NovelToon NovelToon
ARAKA

ARAKA

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Tamat / cintamanis / Teen School/College
Popularitas:2.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Mae_jer

Hubungan Ara dan Ravel sih aktor terkenal yang juga adalah kakak kandungnya berubah semenjak mama mereka meninggal. Kakaknya menjadi sangat dingin padanya.

Meskipun begitu, Ara tumbuh menjadi gadis yang ceria. Ia juga banyak teman di sekolah dan suka berbuat onar.

Suatu hari, ketika ia sedang menjalani hukuman, sekolah mereka tiba-tiba diserang preman. Hari sudah gelap dan semua orang sudah sudah pulang, hanya ada Ara dan cowok yang berpapasan dengannya tadi,

Karrel, cowok populer di sekolah itu yang terkenal dingin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27

Karrel masih setia menatap Ara yang dari tadi terus-terusan mengoceh. Mereka sudah duduk di dalam cafe dekat sekolah mereka. Karrel merasa Ara ini sangat konyol. Hanya karena cafe itu akan memberikan makanan gratis pada lima puluh orang pelanggan yang datang pertama, gadis itu rela bolos kelas.

Sayangnya, bukannya dapat gratis makanan, ia malah berpapasan dengan orang-orang yang lagi tawuran tadi. Untung Karrel memutuskan mengikutinya dari belakang, kalau tidak ia tidak tahu bagaimana Ara akan menghadapi kejadian tadi itu sendirian.

Pandangan Karrel kembali menatap Ara yang masih saja berceloteh.

"Gimana sih, tambah satu aja yang di gratisin emangnya mereka bakalan rugi? Kan aku udah bela-belain datang kesini. Mereka nggak tahu apa aku harus melewati berbagai tantangan, rintangan, bahkan hidup dan mati aku dipertaruhkan hanya untuk dapat makanan gratis itu."

Karrel mengulum senyum. Ara tambah manis kalau sedang marah-marah nggak jelas begitu.

"Emangnya kamu nggak punya uang? Kenapa harus pake susah-susah sampe bolos kelas segala buat datang kesini?" bagi Karrel memang Ara ini hanya mau cari susah aja. Memangnya makanan di cafe ini semahal apa? Kalau mau gratisan, ia bisa kan meminta pria itu memberikan traktiran. Dengan senang hati Karrel pasti akan mentraktirnya.

Ara berdecak pelan. Karrel ini sangat tidak tahu bagaimana rasanya mendapatkan makanan gratis dengan cara begini. Bagi Ara cara-cara seperti ini memberikan kesenangan pada dirinya sendiri. Karena ia merasa ikut berjuang. Siapa sih yang tidak senang kalau perjuangannya mendapatkan hasil yang baik. Sayangnya perjuangannya untuk mendapatkan makanan gratis hari ini sia-sia, gara-gara para anak kampus itu.

"Kamu nggak bakalan mengerti rasanya. Tapi emang bener sih aku nggak lagi punya uang. Karena hari ini gak dapat gratisan, kamu aja yang traktir ya?" Ara mengedip-ngedipkan matanya sambil menggoyang-goyang lengan Karrel.

Karrel terkekeh, ini nih kalau cewek itu ada maunya. Dia kemudian memanggil seorang pelayan yang berdiri tak jauh dari mereka dan memesankan makanan buat Ara. Ia sendiri hanya memesan jus, masih kenyang karena belum lama makan di kantin sekolah tadi.

Sambil menunggu pesanan datang, mata Karrel berpindah ke payung  yang terus dibawah Ara sejak tadi. Payung yang menjadi senjata gadis itu  melawannya juga di tempat tawuran tadi.

"Kok bawa payung?" tanyanya. Ia merasa aneh karena hari ini cuacanya  sangat cerah. Kemungkinan besar tidak akan turun hujan. Kalau ingin menghindari sinar matahari membakar kulitnya, kenapa Ara tidak memakainya tadi? Kan percuma di bawa.

"Aku mimpi siang ini bakalan hujan, makanya siap-siap aja." sahut Ara asal. Karrel terlihat menertawainya namun sesaat kemudian apa yang dikatakan gadis itu tadi benar-benar terjadi. Ara memasang senyum sombongnya hingga Karrel menatapnya geli. Mereka lalu menikmati makanan yang akhirnya datang setelah menunggu hampir sepuluh menit.

                                   ***

Sehabis dari cafe, Karrel langsung mengantar Ara pulang karena jam segini yang sudah sore, tentu saja para makhluk-makhluk di sekolah mereka sudah tidak ada karena sudah melewati jam pulang sekolah.

Sebenarnya Ara masih mau mengajak Karrel keliling-keliling tempat mana saja yang bisa mereka datangi. Gadis itu selalu merasa bosan di rumah jam begini. Kan kakaknya tidak pernah lagi ngobrol asyik dengannya, apalagi menemaninya. Sayangnya Karrel tidak bisa karena ada kesibukan lain katanya. Jadinya disinilah Ara sekarang. Tidur-tiduran dikamarnya sambil baca komik.

Aktifitasnya terganggu ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya. Ara mengernyitkan mata. Siapa sih, ganggu kesenangan membacanya saja. Tumben-tumbenan juga ada yang mengetuk pintunya.

"Siapa?" serunya dari dalam. Tidak mungkin kakaknya, apalagi sang papa. Mungkin itu salah satu pembantu rumah mereka. Tapi biasanya kalau pembantunya mengetuk pintu akan langsung bicara memanggil namanya, tapi ini malah tak ada suaranya sama sekali. Ara jadi penasaran. Apa pembantu rumahnya lagi sakit gigi.

"Ara, ini aku."

Ara mengerutkan kening. Ia kenal suara itu. Kak Tristan? Tanpa pikir panjang ia bangkit dari kasurnya, berjalan pelan ke pintu kamar dan membukanya. Tristan berdiri tegak didepannya dengan senyum khas yang selalu lelaki itu tunjukkan ke banyak orang.

Ara dan Tristan cukup dekat. Ia ingat dulu kak Tristan yang selalu menghiburnya kalau kakaknya berkata kasar padanya. Namun akhir-akhir ini mereka jarang bicara. Mungkin karena kesibukan Tristan yang mengurusi banyak pekerjaan. Dari dulu lelaki itu memang sudah sibuk.

"Kak Tristan kenapa kesini?" tanya Ara. Ia lalu berbalik masuk di ikuti Tristan yang memilih duduk di kursi putar dekat meja belajarnya. Ara duduk di kasur dan mereka saling berhadapan.

"Lagi pengen ketemu kamu aja, kebetulan lagi ada disini." sahut Tristan tersenyum tipis. Ara manggut-manggut.

"Gimana keadaan kamu?" Tristan balas bertanya. Ara mengangkat bahunya acuh tak acuh.

"Kayak yang kak Tristan liat, biasa-biasa aja. Nggak ada yang istimewa." jawab gadis itu santai.

"Kemaren di sekolah aku liat kamu deket sama cowok-cowok, mereka teman kamu?"

Ara mengangguk kuat.

"Mm, mereka itu kakak kelas aku tapi sekarang udah jadi temen. Orangnya asyik-asyik kok, meski kadang sering buat aku kesel tapi aku suka temenan sama mereka." ceritanya antusias.

Tristan kembali tersenyum menatap Ara lurus.

"Aku selalu senang melihat kamu ceria begini." gumamnya. Ia tahu Ara menyimpan sebuah luka dalam hatinya karena papa dan kakaknya. Seceria apapun gadis itu, ada waktu dimana Tristan melihatnya menangis. Tristan tahu tidak gampang bagi Ara melewati hidup seperti itu, namun ia senang melihat betapa kuatnya gadis itu menjalani hidupnya dengan ceria.

Lelaki itu lalu berdiri dari kursi, mendekati Ara dan mengusap lembut kepala gadis itu.

"Kalau butuh sesuatu, hubungi aku saja hm?" katanya lagi. Ara mendongak menatap manajer sekaligus sahabat kakaknya itu lagi kemudian mengangguk. Tak lama sesudah itu Tristan keluar dan Ara melanjutkan kegiatan membacanya.

1
Ismi Anah
baca kedua kalinya setelah akun yg lama hilang
Nur Oktaviana
Ara😭😭
UniLatjuba
kok ending-nya nanggung banget thor
Ice Sulistina
mana season 2 nya tor
feli dwisantika
kapan yahh novelku bisa serame ini ?:)
tini_evel
episode awal udah seru
Cod Cod Dulu
thor aku pngn cubit ginjal pa tua ,, bolehkah.
Rina Delfita
Luar biasa
Ana
sedih q
Norma Koelima
br mampir... kayaknya seru nieh
Tiwi
ok
rere
bagusssss
Anik Hidayat
Luar biasa
Angin sepoi-sepoi
nenek lampir mana yang punya hati selembut itu kalo bukan Lily 😭 i like it
Angin sepoi-sepoi
hmmmm
🌺Ulie
Luar biasa
Fitrothul Auliya
filingku mh ad hubungan nya sma bintang
Angin sepoi-sepoi
ini paling penghemat tenagaa/Sob/
Hadyan Ghauzan
Luar biasa
Fitrothul Auliya
pke kaos kutang kk😁😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!