NovelToon NovelToon
Cinta Arjuna

Cinta Arjuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Cintapertama
Popularitas:510
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

I Ketut Arjuna Wiwaha — atau Arjun, begitu orang-orang memanggilnya — pernah jatuh dalam perasaan yang salah. Cinta terlarang yang membuatnya kehilangan arah, membuat jiwanya hancur dalam diam.
Namun, saat ia hampir menyerah pada takdir, hadir seorang gadis bernama Saniscara, yang datang bukan hanya membawa senyum, tapi juga warna yang perlahan memperbaiki luka-lukanya.

Tapi apakah Saniscara benar-benar gadis yang tepat untuknya?
Atau justru Arjun yang harus belajar bahwa tidak semua yang indah bisa dimiliki?


Dia yang sempurna untuk diriku yang biasa.
— I Ketut Arjuna Wiwaha


Kisah cinta pemuda-pemudi Bali yang biasa terjadi di masyarakat.


Yuk mampir dulu kesini kalau mau tau tentang para pemuda-pemudi yang mengalami cinta terlarang, bukan soal perbedaan ekonomi tapi perbedaan kasta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26.

Segala rangkaian upacara dilakukan sesuai tradisi itu, Sanis dan Dita terlihat serius mengikuti upacara tersebut. Akhirnya pada jam tertentu mereka membawa jenazah ke kuburan.

12.57

Sampai saat ia sampai di kuburan atau setra. Sanis kaget dengan kedatangan mereka disambut oleh beberapa mahluk halus di siang bolong begini? Masih tak percaya dengan apa yang ia lihat di sekitar kuburan itu, sangat rimbun di bagian masuk dalamnya, Namun mahluk halus tersebut tidak mengganggu orang yang datang ke kuburan ini.

Juna menatap Sanis dengan heran dan menepuk pundaknya agar kuat tak berpengaruh terhadap suasana di tempat ini.

"Nis gue tau, Lo harus kendalikan diri lo. Supaya Lo gak berpengaruh dengan aura disini." Sanis menganggukan kepalanya setuju dengan pernyataan Juna.

Cowok itu memberikan sebotol air mineral kepada Sanis, tetap menolak untuk minum air putih.

"Lo harus minum ini, nanti Lo sakit. paham!" Sanis menatap Juna lagi dengan pasrah ia menurut saja dan meminum air tersebut. Juna tersenyum melihat Sanis menurut padanya.

Karena Sanis memiliki satu kelebihan dalam dirinya, jadi ia harus pandai mengendalikan diri agar tak terpengaruh oleh suasana disini.

Ara selalu menemani Sanis saat ini teman-temannya juga turut serta dalam kegiatan ini.

"Thanks ya kalian sudah ikut disini, kalian boleh pulang deh. Kasian kalian juga nanti kesorean." ucap Sanis kepada beberapa temannya yang datang untuk mengunjunginya.

"Sanis, kamu nanti istirahat ya. Biar kak Ras dan papa yang urus ini sisanya." ucap Raspati pada adiknya yang menggelengkan kepalanya.

Sanis memang tidak ingin meninggalkan ayahnya sekarang, walaupun ia lelah karena melakukan prosesi ini.

"Kak Sanis, kenapa gak bilang sempat ketemu sama ayah?" tanya Dita yang memeluk tubuh kakaknya itu. Sanis tak bisa bicara sekarang.

"Dita, bahkan ayah menganggap kalau dirinya itu ayah yang buruk, tapi karena ada alasan ia tak ingin bertemu dengan anaknya. Kamu bakalan paham nanti, kakak gak bisa ini sangat berat kalau kamu tau." Sanis tak bisa membendung air matanya lagi. Sambil memeluk adiknya ini.

"Kak, aku udah besar apapun itu kita harus saling berbagi kak. Aku selalu bertanya pada papa. Tapi papa juga bilang biar bunda yang menjelaskan tentang ini."

"Iya, Dita kita akan dengar langsung nanti dari Bunda."

"Tapi kakak tau semuanya kan ya? Aku selalu yakin kalau kakak juga tau." Dita tetap membuat kakaknya untuk membuka mulut tentang keluarganya ini.

"Sudahlah Dita. Nanti kita akan jelaskan semuanya," kini Raspati yang menjawabnya membuatnya semakin tenggelam dalam rasa penasaran itu.

...............

17.45

"Jun, makasih ya Lo udah ikut sampai selesai." ucap Sanis sambil menatap lautan dan ombak karena disinilah umat Hindu mengakhiri ritual ini. Umat Hindu percaya jika abu dari tulang jenazah itu di hanyutkan di laut maka mereka akan langsung  ketempat jauh disana.

"Lo sahabat gue, Nis. Apapun itu gue akan selalu nemenin Lo." Juna resah dengan kalimatnya itu yang keluar begitu saja, sangat sesuai di hatinya. Namun ia bingung dengan pikirannya sendiri.

"Gue percaya sama Lo,"

"Ayo, pulang kak Ras nyariin Lo." Ajak Juna yang mengantar Sanis pulang.

Rasanya masih sangat berat tapi ia melihat seseorang yang disana berjalan jauh ke lautan sana.

Sesampainya di rumah Sanis masih merasakan adanya sang ayah disana, namun ia tau jika beliau telah menjadi ayah yang baik untuknya.

"Lo gak nyuruh gue masuk gitu?" gumam Juna yang membuat Sanis tertawa kecil.

"Juna mampir hayok," Juna tertawa renyah dan masuk ke rumah masa kecil Sanis. Cukup sederhana untuk keluarganya dahulu.

"Lo gak apa-apa?" tanya Juna pada Sanis yang menggelengkan kepalanya. Karena Sanis merasakan pusing ia duduk di salah satu balai Bali itu.

"Gak bagus nganterin nya depan rumah, mau gue anter sampe kamar?" tawar Juna membuat Sanis kesal dengannya.

Dengan memukul lengan cowok itu sambil tertawa. Yah Juna berhasil membuat Sanis sedikit tertawa lagi.

"Aws ... Kan gue cuma nawarin." Juna tertawa sekarang sudah jadi lebih baik dari sebelumnya karena Sanis menanggapinya seperti biasa.

"Ingat Sanis, masih banyak yang sayang sama Lo. Karena kehilangan seseorang adalah hal yang biasa tapi mendapatkan penggantinya sangatlah sulit." ucap Juna menatap Sanis serius, membuat gadis itu tersenyum pada Juna. Terlihat lesung pipi diwajahnya berarti Sanis tulus menerima masukan dari Juna.

"Gue seneng Lo bisa hibur Sanis lagi," ucap Raspati pada Juna yang menganggukkan kepalanya. Juna bermaksud baik saja dengan mengembalikan Sanis seperti semula lagi. Sekarang jarang sekali ia mengikuti lomba lagi.

"Iya jarang banget gue lihat Sanis meleleh gitu sama cowok." Jawab Surya yang kini duduk di sebelahnya.

"Sebenarnya gue mau dia kayak dulu lagi ikut lomba dan taruhan bareng gue." Juna tertawa kecil mengingat kejadian dulu, mereka taruhan untuk memajang lukisannya di museum seni rupa itu.

"Tenang Jun, dia itu orangnya asik, istimewa, dewasa dan ingat dia sangat manis, kalau sekali dia percaya sama satu orang. Itu artinya orang itu sangat istimewa di hatinya." Jelas Surya sebagai sepupu Sanis itu, tersenyum ramah pada Juna dan cowok itu keluar dari mobil Raspati dan pamit untuk pulang ke rumahnya.

"Kayaknya Lo dipercaya oleh sebagian keluarga Sanis."

"Gue seneng kalau di percaya sepenuhnya."

"Rasa percaya Sanis adalah rasa sayang  dari hati Sanis, Jun." Juna menoleh ke arah pria sebagai kakak tiri Sanis ini.

"Jadi Lo sayang gak sama Sanis?"

.

.

.

.

🕉️🕉️🕉️

"Jadi Lo sayang gak sama Sanis?"

"Gue gak berharap Lo sayang sama dia juga, karena Sanis  punya kakak yang sayang sama dia, lebih dari calon pacarnya atau suaminya nanti. Rasa sayang Sanis gak main-main Jun, kepercayaannya kepada seseorang itu sangat jarang di dapatkan oleh siapapun."  Tatapan kakak dari Sanis yang wajahnya ini sangat serius lalu berubah senyumannya terlihat ramah.

...................

"Jun Lo kenapa?" Tanya Sanis pada Juna yang sejak tadi gelisah karena lukisannya itu belum selesai. Kaget dengan pertanyaan dari Sanis, ia ingat dengan kalimat dari Raspati.

Bagaimana bisa dia stuck begini? Dan terlintas pertanyaan Raspati di kepalanya.

"Gak gue cuma sedikit gelisah karena gak tau lagi harus tambah warna apa," jawab Juna yang mengelak hatinya itu. Sanis tertawa kecil melihat lukisan Juna yang sudah bagus dan warna yang nanti akan dia poles mungkin akan membuat lebih indah nantinya.

"Menurut gue sudah cukup bagus Jun." Juna menatap gadis itu lekat seakan ia ingin tau, yang di katakan Raspati memang benar.

"Lo harus tambahin warna lagi, karena cat warna Lo habis. Gue juga nih kehabisan stok cat warna." Lanjut Sanis yang mengambil botol-botol cat tersebut.

"Gimana besok kita beli cat?" tanya Juna yang menghampiri gadis itu, rak itu banyak sekali cat warna dengan botol kecil.

Sanis sangat suka melukis ternyata, pantas saja ia disayang oleh kakaknya. Bli Yan menyayangi Sanis dari pada adik kandungnya ini.

.....................

Ting Ting Ting Ting Ting

Sanis terbangun dari tidurnya mendengar suara alarm dari handphonenya, tangannya meraih handphone dan mematikan alarm tersebut.

"Ini kan libur kenapa alarmnya bunyi sih?" kesal karena setiap weekend ia tak menghidupkan alarmnya.

Sambil mengumpulkan nyawanya setelah bangun tidur, masih jam 8 pagi. Banyak ada notifikasi dari banyak orang, ternyata ia lupa mematikan data dan mematikan handphone nya.

Lalu chat dari Juna yang menumpuk pagi tadi, Sanis segera bergegas menuju kamar mandi dan bersiap untuk pergi dengan Juna. Karena janji kemarin untuk membeli bahan untuk melukis lagi.

Juna

P

P

P

P

P

Jadi kan beli cat warnanya ?

Jadi Jun

Jam 9 ya Jun

Tapi

gue udah di rumah Lo '-'

Sanis kaget, lalu menatap jam dindingnya masih jam 8 pagi dan segera mengganti bajunya dan keluar dari kamarnya, seseorang sudah menunggunya di ruang tamu.

..........................

"Juna?" Sanis kaget dengan kedatangan cowok yang duduk di sofa ruang tamunya itu. Juna memang cowok yang gak pernah main-main dengan ucapannya.

"Pegel gue nungguin Lo disini." Jawab Juna kesal karena Sanis yang baru bangun tadi.

"Sorry gue baru bangun," Sanis menyengir kuda. Juna menatap gadis itu lekat, masih dengan rasa penasarannya itu selalu menghantui pikirannya.

"Yang nyuruh bangun siang siapa ?" tanya Juna yang masih pada mode kesalnya itu. Mengikuti gadis itu ke dapur untuk membuat makanan juga.

"Ya maaf Lo sih, kepagian datangnya." ucap Sanis yang tertawa kecil dan berjalan ke dapur untuk membuat sarapan.

"Udahlah jangan gitu, gue tau Lo laper kan ya?" Sanis memoles selai coklat ke roti tawar dan meletakkannya di atas piring lalu memberikannya ke Juna.

"Itu tau, niatnya gue tinggal Lo. Pergi sendiri aja."

"Lalu kenapa gak pergi aja sendiri?"

"Adik lo minta gue nungguin Lo di rumah dan nitipin Lo juga ke gue. Kalau kemana-mana ajak kak Sanis ya kak." Omel Juna dengan mengakhiri gaya adiknya bicara yang di lebihkan versi Juna.

"Di kira gue baby sister Lo apa!?"

Sanis tertawa mendengar ocehan Juna tadi, ternyata cowok seperti Juna bisa mengomel juga ya.

"Nis," Juna memanggil gadis itu yang sedang membuat telur ceplok.

"Iya Juna. Gue laper nih, kita makan dulu ya, kak Ras gak beli makanan selain telur. Gue buatin Lo juga nih," Sanis yang tersenyum pada Juna.

"Lo yakin sama gue?" tanya Juna pada Sanis yang menatapnya dengan bertanya-tanya.

"Yakin gimana ?"

1
LyaAnila
wah. kalau gitu kalian akur-akur ya jangan ribut 🥰
LyaAnila: aku udah mampir kak. ditunggu di ceritaku juga ya makasih👍
total 1 replies
LyaAnila
lha bisa-bisanya kok gitu. bapaknya nikah lagi kah?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!