Warning! Area 21+ yang masih di bawah umur harap tidak membaca novel ini. 🙏😁
Seorang gadis bernama Elisa yang punya segalanya dalam hidup, ia cantik, populer dan kaya raya. Hidupnya begitu sempurna, namun tak banyak yang tahu jika ia mempunyai trauma masa kecil karena penghianatan sang ayah yang menyebabkan ibunya meninggal bunuh diri.
Lima belas tahun berlalu. Sebelum sang ayah meninggal, beliau menulis sebuah surat wasiat yang bertuliskan bahwa seluruh harta kekayaannya akan jatuh ke tangan sang putri tunggalnya. Dengan syarat Elisa harus menikah dan melahirkan keturunan penerus keluarga.
Elisa yang tak percaya dengan adanya cinta sejati mulai mencari cara agar ia mendapatkan warisan tersebut. Dan saat itulah seorang pria sederhana muncul di hadapannya karena meminta Elisa membatalkan penggusuran pemukiman tempat pria itu tinggal.
"Aku akan membatalkan penggusuran itu dengan satu syarat, menikahlah denganku, setelah aku hamil dan melahirkan kamu akan aku bebaskan." Elisa Eduardo.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alya aziz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.27 (Tugas pertama mata-mata Jack)
...Dua minggu berlalu setelah bulan madu Elisa dan Reynald di kota A. Hubungan mereka berjalan lancar seperti biasa, semakin hari semakin bahagia sampai mereka tidak lupa jika masih terikat perjanjian....
...🍂🍂🍂...
.
.
.
Sekitar pukul tiga sore saat bengkel sudah mulai sepi. Reynald dan Jack terlihat sangat serius menghitung uang hasil omset dari bengkel selama satu bulan dan syukurnya semakin hari omset bengkel semakin meningkat.
Seperti biasa Reynald membayar gaji Jack dan juga uang saku bulanan Melvin. Untuk dia sendiri biasanya akan ia simpan di bank, tapi entah mengapa kali ini ia berpikir untuk memberikanya ke seseorang.
Jack memperhatikan Reynald yang sedang melamun seraya memandangi uang yang berkisar sepuluh juta di tangannya. "Rey, kenapa bengong gitu, nggak seneng omset bengkel meroket?"
Saat tersadar dari lamunannya, Reynald beralih melihat Jack. "Oh bukan gitu, aku ... hanya kepikiran, walau bagaimanapun aku ini seorang suami, tapi selama ini aku belum pernah memberikan uang kepada Elisa."
Mendadak Jack langsung tertawa terpingkal-pingkal mendengar penuturan Reynald. "Kamu benar-benar berpikir seperti itu Rey? ... Aku tau kamu laki-laki yang bertanggung jawab tapi Elisa nggak perlu uang kamu."
"Jack gimana kalau aku sudah keluar batas yang aku buat sendiri? Aku mulai melibatkan perasaan di hubungan kami." Reynald kembali mengingat setiap momen yang ia lewati bersama Elisa.
Mendengar hal itu Jack menatap Reynald dengan serius. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi kepada sahabatnya itu. "Rey, kamu serius mulai ada perasaan ke Elisa, kamu jatuh cinta sama dia?
"Tau ah, kalau iya juga memangnya bisa? Aku ini siapa dia siapa." Reynald masih merasa bimbang dengan perasaannya sendiri, ia tidak ingin kejadian yang sama kembali terulang dimana ia sudah berharap namun akhirnya tak bisa ia capai karena ia hanya laki-laki biasa.
"Rey, kalau udah cinta apa aja bisa, jangan minder sama status apalagi kasta. Sekarang gini aja deh, kamu pastiin dulu Elisa punya perasaan yang sama atau nggak sama kamu, kalau dia juga sama kenapa nggak."
Reynald diam tertegun sesaat, ucapan Jack ada benarnya. Ia harus memastikan Elisa juga punya perasaan yang sama dengannya sebelum memulai sesuatu yang besar dan mengakhiri segala perjanjian antara mereka.
...**...
"Aku mau batalin pertunagan aku sama Diki Ma," ujar Sofia pada akhirnya. Setelah beberapa hari merenung dan mengikuti kata hati, ia benar-benar tidak bisa melanjutkan pertunagan itu lagi. Akhirnya ia sadar perasaannya kepada Diki bukan cinta tapi obsesi.
"Kamu ini biacara apa sih? ... Mama tidak akan pernah setuju, Diki itu anak yang baik, keluarganya baik dan dia juga punya pekerjaan yang mapan kamu tidak capek hidup begini-begini terus," sulut Mama dengan Emosi yang meluap-luap.
Air mata Sofia mulai mengalir deras saat mendengar ucapan sang Mama. "Ma, Diki itu selalu sibuk sama pekerjaannya, tidak pernah merhatiin Sofia. Selama ini aku selalu nurut kata Mama, sekali ini saja ngertiin Sofia," ujarnya.
Prakk!!
Satu tamparan di berikan Mama ke wajah Sofia. Selama ini ia selalu mengingatkan sang putri untuk mencari pasangan yang kaya untuk mengubah nasib keluarga tapi saat semua hampir tercapai putrinya itu ingin melepaskan begitu saja.
"Kamu ingat ucapan Mama baik-baik, selama kamu masih ingin Mama anggap anak maka menurutlah, semua ini juga demi masa depan kamu!"
Mama beranjak pergi dari tempat itu dengan perasaan kesal. Sementara Sofia masih di sana dengan rasa perih yang mendominasi pipi dan juga hatinya. Sejak kecil ia sudah tahu sang Mama adalah sosok yang gila harta tapi ia tidak menyangka bahwa di masa depan bahkan dirinya juga di korbankan demi uang.
~
Menjelang sore Sofia kembali lagi untuk kesekian kalinya ke bengkel. Kali ini ia berharap Reynald ada di sana karena ia sangat membutuhkannya. Sesampainya di depan bengkel ia merasa lega karena kepegian kali ini tidak berakhir sia-sia.
Sofia mempercepat langkahnya dan langsung memeluk Reynald dari arah belakang. "Akhirnya aku bisa ketemu kamu Rey, aku kangen banget sama kamu." Sofia menangis tersedu-sedu sambil terus memeluk Reynald.
Mendapatkan pelukan seperti itu secara tiba-tiba, tentu saja Reynald segera melepaskan diri dengan paksa, ia berbalik menatap wanita yang saat ini sedang menangis di hadapannya. "Kamu kenapa lagi?"
"Aku berantem sama Mama aku Rey, aku mau bicara sebentar sama kamu, aku butuh kamu sekarang, please." Sofia memohon dengan wajah sendunya, ia yakin kali ini Reynald pasti akan menurutinya.
Reynald menghela napas panjang. Sungguh ia tidak lagi ingin terlibat dengan kehidupan Sofia, namun seberapa keras pun ia menjelaskan nampaknya Sofia belum juga mengerti maksudnya. "Baiklah, sepertinya kita memang perlu bicara."
Sofia dan Reynald berjalan beriringan menuju sebuah cafe yang ada di seberang jalan. Jack yang sejak tadi memperhatikan dari kejauhan, mendeteksi sebuah ancaman dan ia bergerak cepat untuk melaporkan. "Aku harus laporin ini ke Elisa."
~
Elisa saat ini sedang dalam perjalanan menuju Mansion bersama Viola dan juga supirnya. Wajahnya nampak sangat sumbringah karena sebentar lagi akan bertemu sang suami yang ia yakini juga akan segera pulang ke Mansion.
"Nona, saya perhatikan akhir-akhir ini Anda selalu tersenyum dan tidak marah-marah seperti biasa ... apa ada kabar baik setelah bulan madu waktu itu?" tanya Viola tiba-tiba.
"Maksudnya?" tanyanya balik.
"Ya maksud saya, apa Nona sudah," ucap Viola lalu memperaktekan dengan cara mengelus perutnya sendiri.
"Maksud kamu hamil?" tanya Elisa.
Dreettt...dreeettt.
Di tengah obrolannya dan Villa, tiba-tiba saja ponselnya berdering tanda panggilan masuk. Ia mengambil ponselnya dari dalam tas dan ternyata panggilan masuk itu dari sahabat suaminya, Jack.
"Hallo kak Jack?"
[Selamat sore Elisa. Aku cuma ngabarin sekarang keadaan di lokasi sedang siaga satu ratu ular sudah menyerbu lokasi dan membawa pergi target.]
"A-apa, maksudnya si Sofia sekarang sedang bersama Reynald?"
[Benar sekali, sekarang lebih baik kamu ke sini sebelum musuh melumpuhkan target dengan kedipan mata dan rayuan manis.]
"Sekarang mereka di mana?"
[Mereka sedang berada di seberang jalan sana, aku masih memantaunya dari sini.]
"Sekarang aku kesana, tetap awasi mereka."
Elisa mematikan panggilan telepon itu lalu beralih melihat kearah depan di mana sang supir sedang menyetir. "Tepikan mobil ini sekarang!"
Sontak saja sang supir langsung menepikan mobil sesuai permintaan Elisa.
"Sekarang kalian turun," ujar Elisa kepada Viola dan sang supir.
"A-apa turun?" tanya Viola memastikan.
"Iya ayo cepat turun," jawab Elisa.
Akhirnya sang supir dan juga sekertarisnya itu beranjak turun dari mobil. Elisa yang masih berada di posisinya berpindah ke bagian kemudi dan langsung tancap gas meninggalkan Viola dan sang supir di tepi jalan raya.
Bersambung 💓
Jangan lupa like+komen+vote ya readers 🙏😊😍❤️