"Berani berulah sama gue! gue patahin leher lu!" hardiknya garang penuh emosi. Dialah Viska Aulia, Viska Aulia gadis cantik berusia 22tahun, awal perkenalan yang mulanya dikenalkan oleh gadis imut nan manis Ida Khasanah yang kata lainnya adalah pacar gelapku,
ya karna aku adalah seorang ayah dengan dua anak cowok cewek. Anak yang pertama cowok, berusia lima tahun. Dan anak yang kedua cewek, berusia beberapa bulan.
Sudah komplit kebahagianku, namun demikian, aku masih suka berburu gadis-gadis muda untuk menjadi hiburanku, sekedar variasi hidup pikirku.
Tiit...tiit...titt... drrrtt...drrrt.
Tiba-tiba hapeku bunyi dan bergetar, ada pesan masuk.
"Masih mau kencan nggak?"
Pesan singkat yang kubaca hampir saja aku tak percaya.
Dengan cepat jemariku menari lincah dikeyboard hape.
"Ya mau dong, kapan?" balasku tidak sabar.
"Besok kita ketemu di caffe coklat, sebrang jalan dekat toko sport mania"
selang beberapa menit muncul juga balasannya.
"Okey jam 9 kita ketemu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon demit bahagia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
"Kita harus gimana Vis?" tanya Lena gugup. Aku berfikir sejenak,
"Lu matiin lampu mobilnya dulu, terus parkirin mobilnya dihalaman itu" kataku sambil menunjuk halaman rumah milik tetangga yang cukup luas.
Mobil kami matikan, dan kami hanya duduk diam menunggu sampai Polisi pergi Melewati kami.
Lampu Strobo menyala Biru kelap kelip menyilaukan mata, mobil double cabin milik polisi berjalan pelan, menderu melewati kami yang bersembunyi di halaman rumah milik tetangga yang kebetulan berpagar tembok.
"Keluar sekarang Vis?"tanya Lena dengan suara sedikit berbisik.
"tunggu sebentar lagi Len, tunggu suasana tenang dulu, kalau kita keluar sekarang nanti malah heboh orang-orang. Soalnya masih ramai di depan rumah."
"Lha lu kenapa Len?" lanjutku bertanya pada Lena, karna dia meringis memegangi perutnya.
"Perut gue mules Vis, udah dari tadi, hadduh" jawabnya sambil merintih menahan sakit.
Duutt,bbusss. Lena melirik ku sambil nyengir. "Sorry, gue udah gak tahan hehehe."
"Uuhh, baunya, lu habis makan bangkai dimana sih" pekik ku menutup hidung.
"Ayo!! lekas kerumah gue, beol disini malah bisa berabe" gerutuku pada Lena.
"Hehehehe, udah keluar dikit kok" ujarnya pelan.
"Wah parah, lu jorok banget"
Lena melajukan mobilnya pelan menuju rumahku, kulihat depan rumahku sudah sepi. Hanya ada tetangga sebelah sama Bapak yang mengobrol di teras.
Ada mobil berhenti di depan rumah, Bapak dan tetanggaku menatap mobil penuh penasaran.
Aku keluar mobil dan tersenyum pada Bapak, di susul Lena tersenyum menganggukan kepalanya.
"Alkhamdulliah, baru juga di bicarakan orangnya sudah didepan mata, panjang umur kamu nak"ucap Bapak bersyukur lalu berdiri, setelah tahu yang datang adalah aku.
"Assalamu'alaikum Bapak!" kataku, lalu aku menyalami dan mencium punggung tangan Bapak. Setelah menjawab salamku. Bapak memeluk ku penuh sayang, dapat kurasakan betapa Bapak kangen sama aku, tersirat kebahagian di wajah bapak. sampai berlinang air mata beliau menetes di dahiku.
"Kamu sehat kan Nak? kamu tidak kenapa-kenapa kan?"
"iya pak, aku sehat dan tidak kenapa-kenapa, Mamak mana pak?" tanyaku pada Bapak, karna aku belum melihat Mamak.
"Ada didalam, Dik!! Viska pulang ini lho" seru Bapak ke mamak. Dengan tergopoh- gopoh mamak berjalan menyusul kami yang ada di depan.
"Viska kemana saja kamu nak, kami sangat khawatir sama keadaanmu" kata mamak seraya memeluk ku. Aku hanya tersenyum menjawab pertanyaan mamak.
"Eh ada Lena juga ya? ayo masuk nak" Lena hanya menganggukan kepalanya ke mamak, kemudian kami masuk kedalam rumah.
"Kar, aku masuk dulu ya" pamit Bapaku ketetangga yang menemani Bapak ngobrol tadi.
"Oh iya kang, silahkan" jawabnya, kemudian tetanggaku juga berlalu untuk pulang.
Aku masuk kedalam rumah yang setahun lebih aku tinggalkan untuk berkarya, bentuknya masih sama seperti terakhir aku pergi. Dulu rumahku kecil, berlantaikan tanah dan berdinding dari kayu papan yang sudah lapuk dan usang. Setelah aku bekerja sebagai biduan dan model, sedikit demi sedikit aku bangun rumahku hingga seperti sekarang. Meski tidak besar dan mewah tapi menurut kami orang kampung, rumahku sudah terbilang besar dan cukup bagus. Ruang tamu yang dulu aku jadikan toko pakaian, sekarang hanya tinggal gantungan baju dan patung patung manekin yang tertumpuk, hanya sisa beberapa lembar busana gamis tergantung dalam gantungan baju.
Sedangkan sebagian teras depan rumah yang aku bangun toko sembako, yang dulu aku penuhi dengan barang- barang dagangan, kini sudah kosong hanya ada beberapa renceng bumbu instan yang tergantung, kayaknya sudah lama tidak di buka. Ada apa sebenarnya di rumah?
"Vis, gue kebelakang dulu ya" kata Lena tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
"Agi buruan, keluar disini bisa bahaya" ujarku tertawa lihat tingkah Lena.
Lena berlari kecil melewati mamak yang dari arah dapur menuju ruang tamu,
"ada apa Len?" tanya mamak heran sambil membawa nampan berisi teh hangat dalam teko besar dan beberapa gelas.
"Kebelet Mak, sudah gak tahan nih!" jawabnya berlalu tanpa menoleh. Mamak dan Bapak cuma tersenyum menggelengkan kepala.
keluargaku memang sudah akrab dengan Lena, karna Lena dulu sering mengantarkan aku pulang, atau menjemputku saat ada jadwal manggung. Mamak menuangkan teh kedalam gelas, kemudian memberikannya pada Bapak dan kepadaku. Setelah meneguk beberapa kali, aku letakan kembali ke meja didepanku.
"Aku ambil barang-barangku dulu di mobilnya Lena ya pak."
"banyak tidak Vis? kalau banyak, Bapak bantuin"jelas Bapak.
"Lumayan kok pak"jawabku sambil tersenyum. Aku mengambil satu persatu semua barangku yang ada didalam mobil Lena, Bapak membantuku memindahkannya ke dalam kamarku.
Aku membawa tas yang cukup besar, isinya pakaian manggung dan beberapa sepatu. Aku taruh di sebelah almari, di sebelah barangku yang lainnya. Kulihat kamarku juga tidak ada yang berubah. Hanya saja,
"dimana speaker aktifku, yang biasanya buat latihan nyanyi?" tanyaku dalam hati. Hanya tivi Lcd dan DVD ku yang masih ada.
Di kampung, tivi Lcd, DVD, sudah termasuk barang mewah, karna dulu kebanyakan tetanggaku hanya mempunyai Tivi tabung yang kecil. Aku menghela nafas panjang, mengusir semua pertanyaan yang memenuhi isi kepalaku.
"Ubay mana pak? kulihat di kamarnya tidak ada" tanyaku kepada Bapak, saat aku sudah di ruang tamu.
Ubaidillah adiku, aku memanggilnya ubay, anaknya tinggi besar seperti Bapak, tapi wajahnya mirip Mamak.
"Biasa, pergi ke pengajian bersama teman-temannya, sebentar lagi juga pulang" terang Bapak singkat.
Meski baru kelas tiga Madrasah Tsanawiyah, tingginya Ubay sudah melebihi aku.
Lena datang dari belakang dengan senyum riang,"gue langsung balik ya Vis, udah malem nih, mana my body rasanya pegel banget." ujarnya sambil meneguk teh hangat yang sudah di sajikan untuknya.
"Tidur disini aja Len, temenin gue" pintaku pada Lena.
"Nggak bisa sayang, gue ada janji ma cowok ganteng malam ini hihihi"jawab Lena senang.
"Lu tadi katanya capek Len, kok malah pergi janjian sih!" tanyaku heran.
"Nanti kalo udah ketemu cowok ganteng, capeknya pasti ilang Vis, hahaha" katanya berkelakar, "udah ah, gue pamit dulu" sambungnya kemudian.
"Makasih ya Len, lu sudah banyak bantu gue, hati-hati dijalan dan jaga kesehatan selalu"kataku memeluk Lena.
"Di banding lu, jasa gue gak ada apa-apanya sayang, harusnya gue yang berterima kasih ke lu"ujar Lena meneteskan air mata.
"Nggak usah nangis, lu jelek banget kalo nangis"kataku meledek Lena, agar dia kembali tersenyum dan ceria lagi.
Kami sekeluarga mengantar Lena sampai didepan pintu, aku pandangi sahabat terbaikku itu sampai menghilang di balik rumah tetangga.
Aku merebahkan diri diatas kasur, melepaskan semua rasa penat dan capek dalam tubuh. Ada rasa takut menghantui diriku, rasa kesepian dan rasa keputus asaan. Kembali kenangan-kenangan indah bersama teman-temanku hadir dalam benak ingatan,satu persatu silih berganti. Yang membuatku lelah hingga terlelap di alam mimpi.
Samar-samar aku mendengar suara cowok mendengkur halus di sampingku. aku masih belum percaya, maka aku tamatkan lebih seksama,
"iya bener, suara dengkuran cowok!" batinku tak tenang, dada mulai berdegup kencang.
"Sial! jangan-jangan,"hatiku bertanya-tanya mengira-ngira. mataku masih terpejam,aku tak berani untuk membuka mata. Kenapa aku teledor sekali,tadi malam pintu kamar tidak aku kunci. "Kalau benar dia si Antok, bisa malu gue, mana hanya pakai tanktop tanpa Bra lagi, haduuh!"
aku beranikan untuk melihat pelan cowok itu, dia tidur membelakangi ku.
Seketika aku terpekik kaget. "Aiihh, anjing!" teriaku kencang. Terperanjat lah cowok itu, terbangun karna kaget mendengar teriakanku.
udah masuk faforit juga
semangat 💪💪💪 Thor
Badung ny viska di awal cerita kemana???