Menapaki Jejak di Madyapada yang penuh cerita yang tak terduga, sesosok Rehan dengan beribu harap dalam benak dan Sejuta mimpi dalam sepi, meniti asa pada cahaya senja, menitip doa pada Sang Penguasa Semesta.
Berharap bisa bersanding dengan Rena perempuan anggun berparas rupawan dan berdarah Ningrat yang baik hati, seutas senyum ramah selalu menghiasi wajahnya, namun dalam riangnya tersimpang selaksa pilu yang membiru.
Akankah cinta dua insan itu bersatu dalam restu keluarga Rena? ataukah cinta mereka akan tenggelam layaknya Cahaya lembayung yang tertelan oleh gelapnya malam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vheindie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ulang Tahun Rena part 2
Mencintai itu manusiawi. Merasakan sakit adalah Manusia. Namun tetap mencintai meski sakit adalah malaikat yang murni.( Jalaludin Rumi)
.
.
Pesta Ulang Tahun Rena digelar dengan dua konsep sekaligus, yaitu outdoor dan indoor dengan ornamen-ornamen bunga, selain dari bunga alami dipadukan dengan bunga origami dan air mancur buatan serta tanaman bongsai sebagai pelengkap nuasa alam, menambah kesan yang begitu indah dan segar memanjakan mata.
Rehan berjalan diantara deretan kursi dengan perasaan tegang dan langkah kaku, karena ini adalah pertama kalinya dia menghadiri acara yang begitu mewah, meski baru seminggu yang lalu dia menghadiri acara yang menghadirkan banyak orang, tapi itu tidak bisa dibandingan dengan kemegahan yang dia hadiri saat ini.
Apalagi begitu banyak pasang mata yang melihatnya dengan tatapan merendahkan, bak melihat makhluk dari planet lain, karena dalam benak mereka penampilannya yang begitu terkesan sangat tidak enak dipandang, padahal pakaiannya sudah cukup rapi tapi tidak taulah apa yang ada dalam benak para elit itu melihat orang dari kalangan biasa.
Setelah menemukan nomer kursi yang tertera dikartu undangan, Rehan pun duduk dibarisan kedua paling belakang dekat dengan pintu masuk, setelah pantatnya sempurna mendarat di kursi dia menghela nafas berat mencoba mengosongkan udara dalam rongga yang terasa begitu sesak, akibat perasaan yang begitu canggung.
"Hey Bro, siapa dia? kok kayak orang biasa saja gak kayak yang lain," bisik suami Audy ke Suaminya Mia sambil melirik kearah Rehan yang memang tempat duduknya cukup dekat dengan mereka.
"Gue juga gak tau, apa dia nyasar ya, dilihat dari beberapa tatapan orang-orang sekitar terhadapnya, seperti tidak ada yang mengharapkan kehadirannya," timpal Suami Mia sambil melihat raut muka beberapa tamu, lalu seseorang mendekati kearah tempat duduk Rehan, dan dengan sengaja menumpahkan minuman pada bajunya.
"Ups... Sorry bung, tangan gue keseleo, biasalah tangan gue selalu mendadak kesemutan bila berdekatan dengan orang yang kelihatan kismin, hehehe.." ucap orang itu meminta maaf dengan nada yang seperti mengejek, tercermin dari senyumannya yang memuakkan.
Rehan sempat merah padam menahan emosi bercampur malu, apalagi beberapa orang malah tertawa seolah-olah perkataan dari orang tersebut adalah sebuah lelucon yang sangat lucu, andai ini bukan acara ulang tahunnya Rena, mungkin Rehan akan menegurnya dengan keras, tapi dia menahan diri untuk tidak melakukan hal yang membuat Rena kecewa.
"Alah, gak usaha minta maaf bro, orang kampungan kan pasti tau dirilah, benarkan hmmz... Ouh Rehan ya nama loe, gimana kabar loe, denger-denger katanya loe digebukin orang," ucap Niko yang tiba-tiba muncul dibelakang orang tersebut yang ternyata orang tersebut adalah temannya Niko dan memang sengaja menumpahkan minuman pada bajunya Rehan.
"Hah... Digebukin orang karena apa?" seru orang itu dengan memasang wajah terkejut.
"Biasalah, akibat tidak tau diri, karena mencoba deketin yang sekarang lagi berulang tahun, bahkan doi berani banget menampakan batang hidungnya di acara ini, sungguh tidak tahu malu," ucap Niko yang masih terus menghina, sementara Rehan hanya diam mencoba bersabar dengan menahan amarah.
"Hah... Yang benar, ckckck... Hey bro tau diri sikitlah dari tampang kau saja, kau tidak bisa dibandingkan dengan Rena bagai langit dan bumi, bagai pungguk merindukan bulan, apa kau pingin numpang idup di keluarganya Pak Wijaya, sungguh tak tahu malu," ucap orang itu kembali merendahkan Rehan.
"Jaga bicara anda ya, jangan melayangkan tuduhan yang begitu tak bermoral terhadap saya, memang dalam hal kekayaan saya tidak sebanding dengan kalian, terus apa itu landasan kalian untuk menghinakan saya dengan tuduhan-tuduhan tercela seperti itu," ucap Rehan sambil berdiri, harga dirinya sungguh seperti diinjak-injak atas apa yang dilontarkan temannya Niko terhadap dirinya.
Keributan ketiga orang itu, menimbulkan banyak perhatian dari para hadirin yang lain, sehingga papanya Rena dan Kakak ketiga yang bernama Roby menghampiri mereka.
"Ada apa ini ribut-ribut diacara orang, bikin gaduh saja, kalau mau pada ribut diluar sana jangan disini, eh Nak Niko, ada apa sebenarnya ini," bentak papanya Rena, tapi sejurus kemudian suaranya melunak karena melihat Niko diantara ketiga orang itu.
"Gak ada apa-apa Om, cuman lagi negur orang kampung yang tidak tau diri ini, karena membentak teman saya," ucap Niko yang menunjuk kearah Rehan dan malah menuduhnya sebagai biang keladi kericuhan diantara mereka.
"Maaf Pak, bukan sa-"
"Diam kamu, siapa nama kamu, dan dari mana asal kamu," bentak Pak Wijaya memotong penjelasan dari Rehan.
"Saya Rehan Pak, temannya Rena dari-" ucap Rehan mencoba menjelaskan tapi lagi-lagi omongannya langsung dipotong lagi.
"Ouh... jadi kamu orang yang bernama Rehan anak kampung yang berusaha deketin adik saya itu, hey bung.. Apa di rumahmu tak ada kaca, apa kau tidak pernah bercermin, siapa Rena, siapa kau," seru Roby yang kali ini memotong penjelasan Rehan.
"Sudah, sudah, jangan habiskan energimu hanya untuk menceramahi orang sepertinya," ucap Pak Wijaya menenangkan anak ketiganya itu.
"Hey Nak, mau berapa duit yang kau inginkan, hingga kau mencoba mendekati anak saya, asal kau tau malam ini, saya akan meresmikan pertunangan anak saya dengan pemuda tampan nan mapan ini," ucapnya lagi sambil merangkul bahu Niko.
"Jikalau, kau mendekati anak saya karena membutuhkan uang, nih apa segini cukup," timpalnya lagi dengan nada menuduh lantas merogoh segepok uang berwarna merah di saku jasnya dan langsung melemparkannya pada muka Rehan.
"PLAKK"
Uang yang dilemparkan tepat ke arah muka Rehanpun berhamburan, semua pasang mata tertuju pada adegan tersebut dan membuat semuanya bertanya-tanya, perihal apa yang terjadi sebenarnya, muka Rehan bertambah merah, hinaan ini sungguh menyakiti perasaan terdalamnya.
"Maaf Pak, saya tidak butuh uang bapak, mungkin saya orang miskin tapi saya tidak serendah itu, apa menurut bapak semuanya bisa dibeli dengan uang, baiklah bila kehadiran saya mengganggu pandangan bapak, saya akan pergi," ucap Rehan sambil berbalik badan.
"Hey Bung, uangnya gak diambil tuh, lumayan loh bagi orang kampung macam kau, bisa mencukupi ya setidaknya sampai dua tahun kedepan, hahahha..." Seru temannya Niko dengan tawa mengejek, tapi Rehan tidak menanggapinya, hanya memandang orang tersebut dengan tatapan tajam, membuat orang tersebut bergidik ngeri dan berlindungi diantara Niko dan Pak Wijaya.
Pandangannya kesana-kemari, bola matanya mengkonsumsi apa-apa yang ada disini semuanya tampak begitu indah, tapi Kini ia tahu diri, untuk tidak beranggapan kalau ia pantas berada diacara yang megahnya bak istana ini. Karena pemuda sepertinya mana pantas merasakan bagaimana keindahan semegah seperti itu.
Rehan pun pergi dengan menundukan kepalanya kebawah, berjalan keluar dengan perasaan getir, langkah kakinya menjejak pada rumput hijau yang begitu lembut, yang disetiap sisinya banyak bermacam bunga berjejar rapi. Bagai disebuah negeri dongeng, bedanya Rehan bukanlah seorang pangeran dari kerajaan superior, ia hanya bagai seorang pelancong kotor yang tersesat, tatapan hina ia dapatkan dari mata-mata yang penuh keangkuhan.
ㅤ
ㅤ
haloo kak aku nyicil bacanya yaa
jangan lupa mampir di karya terbaruku 'save you'
thankyouuu ❤
sukses selalu buat kakak 🤗🤗