil menatap Mila.

"Berapa lama menangis, semalaman? sampai bengkak gitu?"

Pertanyaan yabg terlalu frontal membuat Mila tak bisa menjawab.

"Saya bukan orang yang mau ikut campur masalah orang lain. Hanya saja, saya ingin mengingatkan. Love your self. Air mata tak bisa membawa yang telah pergi kembali lagi. Menangis boleh, tapi secukupnya saja. Saya tahu kadang logika tak bisa bekerja kalau sudah berhubungan dengan cinta. Jika sudah seperti ini, gunakan hatimu. Tanyakan pada hatimu, pantaskan dia ditangisi?"

Mila menggigit bibir bawahnya agar tangisnya tak pecah. Hatinya yang hancur membuat dia baper tingkat dewa. Kata kata Devan benar benar langsung mengena di hatinya. Pertanyaannya, pastaskah dia ditangisi?

Pantaskah pria yang pergi bersama kekasihnya dia tangisi? Pantaskah pria yang pergi tanpa kabar dan memblokir nomornya dia tangisi?

"Sebelum mencintai orang lain terlalu dalam, cintai dirimu sendiri. Belum tentu dia yang kamu cintai dengan tulus, juga sebaliknya, mencintaimu dengan tulus. Kalau ada waktu, coba dengarkan lagunya Tulus yang berjudul diri. Semoga bisa membuat kamu sedikit termotivasi."

Air mata Mila meleleh juga pada akhirnya. Dia meremat celana kerjanya sambil menghapus air mata yang seakan tak bisa dibendung.

"Maaf." Tutur Mila sambil berbalik dan meninggalkan ruangan Devan. Memalukan sekali menangis didepan atasan.

1
Akbar Razaq
Jangan jangan gegara pink Mila jadi dekat sama Devan dan tahu kan Devan.orangnya baik dewasa dan.pastinya bertolak belakang dr Elgar.Bisa nyaman tuh si Mila klo udah kadung sama Devan.
Akbar Razaq
Jadi sugar baby ya Mila.Ternyata mura han juga .
Akbar Razaq
Laki lqki begitu pada akhirnyq di gilai mila.
Elina
sedih banget 🤧, cerita yang bagus
L A
Ku menangis 😭😭😭😭😭😭😭😭😭
L A
Biasa
Nenk Oky
akhir nya gk happy ending, kan kasian aku sampai nangis sendirian
Jennymanullang
/Cry//Cry//Cry/sedih
Venuz Jupiter
nangis Bombay,ikutan potek hati Eike😭😭
Mamiyah
makanya jd orang egois klu begini trus gigit jari dong 🤣🤣🤣🤣🤣
Mamiyah
itu kan setingan othooorrrr🤭🤭🤭🤭
tintrim listiani
otewe
tintrim listiani
karyamu kerenn semua thor...
Ely
Luar biasa. Bagus cerita nya. Ringan, ada sedih, senang. ada.cinta, rindu, tangis tawa
ada.Elgar, Mila
Bzaa
kerennnnnn😘😍💕
Bzaa
segera otewe...
sukses sll ya tor, kopi sudah terkirim 😘
St Olip
Luar biasa
Bzaa
Edgar menolong nya PK pamrih nih
Bzaa
pasti nyai Mila ☺️
Sa Tokkin
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!