Terlahir dari keluarga kaya raya dan memiliki bakat yang terlalu sempurna bukannya membuat hidup Loren berjalan mulus, justru karena kelebihannya dia membuat sepupunya menjadi iri hingga membuang Loren ke luar negeri.
Semua orang mengejek dan menghindarinya karena tubuhnya yang gemuk dan kotor sebab dia berakhir menjadi gelandangan di luar negeri.
Namun tak disangka, ketika dia mengalami kecelakaan dan berpikir akan mati, ternyata dia malah dipertemukan dengan CEO kejam yang malah membantunya merubah takdirnya.
Bagaimanakah perubahan takdir Loren? Yukkk baca..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#27. Vionita dan kesempurnaannya
Pesta yang diadakan tak jauh dari hotel Christian dan Loren menginap akhirnya akan dimulai.
Satu persatu tamu tiba dengan pembawaan mereka masing-masing, tentunya kemewahan tak pernah luput dari pesta para kalangan atas yang sudah menjadi ciri khas mereka.
Sementara itu, di hotel tempat Loren menginap perempuan itu sedang berdiri di depan cermin menatapi tubuhnya yang telah dibalut oleh gaun berwarna putih.
"Baju begini, akhirnya aku bisa memakainya." Kata Loren memandangi tubuhnya yang tampak serasi dengan gaun itu meski beberapa bagian tubuhnya masih terlihat berisi namun itu tidak menutupi kecantikannya.
Ding dong!
Bel kamar yang berbunyi langsung menarik perhatian Loren dari cermin lalu perempuan itu berjalan ke pintu dan membuka pintu.
Ransi yang berdiri di depan pintu kamar Loren langsung terpaku menatap Loren.
"Kak Ransi, Apakah aku harus benar-benar pergi? Aku tidak mengenal siapapun disana jadi,," Loren menghentikan kata-katanya saat melihat pria didepannya tidak fokus dan sepertinya tidak mendengar ucapannya.
"Kak Ransi?" Loren memanggil-manggil Ransi tapi sepertinya pria itu masih belum sadar.
Klik..!
Loren menyadarkan Ransi dengan petikan jari nya.
Petikan jari Loren yang tepat berada di wajahnya langsung mengagetkan Ransi lalu pria itu menampakan wajah yang malu-malu.
"Ayo berangkat. Tuan Christian sudah turun lebih dulu." Ucap Ransi.
"Tapi, Apakah Kak ransi yakin aku harus pergi? Aku tidak mengenal siapapun di pesta itu dan akan terasa canggung kalau--"
"Tenang saja, aku akan menemanimu di pesta. Juga kau harus ikut Karena bila tiba-tiba penyakit Tuan Christian kambuh, aku tidak akan bisa membayangkan Bagaimana kacaunya pesta itu. Mengerti?!" Tanya Ransi.
"Ya, aku mengerti." Jawab Loren lalu keduanya segera berjalan lift untuk menyusul Christian.
Begitu mereka tiba di bawa, sudah disiapkan dua mobil yang akan mengantar mereka jadi Ransi langsung masuk ke mobil di mana Christian sudah duduk sembari menatap ipad-nya, sementara Loren memasuki mobil yang berada di belakang mobil itu.
Mobil itu melaju, Namun dua orang yang juga berdiri di sana menunggu mobil mereka kini terpaku pada mobil yang telah pergi itu.
"Mengapa aku merasa familiar dengannya?" Ucap Vionita tanpa mengalihkan perhatiannya dari mobil itu.
"Hmm, mungkin kita pernah bertemu dengannya di suatu tempat tapi melupakannya." Kata Bian dengan acuh tak acuh.
Mereka sudah pergi kesana kemari dan bertemu dengan banyak orang, jadi wajar saja kalau hal seperti itu terjadi.
Akhirnya, 2 orang itu tidak memikirkannya, mereka hanya masuk ke dalam mobil dan meninggalkan hotel.
Setibanya di tempat acara, keduanya memasuki gedung dan langsung menjadi pusat perhatian.
"Ya ampun!! Itu desainer terkenal, dia datang bersama kekasihnya."
"Hah,, seorang desainer memang memiliki pesona yang tidak ada duanya. Wajah dan tubuh yang sempurna dibalut oleh pakaian yang glamor. Uhh,, lihat lekuk tubuhnya." Para gadis-gadis langsung merasa iri pada Vionita karena Vionita memiliki karir yang sukses, percintaan yang sempurna dan tubuh beserta wajah yang membuat semua orang mengiri.
Loren yang berada tak jauh dari gadis yang bergosip itu langsung menoleh ke arah pintu masuk dan melihat Vionita bergandengan dengan Bian.
Ia langsung mengatupkan giginya dan dadanya terasa sesak melihat dua orang itu.
"Mereka benar-benar di sini,," ucapnya merasakan keringat dingin di punggungnya.
Ketakutannya kalau dua orang itu kembali melukainya dan membuangnya seperti dulu,, bagaimana dia akan melewatinya untuk kedua kalinya?
Christian tidak akan tutup mata.